Dark/Light Mode

Hadapi Ancaman Resesi Ekonomi, Bank Mandiri Perkuat Manajemen Risiko

Senin, 16 September 2019 14:50 WIB
Direktur Retail Banking Bank Mandiri Donsuwan Simatupang (tengah) didampingi Group Head Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas (kedua kiri) saat memberikan bantuan di Badung, Bali, akhir pekan lalu. (Foto: Bank Mandiri)
Direktur Retail Banking Bank Mandiri Donsuwan Simatupang (tengah) didampingi Group Head Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas (kedua kiri) saat memberikan bantuan di Badung, Bali, akhir pekan lalu. (Foto: Bank Mandiri)

RM.id  Rakyat Merdeka - Bank  Mandiri mengantisipasi dampak dari resesi perekonomian domestik. Meskipun belum terlalu besar, antisipasi perlu dilakukan. Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas menuturkan, pada tahun ini dampak dari resesi ekonomi global bahkan telah dirasakan, meski dinilai belum begitu besar. 

Karena itu, perseroan mulai menata kembali manajemen risiko dalam menghadapi ancaman kondisi buruk yang bisa datang. “Tahun 2019 ini sudah mulai berasa meski belum kencang. Jadi strategi kita sebetulnya memperkuat risk manajemen. Appetite mau kemana itu yang diperkuat,” kata Rohan kepada wartawan di Nusa Dua, Bali, akhir pekan lalu. 

Rohan menambahkan, untuk menghadapi kemungkinan resesi, Bank Mandiri akan memperkuat manajemen resiko. Sebagai informasi, hingga Juni 2019 mencapai Rp 820 triliun atau tumbuh 9,5 persen dibanding semester I tahun lalu. 

Baca juga : Yayasan Hayandra Peduli Perluas Layanan Medis

Secara keseluruhan, total aset yang dimiliki Bank Mandiri, lanjut Rohan, telah mencapai sekitar Rp 1.200 triliun. Pihaknya mengaku, salah satu dampak resesi ekonomi yang bakal dirasakan yakni pelemahan pertumbuhan kredit. 

Khususnya kredit konsumsi untuk kredit kendaraan bermotor dan kredit kepemilikan rumah. Diperkirakan, hingga penghujung tahun kredit konsum di dua sektor itu akan turun 1-2 persen dari target perseroan.  Namun, pelemahan kredit dua sektor itu akan terkompensasi dari pertumbuhan kredit korporasi yang hingga kini masih tumbuh positif. 

“Kredit konsumsi seperti perumahan dan mobil itu relatif melemah sekarang,” ujarnya. 

Baca juga : BGR Gandeng Grab Perkuat Jaringan di Segmen Retail

Selain kredit korporasi, kredit untuk sektor perkebunan dan infrastruktur masih memiliki peluang untuk tumbuh positif. Proyek-proyek pemerintah yang membutuhkan pendanaan dari kredit perbankan juga masih cukup besar. 

Secara akumulasi, Rohan mengatakan pertumbuhan kredit tahun ini maksimal sebesar 11-12 persen. Pertumbuhan itu, menurut Rohan masih sesuai target perseroan atau di atas dari target Otoritas Jasa Keuangan sebesar 10-11 persen.

Di samping itu, Rohan mengatakan, Bank Mandiri mulai menekan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di level rendah. Itu demi mengantisipasi adanya pelebaran NPL di tengah prospek perekonomian yang bisa melemah akibat resesi. 

Baca juga : Kapitra Anggap Penolakan Revisi UU KPK Perbuatan Makar

Hingga 30 Juni 2019, NPL kredit perbankan berada di level 2,57 persen. Soal pendanaan, Rohan mengatakan Bank Mandiri cukup aman. Sebab, penerbitan obligasi yang dilakukan pada awal tahun sangat cukup dalam penyediaan dana segar untuk memenuhi kebutuhan bisnis.

 Adapun tahun depan, Rohan menuturkan, perseroan bakal mencerminta berbagai risiko yang bisa muncul pada tahun depan. Apalagi, kata Rohan, sinyal pelemahan ekonomi mulai terlihat sejak saat ini. “Kita akan tinjau review budgeting lebih matang lagi dikaitkan dengan sinyal pelemahan ekonomi,” katanya. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.