Dark/Light Mode

Di-clear-kan Di Rapat Komisi XI DPR

3 Bank BUMN Digadai Ke China Cuma Hoaks

Sabtu, 6 Juli 2019 08:39 WIB
Rapat 3 Bank Dengan DPR. (Foto: CNBC Indonesia)
Rapat 3 Bank Dengan DPR. (Foto: CNBC Indonesia)

RM.id  Rakyat Merdeka - Tiga bos bank BUMN meluruskan soal pinjaman yang berasal dari China Development Bank (CBD). Pinjaman tersebut, bersifat business to business. Mereka memastikan, kabar soal bank BUMN “digadai” ke China adalah hoaks.

Pernyataan ini disampaikan saat tiga pimpinan bank: Mandiri, BRI dan BNI rapat kerja dengan Komisi XI DPR, kemarin. Rapat ini sempat menyinggung masalah pinjaman dari CDB kepada tiga bank BUMN.

Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengaku, sudah dipanggil Komisi VI beberapa waktu lalu terkait pinjaman dari CDB. “Kita sudah dipanggil, soal pinjaman 1 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 14 triliun, skemanya business to business,” kata Kartika di Komplek Parlemen, Jakarta, kemarin.

Baca juga : Waspadai Gejolak Harga Saat Puasa

Ia memastikan, pinjaman yang diperoleh dari China Development Bank (CDB) tidak berarti bank pelat merah digadaikan ke China. Kata dia, untuk mencari sumber likuiditas tambahan, lazim bila diperoleh dari skema pinjaman. Apalagi, pinjaman perseroan tidak hanya berasal dari CDB semata, tetapi juga bersumber dari beberapa lembaga pembiayaan seperti Deutsche Bank dan JP Morgan untuk pendanaan valuta asing.

“Ini pinjaman normal dan sumber fund ini diistilahkan sebagai pool of fund dalam valas,” tegasnya.

Di sisi lain, perbandingan pinjaman China terhadap aset Bank Mandiri juga terbilang kecil. Sebab, total aset Bank Mandiri Rp 1.200 triliun, sementara pinjaman China setara Rp 14 triliun, atau hanya sebesar 1,17 persen saja.

Baca juga : Kasih Bantuan Ke Santri, Jangan Kasih Hoaks

Ia juga membantah soal suntikan dana dari CDB untuk membiayai proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Menurutnya, hal itu merupakan skema pendanaan yang langsung diberikan ke PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). “Ramai di media sosial pinjaman CDB ini untuk kereta cepat, padahal pembiayaan kereta cepat itu langsung dari CDB secara B to B, tidak ada lewat Himbara. Tak usah khawatir karena ini meka- nisme yang normal,” bebernya.

Hal senada juga disampaikan Direktur Utama BRI Suprajarto. Kata dia, pinjaman ini adalah praktik yang lazim. Jangankan China, pendanaan eksternal lainnya juga mungkin akan dilirik perseroan jika memiliki bunga cukup menarik. “Kalau pinjaman China ini, bunganya terdiri atas suku bunga London Interbank Offered Rate (LIBOR) ditambah 2,85 persen,” katanya.

Sementara, Direktur Utama BNI Ahmad Baiquni menjelaskan soal pinjaman dari CBD tersebut. Kata dia, pinjaman China sebesar 800 juta dolar Amerika Serikat (AS) hanya mengambil porsi 25 persen dari pinjaman valas BNI sebesar 2,5 miliar dolar AS. “Kami pun ada kebijakannya, dana China ini hanya boleh digunakan oleh nasabah kami yang juga bisa menghasilkan devisa,” terangnya.

Baca juga : Ledakan Di Mal Taman Anggrek Berasal Dari Pipa Gas

Seperti diketahui, China Development Bank (CDB) memberikan pinjaman pada 21 September 2015 dengan nilai 3 miliar dolar AS. Masing-masing bank mendapatkan 1 miliar dolar AS. Pinjaman ini memiliki tenor 10 tahun, dengan 30 persen dari dana tersebut dibayarkan dengan mata uang renminbi.

Ada pun yang menyinggung soal pinjaman dari CBD adalah politisi PDIP Eva Kusuma Sundari. Saat rapat, anggota Komisi XI itu ingin mendapatkan kepastian kabar soal “digadaikannya” tiga bank BUMN yang ramai di media sosial. “Kami pikir penyataan dari direktur utama ini bisa menentramkan informasi yang beredar,” tanya Eva. [IMA]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.