Dark/Light Mode

Badai PHK Belum Reda

BUMN Kudu Genjot Pendanaan Startup

Minggu, 4 Desember 2022 07:30 WIB
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda. (Foto: Instagram/nailul_huda).
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda. (Foto: Instagram/nailul_huda).

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masih kerap dilakukan perusahaan rintisan (startup) sebagai langkah efisiensi.

Terakhir, hal ini terjadi di perusahaan teknologi finansial (financial technology/fintech) Ajaib Group, yang merumahkan 67 karyawan dan mengurangi gaji di level manajemen secara sukarela. Bahkan founders perusahaan pun tak menerima gaji.

Atas kondisi tersebut, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menilai, karakteristik startup di Indonesia masih mengandalkan pendanaan dari investor.

Baca juga : Konsep Baru, Ria Busana Slawi Genjot Penjualan Ritel Offline

Sehingga cash flow startup langsung terancam saat investasi seret akibat pandemi. Alhasil, banyak startup yang mengambil langkah PHK demi efisiensi.

“Fintech menghadapi tantangan yang tidak mudah. Termasuk dari sisi pendanaan. Jadi, sangat penting untuk mereka menjaga efisiensi,” ujar Nailul kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Salah satu penyebabnya, imbuh Nailul, karena investasi di sektor ini terus menurun. Bahkan hingga lebih dari 50 persen.

Baca juga : BPJS, Bayarkan Hak Pekerja

Menurutnya, investasi di sektor digital di Indonesia pada 2021 mencapai Rp 144,06 triliun. Di tahun tersebut, banyak startup yang memperoleh pendanaan dengan nilai jumbo. Sehingga perusahaan mampu memanfaatkan dana tersebut untuk melakukan ekspansi hingga menambah Sumber Daya Manusia (SDM).

Namun pada 2022, kondisinya berubah. Nilai investasi di sektor digital hingga November 2022 hanya Rp 53,58 triliun.

“Kenaikan suku bunga acuan turut menaikkan cost of fund dari investasi. Investor pun enggan berinvestasi dengan tingkat suku bunga yang tinggi. Akibatnya, nilai investasi terus merosot,” bebernya.

Baca juga : Bermedia Sosial Kudu Pake Etika Dan Kesantunan

Dia menyesalkan masalah pendanaan ini juga terjadi di startup dengan level unicorn, seperti Ajaib. Khawatir, hal serupa juga mengguncang startup kecil, bahkan bisa berujung pada penutupan usaha.

Karenanya, perlu dilakukan upaya untuk terus menggerakkan bisnis para startup tersebut.

“Salah satu caranya, mendorong venture capital di bawah BUMN (Badan Usaha Milik Negara) untuk memberikan pendanaan kepada startup digital yang relatif kecil,” imbaunya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.