Dark/Light Mode

Perdagangan Kudu Adil Dan Saling Menguntungkan

Kita Siap Pasok Mineral Ke China, AS & Uni Eropa

Rabu, 5 April 2023 06:45 WIB
Ketua Umum Kadin Indone­sia Arsjad Rasjid. (Foto: Antara).
Ketua Umum Kadin Indone­sia Arsjad Rasjid. (Foto: Antara).

RM.id  Rakyat Merdeka - Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) dan ASEAN Business Advisory Council (BAC) mendesak Amerika Serikat (AS) bersikap adil dalam pemberian subsidi hijau bagi mineral untuk kendaraan listrik.

Hal itu disuarakan pengusaha Indonesia karena prihatin atas pengucilan terhadap mineral kri­tis Indonesia, dari paket subsidi AS untuk teknologi hijau.

Ketua Umum Kadin Indone­sia Arsjad Rasjid mengatakan, dalam waktu dekat, Pemerintah AS akan menerbitkan pedoman kredit pajak bagi produsen baterai dan Electric Vehicle (EV) di bawah Undang-Undang Pengurangan Inflasi.

Undang-Undang ini mencakup pemberian subsidi 370 miliar dolar AS untuk teknologi energi bersih. Namun, baterai yang mengandung komponen sumber dari Indonesia dikhawatirkan tidak memenuhi syarat untuk kredit pajak Inflation Reduction Rate (IRA) secara penuh.

“Karena Indonesia belum memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan Amerika Serikat. Apalagi dominasi perusahaan China dalam industri nikel,” kata Arsjad.

Baca juga : Kementan Percepat Gratieks Akses Pasar Ke Eropa

Presiden Direktur Indika Energy ini menegaskan, Indonesia pada dasarnya bisa memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan bahan baku baterai kendaraan listrik AS.

Pasalnya, Indonesia memiliki sepertiga dari dari total cadangan nikel dunia yang menempatkan Indonesia pada posisi pertama.

Atas dasar tersebut, saat ini Indonesia sedang bekerja sama dengan perusahaan multina­sional untuk membangun rantai pasokan nikel terpisah untuk China dan Non China.

Arsjad menegaskan, Indonesia adalah teman bagi China dan negara barat. Indonesia siap me­nyediakan mineral penting bagi China, AS dan Uni Eropa.

“Kami berupaya memastikan memiliki portofolio inklusif baik China maupun Non China dalam sektor pertambangan nikel. Ini untuk mencapai kesepakatan perdagangan yang adil dan saling menguntungkan,” jelas Arsjad.

Baca juga : Workshop Banyuwangi Diresmikan, INKA Siap Pasok Kereta Ke KAI Dan KCI

Dia juga menjelaskan, banyak negara telah berinvestasi di Indonesia pada sektor per­tambangan. Khususnya untuk pengembangan kendaraan listrik dan baterai.

Beberapa di antaranya, LG, SK Group, Samsung, dan Hyun­dai. Keempat investor ini pent­ing dalam hilirisasi industri nikel termasuk katoda, sel baterai dan produksi kendaraan.

“Hadir juga LG Energy Solu­tion yang sedang membangun pabrik baterai kendaraan listrik di Indonesia dengan produsen mobil listrik Hyundai,” sam­bungnya.

Karena itu, Arsjad mendorong AS mengakui peran Indonesia dan ASEAN sebagai mitra setara dalam kerangka ekonomi Indo-Pasifik (Indo-Pacific Economic Framework/IPEF).

Selain itu, Arsjad juga me­nekankan pentingnya melihat Indonesia dan ASEAN sebagai alternatif untuk China.

Baca juga : Luhut: Terima Kasih China

Dalam industri pengembangan kendaraan listrik, Arsjad juga mengajak AS dan Uni Eropa menaruh kepercayaan pada Indonesia dan negara ASEAN lainnya.

Dengan peran penting Indo­nesia dan ASEAN dalam rantai pasokan kendaraan listrik, Arsjad optimistis kawasan ini akan menjadi mitra strategis AS, Uni Eropa maupun China dalam sek­tor energi bersih.

Langkah ini diharapkan dapat memperkuat hubungan ekonomi dan politik bagi ASEAN terhadap global. Serta memberi­kan manfaat bagi industri dan perekonomian Indonesia secara keseluruhan. ■  

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.