Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Turun Rp 11.000, Harga Emas Dibanderol Rp 1.343.000 Per Gram
- Akhir Pekan, Rupiah Melemah Ke Rp 15.985 Per Dolar AS
- Indra Karya Jempolin Manfaat Bendungan Multifungsi Ameroro Di Sulteng
- Pertamina EP Pertahankan Kinerja Positif Keuangan Tahun Buku 2023
- PGN Saka Kantongi Perpanjangan Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas
Sebelumnya
Ia menjelaskan, posisi utang pada tahun 2022 atau sebelum homologasi mencapai 10,11 miliar dolar Amerika Serikat (AS), atau setara Rp 150,30 triliun.
Kini, utang perusahaan berkode saham GIAA ini berada di angka 5,1 miliar dolar AS (Rp 75 triliun).
Selain proses PKPU, efisiensi operasional yang dibarengi dengan perenggangan persyaratan penerbangan, membuat perusahaan mulai mengalami peningkatan pendapatan.
Baca juga : Ginting Bawa Dampak Positif Menuju Indonesia Open
“Yang terpenting, terjadi penurunan utang,” ujar Irfan saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Selasa (13/6).
Irfan menjelaskan, utang sebesar 5,1 miliar dolar AS tersebut, ada sekitar 4,8 miliar dolar AS (Rp 66 triliun) merupakan hasil negosiasi dengan para lessor, yaitu perbankan, Himbara (Himpunan Bank-Bank Negara) dan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) lainnya.
Mereka menyetujui untuk merestrukturisasinya menjadi utang jangka panjang, pengalihan utang menjadi kepemilikan saham, hingga penerbitan surat utang baru atau bond.
Baca juga : Pemerintah Pastikan Beri Hak Sama Semua Atlet Di Indonesia
Sementara sisanya, merupakan konversi utang dari Obligasi Wajib Konversi (OWK) menjadi saham senilai 202 juta dolar AS (Rp3 triliun).
“Dengan kondisi ini, penurunan utang kami tinggal 50 persen. Dan ini secara accounting menjadi fokus perusahaan ke depannya,” katanya.
Di samping penurunan utang, perseroan juga mengantongi laba tahun 2022 sebesar 3,8 miliar dolar AS (Rp 56,9 triliun).
Baca juga : Yess, Jerman Bersedia Dongkrak Kemampuan Teknis Sepak Bola Indonesia
Sebagai gambaran, capaian laba tersebut hanya angka di atas kertas. Pasalnya, dalam pencatatan akuntansi, ini disebut laba buku atau book profit. Yakni jenis laba yang dicatatkan dalam pembukuan, tetapi pendapatannya belum terealisasi.
“Net income walaupun ini non cash, tapi bukan semata-mata disebabkan oleh pengurangan nilai utang. Tapi ada juga dari kinerja, walau angkanya masih sekitar 50 juta dolar AS (Rp 748 miliar),” ungkapnya.
Ia melanjutkan, selama proses PKPU, pihaknya melakukan banyak transformasi dan efisiensi. Sehingga perseroan mampu menurunkan fixed cost (pengeluaran tetap) sekitar 74 persen, jika dibandingkan sebelum pandemi Covid-19.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya