Dark/Light Mode

Pasokan Oversuplay, Asosiasi: Stop Pembanguan Pabrik Semen Baru

Sabtu, 27 Juli 2019 11:04 WIB
Industri semen. (Foto: Antara)
Industri semen. (Foto: Antara)

RM.id  Rakyat Merdeka - Asosiasi Semen Indonesia (ASI) meminta pemerintah memoratorium investasi pabrik semen baru. Sebab, saat ini industri semen kelebihan pasokan (oversupply). 

Berdasarkan data ASI, tahun ini kapasitas produksi industri semen nasional mencapai 110 juta ton, sedangkan penjualan diprediksi 75 juta ton. Sehingga kapasitas tidak terpakai 25 juta ton.

Ketua Umum ASI Widodo Santoso mengatakan, asosiasi sudah meminta hal tersebut sejak 2016, karena banyak pabrik semen yang selesai dibangun secara bersamaan. “Saat ini, ada 12 perusahaan semen di Indonesia,” ujarnya di Jakarta, seperti ditulis Sabtu (27/7).

Baca juga : Haluan Negara Penting Agar Pembangunan Terarah dan Berkesinambungan

Menurut dia, pertumbuhan penjualan semen nasional tahun ini diramal hanya sebesar 2 persen. Ini seiring turunnya penjualan hingga semester I. Padahal penjualan tahun lalu mencapai 4,5 persen.

Menurut Widodo, lesunya pasar semen bisa dilihat dari penjualan semester 1-2019 turun 720 ribu ton. Penjualan semester II tahun ini juga diramal penjualan tidak lebih bagus dari semester I.

“Itu sebabnya, saya pesimistis penjualan bisa tumbuh di atas 2 persen. Padahal, awal tahun, kami menargetkan penjualan tumbuh 3-4 persen, tetapi sepertinya meleset,” ujarnya.

Baca juga : Pemerintah Akan Relokasi Pemukiman Korban Gempa Halmahera Selatan

Dia menjelaskan, penjualan semen pada Juni anjlok 27,4 persen menjadi 2,7 juta ton. Namun, konsumsi semen pada Juni naik 12,8 persen secara tahunan. Hal ini disebabkan oleh libur Lebaran selama 10 hari. 

Untuk mengantisipasi pasokan yang oversuplay, para anggota ASI menggerakkan ekspor supaya utilisasi pabrik tidak terlalu parah. Namun, ekspor pada semester I juga tidak mencatat hasil yang memuaskan, karena baru mencapai 2,5 juta ton.

“Padahal, harapan kami semester 1-2019 bisa mencapai 3 juta ton dan semester II 4 juta ton, sehingga tahun ini naik menjadi 7 juta dibandingkan tahun lalu 5,5 juta ton. Akan tetapi, saya pesimistis soal prospek ekspor,” ujar Widodo.

Baca juga : Proses Hukum Kivlan Zen Terus Berlanjut, Tak Ada Penangguhan Penahanan

Dia mengatakan, persaingan di pasar ekspor semen sangat ketat, karena Indonesia kalah dari negara pesaing, seperti Thailand dan Vietnam, yang sudah lebih dahulu mencengkram pasar ekspor. Kedua negara itu sudah masuk pasar ekspor sejak 2014 sedangkan Indonesia baru 2018, karena baru mengalami kelebihan kapasitas pada 2017.

“Jadi kita pendatang baru di pasar ekspor, sehingga membutuhkan energi lebih,” ujarnya.

Menurut dia, dibutuhkan market inteligence masing-masing perusahaan semen untuk menembus ekspor. Adapun negara tujuan ekspor adalah Australia, Bangladesh, Mauritius, dan Tiongkok. Saat ini, kita penjajakan ke Taiwan. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.