Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Turun Rp 11.000, Harga Emas Dibanderol Rp 1.343.000 Per Gram
- Akhir Pekan, Rupiah Melemah Ke Rp 15.985 Per Dolar AS
- Indra Karya Jempolin Manfaat Bendungan Multifungsi Ameroro Di Sulteng
- Pertamina EP Pertahankan Kinerja Positif Keuangan Tahun Buku 2023
- PGN Saka Kantongi Perpanjangan Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas
RM.id Rakyat Merdeka - Bank Indonesia (BI) memprediksi Hari Raya Idul Adha tidak akan berdampak pada inflasi terutama pada harga pangan di bulan Agustus.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengatakan, masyarakat justru terbantu dikarenakan dapat memperoleh daging kurban secara gratis.
"Saat Idul Adha, daging yang didistribusikan ke market cukup banyak, sehingga akan ada penurunan harga daging. Jadi, tidak akan terlalu berdampak ke inflasi," kata Destry di Komplek BI, Jakarta, Minggu (11/8).
Baca juga : Rayakan Idul Adha, WNI Padati KBRI Bangkok
Sebelumnya, Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, inflasi pada pekan pertama Agustus 2019 sebesar 0,12 persen secara month to month (mtm). Sedangkan secara tahun ke tahun, tingkat inflasi 3,44 persen.
"Alhamdulillah inflasi ini tetap rendah dan stabil," ujar Perry.
Beberapa komoditas penyumbang inflasi di bulan Agustus masih sama seperti bulan lalu, yaitu cabai merah 0,09 persen dan cabai rawit 0,05 persen.
Baca juga : Idul Adha, JK Ajak Masyarakat Doakan Jemaah Haji dan Indonesia
Adapun emas perhiasan menyumbag inflasi sebesar 0,04 persen dan tarif air minum 0,01 persen.
Selain itu, lanjut Perry, ada juga komoditas yang menyumbang deflasi. Diantaranya, tarif angkutan udara 0,08 persen, bawang merah 0,04 persen, tomat sayur 0,04 persen. Diakhir tahun ini, Perry memperkirakan inflasi masih di bawah 3,5 persen.
"Angka tersebut, masih menggambarkan tingkat kepercayaan dari sisi investasi," ujarnya.
Baca juga : Rayakan Idul Adha, Prabowo Kurban di Hambalang
Dilanjutkannya, per 8 Agustus 2019, aliran modal asing tercatat Rp 179,6 triliun. Aliran modal asing tersebut, masuk melalui SBN sebesar Rp113,7 triliun dan sisanya sebesar Rp 65,9 triliun melalui saham.
"Secara keseluruhan ini menunjukkan adanya confidence kepada kondisi ekonomi Indonesia, baik prospek ekonomi, stabilitas maupun kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah Indonesia," kata Perry.
Menurut Perry, aliran modal asing sempat keluar karena faktor perang dagang Cina dan Amerika Serikat. Namun, secara jangka panjang aliran modal asing kembali masuk Indonesia. [NOV]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya