Dark/Light Mode

Si Peta Misil SDGs 2030

Selasa, 23 April 2024 09:21 WIB
Ilustrasi Siklus Ekonomi Sirkular (Sumber: Charles Magnus, 2024)
Ilustrasi Siklus Ekonomi Sirkular (Sumber: Charles Magnus, 2024)

Ekonomi Sirkular Secara Umum

Berbicara mengenai ekonomi sirkular (circular economy) merupakan hal yang tidak asing lagi bagi berbagai kalangan. Ekonomi sirkular merupakan kegiatan perekonomian yang menggunakan pendekatan yang berfokus pada sistem dan melibatkan proses industri dan aktivitas ekonomi yang dirancang secara restoratif atau regeneratif, memungkinkan sumber daya yang digunakan dalam proses dan aktivitas tersebut mempertahankan nilai tertingginya selama mungkin dan bertujuan untuk menghilangkan pemborosan melalui desain material, produk, dan sistem yang unggul (EPA, 2023).

Ekonomi sirkular digunakan sebagai alat untuk mengukur kemajuan dari suatu bangsa salah satu contohnya, yaitu Uni Eropa (UE) dengan memisahkan pertumbuhan dari penggunaan sumber daya dan menjaga konsumsi sumber daya tetap dalam batasan yang ada, sekaligus berkontribusi terhadap daya saing, keberlanjutan, dan ketahanan perekonomian UE (European Commission Environment Directorate-General, 2023). Berikut adalah ilustrasi siklus ekonomi sirkular berjalan:

Gambar 1. Siklus Ekonomi Sirkular
(Sumber: Charles Magnus, 2024)

Ekonomi Sirkular Pertanian dan Sustainable Development Goals (SDGs)

Baca juga : Kursi Ketua DPR, Milik Siapa?

Ekonomi sirkular tentunya akan selalu berkaitan dalam berbagai sektor pada kehidupan manusia, salah satunya adalah sektor pertanian. United Nations dalam Department of Economic and Social Affairs menjabarkan ada tiga tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals) yang bersinggungan langsung dengan pembangunan berkelanjutan di sektor pertanian. Adapun ketiga tujuan tersebut tertera pada poin 12, yaitu tanggung jawab konsumsi dan produksi; poin 13, yaitu aksi iklim; dan poin 15, yaitu hidup di daratan.

Kaitan antara ekonomi sirkular dan pertanian, yaitu pesatnya pertumbuhan produksi pertanian mengakibatkan sepertiga tutupan hutan global telah hilang dalam satu abad terakhir dan 20 persen hutan yang ada telah terdegradasi antara tahun 1990 dan 2015. Dampak langsung dari deforestasi adalah hilangnya keanekaragaman hayati. Konversi habitat alami menjadi lahan pertanian telah menyumbang 60-70 persen dari total hilangnya keanekaragaman hayati yang dialami pada periode ini. 

Gambar 2. Perubahan Area Tutupan Hutan Tahun 1990 s.d 2020. (Sumber: Helgason et al., 2021)

Pertumbuhan pertanian juga didorong oleh semakin intensifnya penggunaan pupuk kimia dan pestisida sintetik, yang seiring berjalannya waktu telah mengikis kualitas lahan untuk bercocok tanam. Penggunaan pupuk kimia secara global meningkat dari sekitar 12 juta ton pada tahun 1961 menjadi lebih dari 110 juta ton pada tahun 2018. Penggunaan pupuk per hektar telah meningkat di seluruh wilayah berkembang, dengan pertumbuhan terbesar di Asia, dipimpin oleh Tiongkok dan India. Hal ini sangat kontras dengan Afrika Sub-Sahara, yang penggunaan pupuknya masih rendah, meningkat dari 11 kg per hektar lahan pertanian pada tahun 2000 menjadi 16 kg per hektar pada tahun 2018 (Helgason et al., 2021)

Gambar 3. Penggunaan Pupuk Nitrogen Berdasarkan Wilayah Negara Tahun 1968 s.d 2018. (Sumber: Helgason et al., 2021)

Pertanian Organik di Indonesia

Baca juga : Tren Perjalanan Milenial dan Gen Z di 2024

Bahan makanan yang berasal dari pertanian organik merupakan salah satu hal yang digemari oleh masyarakat Indonesia saat ini. Adapun sentra pertanian organik di Indonesia meliputi  beras, kelapa, pisang, kopi, jeruk, teh, kakao, aren, dan rempah organik. Selain itu, buah tropis, sayuran, kacang-kacangan dan umbi-umbian organik merupakan beberapa hal yang sering dikembangkan sebagai bagian dari pertanian organik hingga saat ini.

Berdasarkan data dari Statistik Pertanian Organik Tahun 2023, dari tahun 2019 sampai dengan 2022, luasan lahan yang disertifikasi organik khususnya untuk beras organik mengalami kenaikan atau fluktuasi. Kenaikan luasan lahan beras organik seiring dengan jumlah petani yang terlibat dalam pengolahan beras organik. Pada tahun 2019 tercatat 7.398 petani di seluruh Indonesia dan jumlah petani yang terlibat dalam pembudidayaan beras organik pada akhir 2022 adalah 12.752 orang (David & Alkausar, 2023)

Si Peta Misil SDGs 2030 (Sosialisasi Pertanian Organik Berbasis Ekonomi Sirkular demi Mewujudkan Sustainable Development Goals 2030)

Pertanian organik adalah elemen kunci lain dari pertanian sirkular dengan upaya menghilangkan ketergantungan pada pupuk kimia, pestisida, dan plastik. Pertanian organik biasanya lebih padat karya sehingga menyediakan lapangan kerja di pedesaan dan peluang untuk melakukan sebuah pembangunan. Berkurangnya penggunaan pestisida dan pupuk juga mempunyai implikasi pada perubahan proporsi pekerjaan di bidang pertanian. Penanganan pestisida dianggap sebagai tugas laki-laki sehingga pertanian organik bebas pestisida dapat mendorong partisipasi perempuan dalam pertanian di banyak belahan dunia. Masih terdapat banyak hambatan dalam penerapan pertanian organik secara lebih luas berdasarkan kepentingan pribadi dan kebijakan yang ada. Adapun hambatan tersebut, di antaranya adalah kurangnya informasi dan pengetahuan, infrastruktur yang lemah, kesalahpahaman, dan bias budaya. Pertanian organik juga kurang mendapat penelitian dan investasi pemerintah dan swasta dibandingkan praktik pertanian konvensional, terutama di negara-negara berkembang (Helgason et al., 2021)

Pada artikel ilmiah populer kali ini, Saya akan mencoba mengelaborasikan antara program yang telah berjalan selama ini di Indonesia, yaitu pertanian organik dengan metode sosialisasi terbarukan yang diharapkan dapat membantu permasalahan mengenai kurangnya informasi dan pengetahuan petani di Indonesia dalam melakukan konsep pertanian organik. Adapun program yang Saya usung dalam artikel ini adalah Si Peta Misil SDGs 2030 (Sosialisasi Pertanian Organik Berbasis Ekonomi Sirkular demi Mewujudkan Sustainable Development Goals 2030).

Baca juga : Jokowi Betah Tinggal Di IKN

Melalui konsep ini, saya ingin menciptakan sebuah sistem berbasis web yang berisikan tentang materi sosialisasi mengenai pertanian organik. Materi ini sifatnya seperti sebuah pembelajaran yang disampaikan langsung oleh narasumber yang telah menjadi pakar di bidangnya. Sistem ini nantinya akan dikembangkan terus menerus secara lanjut dan pada akhirnya akan disosialisasikan melalui Kementan berkolaborasi dengan KLHK, kemudian turun melalui garis koordinasi pada Dinas Pertanian Provinsi Kabupaten/Kota dan sampai kepada lingkungan masyarakat khususnya yang bergerak pada bidang komoditi yang bisa dijadikan pertanian organik. Media penyampaian informasi berupa booklet, kaset DVD, maupun bisa ditonton secara langsung melalui web streaming. Adapun materi yang disampaikan dalam sosialisasi ini mengenai apa itu pertanian organik, manfaat melakukan pertanian organik bagi petani dan konsumen, tata cara melakukan pertanian organik, penjelasan mengenai nilai jual yang dihasilkan melalui pertanian organik, hingga dampak positif yang didapatkan oleh lingkungan melalui kegiatan pertanian organik.

Penyampaian informasi melalui sosialisasi tentu tidak hanya kolaborasi antar stakeholder saja, tentu melibatkan peran Non Government Organization (NGO) bidang lingkungan yang ada di daerah, tokoh agama maupun tokoh adat serta dibutuhkan partisipasi dan antusias dari masyarakat. Tentunya, karena konsep ini berupa rancangan, masih ditemukan beberapa hambatan nantinya yang mungkin terjadi di lapangan seperti kondisi sinyal di daerah yang minim jaringan internet apabila ingin mengakses materi sosialisasi menjadi sulit.

Guna mengantisipasi hal tersebut, kegiatan sosialisasi bisa dijangkau langsung oleh dinas terkait dengan melakukan sosialisasi secara langsung membawa booklet yang telah dicetak dan dibagikan kepada warga. Selain itu, sosialisasi juga bisa dilakukan dengan memutar video DVD melalui proyektor di tempat sosialisasi bagi daerah masyarakat yang sulit dijangkau jaringan internet. Tentunya, Saya berharap konsep ini bisa dirangkai mulai dari hal yang sederhana hingga pada akhirnya sistem ini bisa mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan bagi Indonesia di tahun 2030 terutama pada tujuan poin 12, 13, dan 15.


Bayu Pratama Tarigan
Bayu Pratama Tarigan
Mahasiswa Magister (S2) Universitas Indonesia

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.