Dark/Light Mode

Romo Benny BPIP Ajak Mahasiswa Jaga Demokrasi

Jumat, 24 November 2023 16:50 WIB
Seminar Nasional bertajuk Regresi Demokrasi di Indonesia? yang digelar di Universitas Airlangga, Surabaya, Kamis (23/11). (Foto: Ist)
Seminar Nasional bertajuk Regresi Demokrasi di Indonesia? yang digelar di Universitas Airlangga, Surabaya, Kamis (23/11). (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP, Antonius Benny Susetyo mengajak, mahasiswa untuk ikut menjaga demokrasi.

Menurut Romo Benny, kondisi demokrasi saat ini mulai mengkhawatirkan seiring meningkatnya otoritarianisme, minimnya penegakan hak asasi manusia, dan rendahnya kebebasan berpendapat. 

Hal tersebut disampaikan Romo Benny saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional bertajuk “Regresi Demokrasi di Indonesia?” yang digelar di Universitas Airlangga, Surabaya, Kamis (23/11). Kegiatan yang digelar Fakultas Ilmu Politik Unair ini bertujuan untuk menyusun pandangan komprehensif dan berkelanjutan mengenai permasalahan yang sedang dihadapi demokrasi di Tanah Air, dengan fokus pada aspek-aspek hukum dan kebijakan.

Baca juga : Siti Fauziah Ajak Mahasiswa Beri Gagasan Untuk MPR

Selain Romo Benny, hadir pembicara lain yaitu pengajar ilmu politik Unair Airlangga Pribadi Kusman dan Dosen Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jakarta Luky Djuniardi Djani. 

Dalam pemaparannya, Benny menyampaikan kekhawatiran tentang munculnya gejala kemunduran demokrasi di Indonesia. Salah satunya adalah  fenomena kontroversial  keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengabulkan gugatan terkait batas usia Capres dan Cawapres di bawah 40 tahun. "Hal ini menimbulkan perdebatan intens di masyarakat tentang implikasi keputusan tersebut terhadap prinsip-prinsip demokrasi," kata Romo Benny, dalam keterangan tertulis, Jumat (24/11). 

Benny juga menyoroti perubahan dramatis dalam moralitas publik dan etika sejak kasus Mahkamah Konstitusi (MK). Menurutnya, demokrasi telah menjadi alat semata-mata untuk memuluskan jalan segelintir orang ke tampuk kekuasaan. Dalam proses tersebut, demokrasi telah diingkari. Etika dan nurani, yang seharusnya menjadi kepatuhan bersama dalam proses berbangsa dan bernegara, kini tidak lagi diutamakan. Konstitusi pun terpinggirkan demi pengkultusan figur tertentu.

Baca juga : Muhammadiyah Yakin Ganjar-Mahfud Kembalikan Demokrasi

"Demokrasi, yang seharusnya menjadi wadah untuk menjalankan prinsip-prinsip keadilan dan keutamaan, berubah menjadi arena kontes kepopuleran," kata Benny. 

Romo Benny menambahkan  efek dari penyalahgunaan proses berdemokrasi. Kata dia, penyalahgunaan ini menghambat perkembangan demokrasi yang sehat, mereduksi persaingan politik yang seharusnya bersifat sehat menjadi kontes kepopuleran, dan menjauhkan politik dari nilai-nilai Pancasila

Lebih lanjut Benny menegaskan bahwa masyarakat harus semakin sadar dan memahami bahwa proses berdemokrasi melalui pemilu merupakan titik krusial bagi perkembangan bangsa dan negara. "Mahasiswa, sebagai pilar intelektual organik, diharapkan mampu menganalisis segala fenomena demokrasi dan politik untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih baik," ucapnya. 

Baca juga : Jelang Pemilu, Kepala BPIP Ajak Diaspora Di Brunei Jaga Persatuan

Benny menutup paparannya degan menekankan mahasiswa sebagai agen perubahan harus mampu menciptakan diskusi dan dialektika mengenai isu-isu krusial ini. Dengan merujuk pada kata-kata Wiji Thukul, ia menekankan pentingnya mahasiswa menjadi "bunga yang merobohkan tembok penyelewengan demokrasi." 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.