Dark/Light Mode

Peringatan Hari Anak Nasional 2019

Sekolah Dreamable, Wujudkan Mimpi Kemandirian ABK

Rabu, 24 Juli 2019 11:03 WIB
Potret kesibukan ABK di Sekolah Dreamable Bojongsoang, Bandung, Jawa Barat. (Foto: Humas Pertamina)
Potret kesibukan ABK di Sekolah Dreamable Bojongsoang, Bandung, Jawa Barat. (Foto: Humas Pertamina)

RM.id  Rakyat Merdeka - Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memiliki keunikan yang berbeda dengan anak pada umumnya. Beberapa cirinya menonjol, tidak suka bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya bahkan dengan orangtuanya sendiri.

Mereka juga lebih mudah marah dan merasa kesepian, depresi, dan berbeda dengan teman-temannya. Banyak orang tua kesulitan mendidik ABK, apalagi sekolah khusus ABK juga perlu biaya mahal. Sekolah Dreamable, menjadi solusi mewujudkan kemandirian ABK.

Baca juga : PLN Kalbar Gelontorkan Rp 205 Juta Untuk Fasilitas Posyandu

Wajah ceria anak-anak itu terlihat jelas ketika mereka melakukan kegiatan menanam sayur-sayuran di halaman sekolah. Tingkah lucu anak menyemai bibit tanaman sayur, selintas tak berbeda dengan anak pra sekolah pada umumnya.

Sesekali guru harus membetulkan cara menggunakan peralatan dan menanam benih terong, tomat, dan cabai yang benar kepada anak-anak yang tampak kebingungan.   Aba-aba, semangat dan apresiasi kepada setiap anak selalu diberikan oleh guru selama kegiatan berlangsung.  Satu persatu nama anak terdengar disebutkan dan diberi pujian ketika mereka dapat menyelesaikan tugasnya.

Baca juga : Daop 1 Hibur Siswa SDN Cicurug Naik Kereta

Itulah sekelumit gambaran cara belajar-mengajar bagi ABK di Sekolah Dreamable yang didukung Pertamina di Bojongsoang, Bandung, Jawa Barat. Metode pendidikan bagi ABK memang memerlukan cara dan pendekatan yang khusus. Sang pendidik harus memiliki kesabaran yang ekstra, penuh kasih sayang  serta dedikasi tanpa batas.

Totalitas dalam mendidik juga menjadi salah satu kunci sukses mewujudkan  ABK menjadi mandiri. Menurut para ahli, ABK memang memiliki keunikan yang berbeda dengan anak pada umumnya. Beberapa cirinya, anak-anak dengan kondisi kebutuhan khusus memiliki kontak mata yang tidak fokus dan tidak nyaman jika harus memandang sesuatu dalam waktu lama.

Baca juga : Sekolah Percaya Diri, Wujudkan Mimpi Anak Korban Trauma

Mereka juga tidak suka bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya bahkan dengan orangtuanya sendiri. Pada tingkat emosional, mereka lebih mudah marah dan merasa kesepian, depresi, dan berbeda dengan teman-temannya.

Mereka juga mengalami kesulitan berkomunikasi, karena tumbuh kembang anak yang mengalami keterlambatan.Karena kondisi itulah mereka dinilai tidak mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Beragam  kekhususan yang dimiliki ABK, menjadikan tidak semua orang tua bisa mendidik dan menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan umum.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.