Dark/Light Mode

Gelombang Laut, Potensi Besar Upaya Menghadapi Krisis Iklim

Jumat, 12 April 2024 06:16 WIB
Pembangkit listrik tenaga gelombang laut. (Foto: Istimewa)
Pembangkit listrik tenaga gelombang laut. (Foto: Istimewa)

Bumi merupakan satu-satunya planet di tata surya yang dihuni oleh makhluk hidup. Karena hanya bumilah yang memiliki unsur pendukung kehidupan seperti ketersediaan air, oksigen, gravitasi, atmosfer, serta iklim yang stabil. Hal ini membuat makhluk dapat hidup dan berkembang di planet bumi.

Adanya kehidupan di bumi tentu menciptakan hubungan timbal balik yang terjadi antara aktivitas manusia dengan alam. Aktivitas manusia yang berdampak buruk terhadap alam akan mengakibatkan dampak buruk juga terhadap manusia dan makhluk lainnya. Diperkirakan sejak tahun 1800-an, aktivitas manusia telah menjadi penggerak utama dari perubahan iklim, khususnya sejak era revolusi industri. Revolusi industri adalah perubahan besar-besaran di berbagai bidang seperi pertanian, manufaktur, pertambangan, dan transportasi yang mulanya sederhana/tradisional menjadi serba mesin dengan penggunaan bahan bakar fosil.

Penggunaan bahan bakar fosil, seperti batu bara,minyak bumi, dan gas akan menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Gas tersebut seperti menyelimuti bumi dan menjebak panas dari matahari tidak dapat dipantulkan kembali, sehingga meningkatkan suhu di bumi. Dampak yang ditimbulkan dari meningkatnya Gas Rumah Kaca (GRK) secara terus-menerus adalah terjadinya krisis iklim, yaitu suatu krisis yang dialami hampir seluruh masyarakat di dunia karena adanya pemanasan global dan perubahan iklim yang mengakibatkan terjadinya berbagai bencana meteorologi seperti badai siklon, badai tropis, kekeringan, banjir, dan sebagainya. Oleh karena itu peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) mendapat perhatian yang serius dari berbagai negara.

Apa upaya yang dilakukan?

Sudah banyak negara yang mulai melakukan upaya untuk menangani krisis iklim, sebagian besar melakukan transisi energi yaitu proses mengubah penggunaan sumber energi berbasis fosil menjadi penggunaan energi terbarukan yang berasal dari air, angin, dan panas matahari. Hal ini karena energi terbarukan tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca dan jumlahnya tidak terbatas.

Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah perairan yang sangat luas,sehingga sangat berpotensi melakukan transisi energi dengan memanfaatkan wilayah perairannya sebagai penghasil energi terbarukan. Gelombang air laut merupakan alternatif untuk menghasil energi listrik dengan biaya yang lebih hemat daripada penghasil energi listrik lainnya. Energi listrik tenaga gelombang merupakan energi hijau yang tidak menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), pengoperasiaannya hanya membutuhkan wilayah yang kecil sehingga ramah lingkungan dan tidak mengganggu ekosistem laut.

Kelebihan lainnya dari gelombang adalah potensi energinya selalu ada sepanjang waktu sehingga daya yang dihasilkan lebih stabil dan lebih terprediksi. Bahkan, mengandung 1.000 kali energi kinetik angin sehingga dapat menghasilkan listrik yang jauh lebih besar. Hal-hal tersebutlah yang membuat pembangkit listrik tenaga gelombang ini lebih baik jika dibandingkan dengan pembangkit listrik yang menggunakan tenaga angin dan tenaga surya.

Krisis iklim bukanlah bencana yang hanya menimpa satu atau beberapa negara saja. Namun, seluruh dunia karena perubahan iklim yang besar akan berefek ke seluruh penjuru, cuaca makin ekstrem, berbagai bencana alam silih berganti menimpa, dan berdampak mengganggu kehidupan sosial, ekonomi, serta kesehatan. Usia hidup manusia dan makhluk lain di bumi terancam menurun. Bahkan, jika tidak segera ditangani dapat menimbulkan kepunahan. 

Konferensi PBB di Durban, Afrika Selatan (28/11 - 9/12/2011) yang dihadiri perwakilan pemerintah dari 190 negara telah mencapai kesepakatan untuk pengurangan emisi gas rumah kaca dan polutan lainnya. Konferensi ini merupakan konvensi kerangka kerja PBB untuk perubahan iklim (UNFCCC) yang di selenggarakan dengan tujuan mengurangi krisis iklim. Pada konvensi ini PBB menegaskan bahwa negara-negara maju memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk mencapai tujuan tersebut.

Dikarenakan krisis iklim adalah bencana internasional, maka seluruh negara harus kompak dan berkontribusi melakukan upaya-upaya untuk mengurangi produksi Gas Rumah Kaca (GRK) yang merupakan sumber bencana. Upaya yang dapat dilakukan dan sudah dilakukan oleh Indonesia adalah transisi energi dari energi yang berasal dari fosil menjadi energi terbarukan tanpa emisi. Salah satunya adalah pemanfaatan tenaga gelombang air laut untuk pembangkit listrik, karena memiliki banyak sekali kelebihan yang dapat dicapai dengan biaya yang lebih sedikit daripada menggunakan tenaga angin dan tenaga surya. Kedisiplinan seluruh negara dalam berkontribusi akan dapat mengurangi krisis iklim secara signifikan, sehingga bumi akan membaik dan usia harapan hidup akan makin panjang.

Baca juga : BNI dan TNI Kolaborasi Berikan Layanan Keuangan Terintegrasi


Krisis iklim. (Gambar: Istimewa)
Pembangkit listrik tenaga gelombang laut

Rizki Aji Pratama
Rizki Aji Pratama
Sangat ingin berkontribusi dalam berbagai upaya menjaga bumi.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.