Dark/Light Mode

Tarif Pungutan Ekspor CPO Nol Dolar AS Diperpanjang

Angin Segar Untuk Pelaku Usaha Sawit

Rabu, 2 November 2022 06:30 WIB
Kelapa Sawit. (Foto: Istimewa).
Kelapa Sawit. (Foto: Istimewa).

 Sebelumnya 
Di samping itu, kata Air­langga, rapat juga memutuskan melakukan percepatan realisasi Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) dengan beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti.

Yakni, akan dilakukan pem­bahasan lebih lanjut melalui tim teknis yang melibatkan Ke­menterian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Pertanian, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertana­han Nasional dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehu­tanan, serta BPDPKS.

Selain itu, juga didorong pe­nanaman tanaman sela di lahan PSR yang mencakup komoditas jagung, kedelai dan sorgum sebagai bagian dari program ketahanan pangan.

Baca juga : HR Path Siapkan NUBO Untuk Bantu Pelaku Usaha Bangkit

“Terkait PSR, juga perlu dilaku­kan perbaikan agar selisih harga Tandan Buah Segar (TBS) peke­bun mitra dan nonmitra semakin mengecil,” kata Airlangga.

Dia juga menyampaikan, ra­pat koordinasi komite pengarah berikutnya khusus PSR akan dilakukan pada pertengahan November. Agar dapat diper­oleh perencanaan PSR dalam kerangka penanaman tanaman sela pada Desember 2022.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ah­mad mengatakan, dilanjutkan­nya kebijakan pungutan ekspor CPO nol dolar AS, membuat pelaku usaha menikmati keun­tungan lebih besar saat harga CPO anjlok seperti beberapa waktu lalu.

Baca juga : Datascrip Hadirkan Solusi Pintar Untuk Pelayanan Optimal Rumah Sakit

“Karena beban pengeluaran mereka berkurang,” kata Tauhid kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Kendati begitu, menurut Tauhid, pemasukan negara dari pungutan ekspor ini akan berkurang. Karena sampai Desember nanti tidak ada pungutan ekspor.

Menurutnya, Pemerintah perlu memberlakukan regulasi pro ko­moditas di tengah ketidakpastian global yang tinggi.

Baca juga : Soal Penggunaan Gas Air Mata Di Kanjuruhan, Begini Penjelasan PSSI

“Jangan sampai kebijakan ini tidak dinikmati pengusaha kecil atau petani sawit mandiri, dan hanya dinikmati pengusaha besar saja. Karena sawit masih menjadi penyumbang pundi-pundi besar terhadap devisa negara,” katanya. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.