Dark/Light Mode

Marketplace Dan Bank Kebut Sistem Pembayaran Digital

Kemudahan Transaksi Bakal Perkokoh Rupiah

Minggu, 14 Agustus 2022 07:30 WIB
Seorang pembeli memilih suvenir di kios Zamrud Khatulistiwa yang menerima pembayaran menggunakan metode scan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di Pusat Suvenir Pontianak (PSP) di Jalan Pattimura, Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu (20/7/2022). Pemerintah Kota Pontianak mengimbau pedagang di PSP untuk menerapkan penggunaan pembayaran melalui QRIS guna mempermudah transaksi yang aman dan nyaman sekaligus untuk mewujudkan transformasi digital sektor keuangan. (ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/aww).
Seorang pembeli memilih suvenir di kios Zamrud Khatulistiwa yang menerima pembayaran menggunakan metode scan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di Pusat Suvenir Pontianak (PSP) di Jalan Pattimura, Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu (20/7/2022). Pemerintah Kota Pontianak mengimbau pedagang di PSP untuk menerapkan penggunaan pembayaran melalui QRIS guna mempermudah transaksi yang aman dan nyaman sekaligus untuk mewujudkan transformasi digital sektor keuangan. (ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/aww).

 Sebelumnya 
“Bila Bank Sentral menyediakan uang digital, ini menunjukkan regulator serius untuk pengembangan sistem pembayaran digital,” katanya.

Ketiga, tren pembayaran melalui voice recognition. Dan keempat, skema bayar Buy Now Pay Later (BNPL). Transaksi ini bukan lagi sebagai bentuk pinjaman tetapi sudah menjadi pilihan favorit masyarakat untuk melakukan pembayaran.

“Skema pay later (bayar nanti) ini akan menjadi salah satu tren payment yang akan meningkat ke depannya,” katanya.

Baca juga : Ketua NasDem-Demokrat Di NTB Bakal Dijodohkan

Ia meyakini, dengan beragam tren pembayaran tersebut, edukasi keuangan digital sangat penting dilakukan oleh semua pihak, baik Pemerintah, jasa keuangan dan marketplace.

“Industri ini mesti bisa mengedukasi masyarakat, terutama para boomer (kelahiran 1946-1964) yang sangat minim pengetahuannya soal digital,” katanya.

Begitu juga masyarakat yang menjadi mitra di marketplace, lanjutnya, perlu diedukasi untuk mempelajari sistem digital yang ada.

Baca juga : 100 UMKM Perempuan Ikut Pelatihan Digital Tokopedia

Apalagi sejumlah marketplace saat ini mulai masuk ke warung-warung, yakni mengarah ke ekosistem retail dengan skala omzet lebih kecil, di bawah Rp 25 juta.

“Segmen ultra mikro ini potensinya masih sangat besar. Saya lihat, marketplace mulai menyadari segmen itu dengan menghadirkan ekosistem pembayaran digital,” sambungnya.

Untuk mendorong transaksi digital, Bhima menekankan pentingnya dukungan Pemerintah. Antara lain menyediakan infrastruktur atau jaringan internet, khususnya di luar kota-kota besar.

Baca juga : Rusia Bilang, Efek Sanksi Kurang Nendang, Pembayaran Utang LN Dan Kewajiban Negara Masih Aman

“Karena ini sangat berkaitan dengan sistem keuangan di Indonesia. Saya yakin, bila dinamika yang ada bisa ditangani dengan baik, maka ini akan menjadi leading sektor dalam sistem keuangan ke depannya,” tegasnya.

Sebelumnya, Chief Executive Officer (CEO) of Marketplace Tokopedia, Anthony Wijaya mengklaim, pihaknya menjadi marketplace yang menaungi tradisional market terbesar. Untuk itu, pihaknya terus berupaya untuk menggenjot inklusi keuangan digital di Indonesia.

“Kami terus mendukung pelaku ekonomi dari 12 juta merchants yang ada di dalam Tokopedia,” tutur Anthony dalam acara diskusi panel secara virtual yang dilaksanakan Jakarta Foreign Correspondent Club, Rabu (10/8).
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.