Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Cek Di Sini, 5 Penjelasan Penting BPOM Soal Vaksin AstraZeneca Yang Bikin Heboh
- Lawan Guinea, Pelatih Persib: Timnas Akan Hadapi Lawan Berat
- Piala AFC U-17 Putri, Garuda Pertiwi Muda Fokus Hadapi Korsel
- 128.000 Jemaah Haji Indonesia Nikmati Fasilitas Fast Track
- Dortmund Ke Final, PSG Cuma Kurang Beruntung
Harga BBM Non Subsidi Naik
Aturan Konsumsi Bensin Subsidi Kudu Diperketat
Senin, 16 Oktober 2023 07:20 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi yang dilakukan PT Pertamina (Persero) per 1 Oktober lalu, perlu diimbangi dengan mekanisme pembatasan konsumsi BBM subsidi hanya untuk yang berhak.
Pasalnya, selisih harga yang cukup besar, dikhawatirkan membuat masyarakat mampu malah beralih mengkonsumsi BBM subsidi.
Hal ini disampaikan Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi. Menurutnya, kenaikan harga BBM non subsidi memang menjadi keniscayaan bagi Pertamina. Pasalnya, penetapan harga BBM nonsubsidi ditentukan berdasarkan mekanisme pasar.
Baca juga : Anggota DPR Dukung PGEO Sediakan Energi Bersih Yang Berkelanjutan
“Variabel utama penetapan harga BBM non-subsidi, adalah harga minyak dunia yang saat ini membumbung tinggi hingga mencapai 95,31 dolar Amerika Serikat (AS), setara Rp 1,5 juta per barrel,” ujar Fahmy kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Kendati harga minyak dunia mendekati 100 dolar AS per barrel, kata dia, Pemerintah bersikukuh tidak menaikkan harga BBM subsidi, Pertalite dan Solar.
Selain itu, kenaikan harga BBM non-subsidi tersebut juga tidak secara signifikan memicu kenaikan inflasi, yang menurunkan daya beli masyarakat.
Baca juga : Survei Herbalife: 77 Persen Konsumen Asia Pasifik Sadar Kesehatan
“Alasannya, proporsi konsumen BBM non-subsidi relatif kecil. Hanya sekitar 11,5 persen dari total pengguna BBM, yang umumnya konsumen kelas menengah ke atas,” katanya.
Hanya saja, imbuh Fahmy, kenaikan harga tersebut memperbesar disparitas harga BBM non-subsidi dengan harga BBM subsidi.
Menurut dia, disparitas harga itu akan memicu gelombang migrasi kosumen Pertamax ke Pertalite.
Baca juga : Stok Pupuk Subsidi Di Gudang Sergai Aman Untuk 3 Minggu Ke Depan
Alhasil, migrasi tersebut berpotensi menjebolkan kuota Pertalite, yang akan memperberat beban APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dalam pemberian subsidi BBM.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya