Dark/Light Mode

Right Issue Berjalan Mulus

BSI Bakal Makin Lincah Ekspansi

Jumat, 30 Desember 2022 07:30 WIB
Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk, Hery Gunardi. (Foto: Istimewa).
Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk, Hery Gunardi. (Foto: Istimewa).

 Sebelumnya 
Harga pelaksanaan rights issue Rp 1.000 untuk setiap lembar saham. Sehingga jumlah dana yang akan diterima perseroan dalam rangka PMHMETD I ini sebanyak-banyaknya sebesar Rp 5 triliun.

Menyoal ini, Pengamat ekonomi dan perbankan dari Binus University Doddy Ariefianto mengatakan, upaya right issue yang dilakukan BSI merupakan langkah yang tepat dalam menambah permodalan perusahaan dari pasar modal. Sebab, ia menilai, saat ini rasio kecukupan modal atau CAR BSI masih tergolong kecil.

Tercatat, hingga akhir Juni 2022, rasio CAR BSI baru mencapai 17,31 persen atau di bawah rata-rata industri perbankan Tanah Air.

Permodalan, menurutnya, sangat penting sebagai safety. Di samping itu, peningkatan rasio CAR juga akan meningkatkan kemampuan bank dalam ekspansi kredit. Ini sejalan dengan peran perseroan yang didorong menjadi lokomotif ekonomi syariah di Indonesia.

Baca juga : Impor Beras Bakal Rugikan Petani

“Bank syariah sebesar BSI memang dituntut untuk berkiprah. Sebagai motor ekonomi syariah, akan sulit bergerak kalau rasio CAR minim. Sebenarnya, rasio CAR pada level 17 persen dapat diterima, namun bank akan kesulitan untuk bergerak lincah,” imbau Doddy kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Terpisah, Pengamat Pasar Modal Reza Priyambada melihat, dengan oversubscribed sebanyak 1,4 kali saham BSI melalui right issue, menandakan tingginya minat investor dalam aksi korporasi yang dilakukan BSI nantinya. “Sehingga rencana penggunaan dana segar tersebut juga akan menentukan minat para investor,” kata Reza kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Menurutnya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh investor bila hendak menyerap saham baru BRIS.

Pertimbangan pertama kinerja BSI bagus, artinya secara fundamental ini perusahaan sehat. “Dan biasanya, harga saham baru akan menjadi menarik, karena lazimnya ditawarkan di bawah harga pasar yang berlaku,” sebut Reza.

Baca juga : Erick Optimistis Target Dividen 2023 Tercapai

Pertimbangan kedua, lanjut Reza, likuiditas saham di pasar. Dengan bertambahnya kepemilikan publik, artinya saham BRIS akan berpotensi semakin banyak ditransaksikan dalam satu waktu.

“Adapun likuiditas saham adalah ukuran jumlah transaksi suatu saham dalam suatu periode tertentu. Semakin tinggi jumlah transaksi, berarti semakin tinggi pula tingkat likuiditas saham tersebut,” jelasnya.

Sebelumnya, sebagai induk usaha dan pemilik saham terbesar BSI, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk turut memberikan dukungannya. Diketahui, porsi kepemilikan Bank Mandiri mencapai 50,83 persen di BSI, Bank Mandiri akan melaksanakan haknya dengan membeli dan menyerap saham baru yang diterbitkan BSI.

“Komitmen kami sebagai induk usaha dan pemegang saham mayoritas di BSI, adalah mendukung penguatan rasio kecukupan modal BSI, agar mampu menjadi bank syariah terbesar di regional,” tegas Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha.

Baca juga : Pemain Persib Zalnando Bakal Menepi 4 Bulan

Selain Bank Mandiri, BNI, saham BSI juga dimiliki BRI sebesar 17,25 persen, serta pemegang saham lainnya dan publik sebesar 7,07 persen. Terhitung sejak Mei 2022, Pemerintah telah menempatkan satu lembar saham merah putih di BSI. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.