Dark/Light Mode

Pemerintah Proyeksikan Ekspor Tahun Ini Tumbuh 12,8 Persen

Rabu, 11 Januari 2023 22:30 WIB
Presiden Jokowi memimpin ratas di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (11/01/2023). (Foto: Humas Setkab/Rahmat)
Presiden Jokowi memimpin ratas di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (11/01/2023). (Foto: Humas Setkab/Rahmat)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekspor pada tahun 2023 akan tetap tumbuh sebesar 12,8 persen meski lebih melambat daripada tahun lalu.

“Tahun 2022 ekspor kita tumbuh 29,4 persen, impor tumbuh 25,37 persen. Tahun 2023 diproyeksikan ekspornya itu naik di 12,8 (persen) impornya 14,9 persen,” tutur Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangan pers, Rabu (11/01/2023).

Airlangga menyebutkan, nilai perdagangan ekspor Indonesia pada tahun 2022 mengalami peningkatan yang signifikan dengan nilai ekspor mencapai Rp 268 miliar.

Peningkatan ekspor tersebut ditunjang oleh berbagai komoditas utama seperti besi baja, bahan bakar fosil, dan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO).

Baca juga : BI: Indeks Penjualan Riil Tumbuh Positif 0,04 Persen

Batubara bisa mengkompensasi impor dari minyak sehingga kita di bidang energi ini positif sebesar hampir 6,8 miliar dolar AS secara year to date, sedangkan besi dan baja 29 miliar dolar AS, dan CPO sekitar 30 miliar dolar AS.

"Sehingga tentu ini menunjukkan bahwa ekspor Indonesia relatif kuat,” kata Airlangga.

Airlangga mengungkapkan, di dalam ratas Presiden Jokowi menginstruksikan agar pertumbuhan ekspor yang positif ini diikuti dengan peningkatan cadangan devisa.

Presiden juga meminta agar Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2019 tentang Devisa Hasil Ekspor dari Kegiatan Pengusahaan, Pengelolaan, dan/atau Pengolahan Sumber Daya Alam dapat diperbaiki.

Baca juga : PPP Kota Bekasi Siap Ngerebut Tujuh Kursi

“Saat ini hanya sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan yang diwajibkan masuk dalam negeri. Nah ini kita akan masukkan juga beberapa sektor termasuk sektor manufaktur. Jadi dengan demikian, kita akan melakukan revisi PP Nomor 1 Tahun 2019 sehingga tentu kita berharap peningkatan ekspor dan juga surplus neraca perdagangan akan sejalan dengan peningkatan dari cadangan devisa,” kata Airlangga.

Terkait negara tujuan ekspor, Airlangga menyampaikan bahwa China masih menjadi negara dengan pangsa pasar yang tertinggi, diikuti Amerika Serikat, India, Jepang, serta Malaysia.

Nilai perdagangan antar negara anggota ASEAN (intra-ASEAN trade) juga masih cukup tinggi.

“Ini menjadi potensi bagi Indonesia untuk memperkuat pangsa pasar Indonesia di negara ASEAN dan berketetapan dengan Bapak Presiden memegang keketuaan ASEAN. Jadi ini menjadi prioritas yang diarahkan Bapak Presiden,” imbuhnya.

Baca juga : Jokowi Optimis, Ekonomi RI Tahun 2023 Bisa Tumbuh Di Atas 5 Persen

Selain itu, Presiden juga mendorong jajarannya untuk mengeksplorasi dan membuka pasar nontradisional.

“Bapak Presiden sudah mendorong pasar nontradisional, seperti di Afrika juga untuk dibuat dan dikejar, terutama di pantai timur melalui Nigeria dan di pantai barat itu Kenya. Dan, tentu LPEI (Lembaga Pembiayaan Ekspor (Indonesia) untuk didorong agar bisa membantu ekspor kita,” pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.