Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Pangkas Konsumsi Batubara
Semen Indonesia Bertahap Beralih Pake Tenaga Surya
Sabtu, 3 Juni 2023 07:30 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - PT Semen Indonesia (Persero) Tbk komit mendukung energi bersih. Perusahaan pelat merah ini secara bertahap melakukan shifting (perpindahan) penggunaan energi dari listrik berbahan bakar batubara ke tenaga surya.
Direktur Utama Semen Indonesia Donny Arsal mengatakan, pihaknya memiliki program untuk menurunkan emisi karbon dari operasional pabrik semen yang dikelolanya.
“Karena, (pabrik atau perusahaan) semen adalah industri yang mengkonsumsi batubara kedua, setelah (industri) listrik. Makanya, kami sudah mulai shifting penggunaan batubara ke energi yang lebih ramah lingkungan,” ujar Donny dalam acara ramah tamah bersama sejumlah pimpinan redaksi media, di Jakarta, Rabu (31/5).
Baca juga : Pupuk Indonesia Ingatkan Petani Jangan Tergiur Harga Murah Dan Pupuk Tiruan
Donny mengatakan, salah satu anak usahanya telah memanfaatkan sampah untuk diolah menjadi bahan bakar untuk menggantikan batubara.
“Di Cilacap (Jawa Tengah), sudah kekurangan sampah sekarang. Narogong (Bekasi) juga,” tuturnya.
Pemanfaatan energi tenaga surya, dipastikannya, akan terus ditingkatkan guna mendukung program dekarbonisasi.
Baca juga : Menteri Bahlil Ajak Pengusaha AS Investasi Ke Tanah Air
Dia menyampaikan, industri semen tak luput dari gempuran tantangan yang terjadi selama masa pandemi.
Bahkan, tahun 2022 menjadi masa tersulit bagi industri semen. Saat itu harga batubara melambung tinggi hingga mencapai rata-rata 350 dolar Amerika Serikat (AS), setara Rp 5,2 juta per ton. Padahal batubara masih menjadi bahan baku utama bagi industri semen.
“Harga bahan bakar juga naik di September 2022. Bahkan, hal yang baru pertama kali terjadi di industri semen adalah tiba-tiba permintaan semen nasional nge-drop. Bulan Oktober biasanya merupakan masa peak season,” ungkapnya.
Baca juga : Kembangkan Energi Hijau, PLN Indonesia Power Cari Mitra Strategis
Tantangan berikutnya, sambung dia, perseroan masih harus bersaing dengan pemain baru di industri semen. Mereka melakukan predatory pricing alias menjual produk di bawah harga pasar dan jauh dari modal.
“Kami sudah laporkan itu, ke KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha). Tapi ya tidak bisa berbuat apa-apa. Jadi (kami) dikepung sama persoalan-persoalan itu,” keluhnya.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya