Dark/Light Mode

IMF: Prospek Ekonomi Kini Tak Seseram Bulan-bulan Kemarin

Jumat, 20 Januari 2023 21:22 WIB
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva (Foto: EPA-EFE via The Straits Times)
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva (Foto: EPA-EFE via The Straits Times)

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan, prospek ekonomi saat ini tidak seburuk yang dikhawatirkan beberapa bulan lalu.

"Salah satu indikatornya, adalah meningkatnya potensi China dalam mendorong pertumbuhan. Tahun ini, pertumbuhan ekonomi China dapat mencapai angka 4,4 persen," ujar Georgieva dalam pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia (WEF) 2023 di Davos, Swiss, Jumat (20/1).

Namun, Georgieva tidak melihat adanya peningkatan dramatis, dalam perkiraan pertumbuhan global IMF 2023 saat ini, yang hanya 2,7 persen.

Dia bilang, perang di Ukraina tetap menjadi faktor "risiko luar biasa" untuk kepercayaan, terutama di wilayah Eropa.

Baca juga : Populasi Susut, Prospek Ekonomi China Suram

Dalam diskusi panel yang sama, Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde meminta para pembuat kebijakan tidak boleh berhenti berjuang melawan inflasi. Bahkan, ketika lonjakan harga telah mencapai puncaknya.

“Kita juga harus mempertahankan ketahanan yang kita amati pada tahun 2022. Tidak keluar jalur, adalah mantra saya untuk mencapai tujuan kebijakan moneter," ujarnya.

Lagarde dan beberapa rekan Bank Sentral Eropa telah menolak saran untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga, dengan mengikuti langkah setengah poin pada bulan depan.

Sementara inflasi utama telah jatuh kembali ke satu digit, kenaikan harga yang mendasarinya mencapai rekor pada Desember 2022.

Baca juga : Warteg Melek Ekonomi Digital & Layanan Prima BRI

Kala itu, perekonomian terbukti kuat, meskipun suku bunga meningkat.

Georgieva juga mengingatkan, subsidi Barat untuk melawan perubahan iklim dan mempromosikan transisi ke sumber energi bersih, berisiko memukul pasar negara berkembang.

"Kekhawatiran terbesar saya, sesuatu yang pada prinsipnya sangat baik untuk mempercepat transisi ke ekonomi hijau dengan menggunakan uang publik untuk meningkatkan investasi swasta, mungkin saja tidak melayani pasar yang sedang tumbuh dan berkembang dengan baik," beber Lagarde.

Menurutnya, subsidi dapat menyebabkan transfer teknologi dan produksi dari negara berkembang dan miskin ke negara yang lebih kaya.

Baca juga : Presiden Targetkan Enam Bendungan Di NTB Kelar 2023

“Kalau kita mau coba bersih-bersih dunia industri, dan kita tidak memikirkan emerging market, kita semua sudah matang,” katanya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.