Dark/Light Mode

Solar Ice Maker: Teknologi Inovatif Aquaculture Indonesia

Rabu, 17 April 2024 01:19 WIB
Solar Ice Maker: Teknologi Indonesia-Jerman. (Foto: hannovermesse.de)
Solar Ice Maker: Teknologi Indonesia-Jerman. (Foto: hannovermesse.de)

Agrikultur Milik Indonesia

Tahun 2023 menjadi saksi ketika para Menteri Agrikultur anggota G20 berkumpul untuk mendeklarasikan komitmen dalam mendukung perkembangan yang inklusif dan tangguh dalam sektor agrikultur yang berkelanjutan. Komitmen ini berasal dari keresahan atas situasi ketidakamanan pangan global yang kian memburuk. Diharapkan perwujudan Sustainable Development Goals (SDG) 7 yang mendorong energi terjangkau dan bersih dapat diwujudkan semua negara. Perubahan iklim menghilangkan biodiversitas bumi dan menjadi krisis yang yang mencekam seluruh negara di dunia, tak terkecuali, Indonesia.

Indonesia, negara dengan sektor pertanian yang terkemuka di dunia menjadi kontributor esensial dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2022, pertanian mencapai kontribusi 12,4% PDB Indonesia dan memberdayakan lebih dari 38 juta petani. Mata pencaharian ini didominasi oleh rumah tangga yang tinggal dalam kemiskinan, namun pada kenyataannya, sektor pangan menjadi penopang keberlangsungan hidup manusia. 

Perikanan mewakili bidang penting bagi ekonomi agrikultur Indonesia, negara produsen ikan terbesar kedua di dunia. Kemakmuran Indonesia dapat ditemukan pada lautnya yang begitu luas. Tiga perempat wilayah dari negara kepulauan berada di lautan dengan lebih dari 17 ribu pulau dan sekitar 108 ribu kilometer garis pantai. Perikanan berkontribusi 2,54% bagi PDB, sehingga menyuplai 50% protein bagi negara.

Dilema Agrikultur yang Belum Berkelanjutan

Industri pertanian, baik besar maupun kecil, menghadapi tantangan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan konsumsi air akibat perubahan iklim yang menghambat pertumbuhan tanaman yang sehat dan produktif. Low Carbon Development Indonesia menyatakan bahwa 13% total emisi gas rumah kaca Indonesia berasal dari sektor pertanian.

Dalam penggunaan energi, operasi pertanian sering kali bergantung pada bahan bakar fosil untuk mesin dan transportasi, yang melepaskan karbon dioksida saat dibakar. Terutama pada perikanan, ada mesin pembuat es balok untuk mendinginkan ikan yang biasa menggunakan pembangkit diesel. Pada saat yang sama, ketersediaan bahan bakar fosil sangat terbatas. Our World in Data melaporkan data bahwa ketersediaan batu bara tersisa 139 tahun, minyak 54 tahun, dan gas 49 tahun. Permintaan pangan dan energi sama-sama meningkat terus-menerus karena peningkatan taraf kehidupan manusia dan perkembangan jumlah penduduk.

Jika stabilitas pangan dan energi tidak dapat dijaga dengan hati-hati, maka dapat menjadi ancaman bagi stabilitas Indonesia. Untuk menghapus kemiskinan ekstrem, meningkatkan produktivitas, dan mencapai emisi karbon nol, Indonesia memerlukan sistem pertanian pangan yang berkelanjutan, sekaligus mengatasi tantangan seperti perubahan iklim.

Dilema Dingin bagi Nelayan

(Nelayan skala kecil/hvacrnews.com.au)Nelayan ingin melestarikan stok ikannya dan menjaga atau meningkatkan pendapatan nelayan lokal. Pendinginan hasil tangkapan yang tidak terputus sangat penting untuk mencapai hal ini. Jika tidak, hasil tangkapan hanya bisa membusuk di pantai sehingga terdapat kehilangan makanan yang berlebihan. Sekitar 80% nelayan yang menangkap ikan dalam skala kecil masih menggunakan teknik penangkapan ikan konvensional.

Bagi nelayan-nelayan di daerah 3T (Tertinggal, Terpencil, dan Terdepan), pembangunan infrastruktur pendingin bagi ikan yang berbasis energi terjangkau dan dapat diandalkan terbatas hingga tidak ada sama sekali. Kerugian diakibatkan oleh infrastruktur yang tidak memadai, terutama dalam hal rantai dingin, juga menghambat akses para nelayan tersebut terhadap pasar yang lebih besar dan daya saing dengan nelayan industri.

Teknologi Solar Ice Maker

(Sistem panel surya untuk Solar Ice Maker/GIZ)Fasilitas berbasis energi terbarukan yang terdesentralisasi dapat menjadi solusi bagi tantangan berat yang dihadapi para nelayan Indonesia. Maka, perlu digabungkan teknologi tenaga surya dan teknologi pendingin sebagai solusi inovatif, yaitu Solar Ice Maker yang hanya mengandalkan sistem baterai kecil. Teknologi tersebut merupakan inovasi dari kerjasama Indonesia dengan Jerman. Sekarang memungkinkan bagi nelayan-nelayan untuk memproduksi balok es di daerah 3T yang tanpa jaringan listrik. Selain itu, teknologi ini dapat mengganti pembangkit diesel yang merusak iklim, karena sebuah dan meminimalisasikan kerugian akibat penangkapan ikan, sehingga menambah nilai tambah bagi sebuah desa.

Baca juga : KJRI Cape Town Gelar Life Skill Buat ABK Indonesia

(Produksi es balok / GIZ)Secara sederhana, es tercipta dari tenaga surya melalui fotovoltaik. Metodi ini sepenuhnya tidak memperburuk kondisi iklim sehingga dapat mengganti pembangkit diesel yang memanfaatkan bahan bakar fosil. Pembuat es tenaga surya dapat menghemat 40 ton CO2 setiap tahunnya. Teknologi tenaga surya dan pendingin diintegrasikan dengan teknologi sensor dan sistem manajemen energi cerdas dalam satu unit.

Mesin es balok ini menyesuaikan dengan jumlah energi surya yang tersedia. Produksi dalam sehari terjamin dapat mencapai hingga 1,2 ton es balok. Nilai tambah setiap desa ditingkatkan karena ikan yang dikemas dengan es menarik nilai pasar yang lebih besar, sehingga meningkatkan pendapatan para nelayan. Sebagai contoh nilai pasar tuna dapat meningkat 50% atau lebih jika dikemas dengan es.

Baca juga : Indodax Kuasai Market Share Kripto Indonesia

(Peresmian Solar Ice Maker di Sulamu, NTT/kumparan.com)Optimalisasi dari Solar Ice Maker dapat ditemukan di Sulamu, sebuah desa nelayan di Nusa Tenggara Timur. Peluncuran fasilitas tersebut telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2022 dengan melibatkan pemangku kepentingan internasional, nasional, dan lokal. Produktivitas pedesaan, serta efisiensi dan pendapatan penangkapan ikan skala kecil meningkat. Pengelolaan mesin es balok berbasis tenaga surya berada di tangan Indonesia karena kini diproduksi oleh Selaras Mandiri Tehnik ( AIREF), sebuah perusahaan lokal.

Komitmen Indonesia untuk Energi Terbarukan

Pada zaman teknologi yang lebih maju dan canggih, energi terbarukan dapat menjadi solusi untuk mengembangkan praktik agrikultur Indonesia yang berkelanjutan secara keseluruhan. Kebijakan energi terbarukan Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi. Undang-Undang ini mewajibkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya untuk meningkatkan pasokan Energi Baru dan Energi Terbarukan. Peraturan undang-undang tersebut diharapkan dapat mendorong perwujudan SDG 7.

Baca juga : Denmark Dorong Kolaborasi Tanggulangi Obesitas Pada Anak Indonesia

(Bermacam-macam energi terbarukan / rhtlawasia.com)Tenaga surya sebagai salah satu energi terbarukan dapat mendukung masa depan berkelanjutan bagi negara berkembang seperti Indonesia yang beriklim. Indonesia memiliki potensi energi surya yang melimpah untuk memenuhi kebutuhan energi masa depan dengan biaya yang kompetitif, dengan banyak ruang untuk digunakan dan dikombinasikan dengan pertanian. Pembuat es balok berbasis tenaga surya menjadi satu dari banyaknya mesin pertanian lain yang dapat memanfaatkan  energi surya untuk praktik yang berkelanjutan. Mesin berbasis bahan bakar fosil dapat segera tergantikan. Ketersediaan sumber energi terbarukan di Indonesia sangat melimpah, sehingga tenaga surya perlu dioptimalkan dan diimplementasikan secara sepenuhnya.

Mahalakshmi El Trinity Nirvana
Mahalakshmi El Trinity Nirvana
Penulis

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.