Dark/Light Mode

Integrasi Pemanfaatan Renewable Energy di Dunia Kesehatan sebagai Upaya Tercapainya Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia

Selasa, 23 April 2024 20:43 WIB
Renewable Energy demi tercapainya SDGs Kesehatan (Gambar: Istimewa)
Renewable Energy demi tercapainya SDGs Kesehatan (Gambar: Istimewa)

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberlanjutan (Sustainability) telah menjadi salah satu isu prioritas untuk kegiatan di semua tingkatan, kerusakan ekosistem telah meningkatkan pentingnya keberlanjutan di semua bidang. Degradasi lingkungan dan penurunan kualitas lingkungan telah mendapat perhatian besar dari kerjasama pembangunan dalam skala dunia (Asumadu et al.,2018). Setelah industrialisasi, penggunaan semua sumber daya yang tidak bijaksana telah mengakibatkan perusakan lingkungan sampai pada tingkat yang mencegahnya memperbaiki dirinya sendiri, dan akibatnya, pemanasan global. Pemanasan global yang dihasilkan dari efek rumah kaca, yang dapat dijelaskan sebagai retensi sinar matahari yang dipantulkan oleh gas yang dilepaskan ke atmosfer, menyebabkan banyak masalah politik, ekonomi, dan social (Asumadu et al.,2018).

Ekosistem dan masyarakat manusia berada dalam bahaya besar karena keadaan seperti peningkatan frekuensi dan efek kondisi cuaca buruk termasuk kekeringan, banjir, dan angin topan yang kuat, naiknya permukaan laut dan air asin, dan mencairnya gletser (Asumadu et al.,2018).  Memanfaatkan renewable energy sources (RESs) tanpa diragukan lagi merupakan inisiatif pertama yang paling penting yang dapat diambil untuk meminimalkan produksi karbon dan gas rumah kaca (GRK) lainnya, yang merupakan kontributor substansial terhadap pemanasan global.

Renewable energy menjadi semakin disukai karena memenuhi meningkatnya permintaan energi negara, mengurangi ketergantungan asing, mempercepat pembangunan berkelanjutan, meningkatkan lapangan kerja regional, dan menjadi kurang berbahaya bagi lingkungan. RES tidak memancarkan gas rumah kaca. Setelah infrastruktur RES didirikan, biaya berkelanjutan untuk memproduksi listrik dari sumber energi terbarukan seringkali jauh lebih rendah daripada sumber energi berbasis bahan bakar fosil (Yue et al.,2020).

Baca juga : Bamsoet Dukung Investor China Kembangkan Green Energy di Indonesia

 

Gambar 1. Trend topics.

Dunia kesehatan saat ini merupakan salah satu perhatian utama individu, telah ditentukan bahwa manfaat tambahan dari penggunaan RES dalam bidang kesehatan dapat mempercepat transformasi ini. Penelitian ilmiah telah menunjukkan bahwa udara dan bentuk polusi lain dari bahan bakar fosil menyebabkan berbagai penyakit, termasuk penyakit pernapasan, penyakit kardiovaskular, dan bahkan depresi, terbukti bahwa penggunaan energi terbarukan dan bahkan kendaraan listrik merupakan langkah penting yang dapat diambil individu, tidak hanya untuk lingkungan tetapi juga untuk kesehatan manusia (Gai et al.,2020). RES tidak menyebabkan emisi berbahaya atau memiliki emisi lebih sedikit daripada bahan bakar fosil konvensional ketika mempertimbangkan seluruh siklus hidup. 

Global Climate Changes and Kesehatan 

Perubahan iklim merupakan ancaman bagi kesehatan masyarakat, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Ravindra et al., 2019). Peristiwa cuaca ekstrem seperti gelombang panas, banjir, dan kekeringan dapat menyebabkan cedera, penyakit, dan kematian dalam jangka pendek. Gelombang panas dapat menyebabkan heat stroke dan dehidrasi, sedangkan banjir dapat menyebabkan penyakit yang terbawa air seperti kolera. Selain itu, bencana alam dapat mengakibatkan perpindahan dan kurangnya akses ke layanan dasar kesehatan seperti perawatan kesehatan dan air bersih, yang dapat memperburuk efek kesehatan negatif (Damle et al.2021). 

Gambar 2. Word’s frequency over time.

BAB II ISI

Baca juga : Menkes Budi Berbagi Cerita Upaya Tingkatkan Deteksi Tuberkulosis Di Indonesia

Pengembangan Rumah Sakit menuju Green Hospital

Sektor kesehatan menghadapi banyak konsekuensi dari perubahan iklim, tetapi tertinggal dalam mengatasi kontribusinya sendiri terhadap ancaman kesehatan ini (MacNeill et al.,2021). Peningkatan cuaca ekstrem berkontribusi terhadap hasil kesehatan fisik, mental, dan antargenerasi yang merugikan di Indonesia dan sekitarnya. Terlepas dari implikasi kesehatan ini, perawatan kesehatan itu sendiri mencemari, bertanggung jawab atas pembuangan jejak karbon di Indonesia. Listrik yang dihasilkan batubara dan gas alam / fosil merupakan sumber emisi setara CO2 (CO2e) perawatan kesehatan yang cukup besar, dan juga berkontribusi pada partikel udara lokal dengan konsekuensi kardiorespirasi (Watts et al.,2015). 

Rumah sakit memiliki kebutuhan energi yang besar karena operasi terus menerus, terutama dari pemanasan, ventilasi dan pendingin udara. Permintaannya sangat besar sehingga rumah sakit umum mengkonsumsi lebih dari setengah energi sektor publik di sebagian besar wilayah di Indonesia. Oleh karena itu, rumah sakit harus menjadi pemangku kepentingan utama dalam upaya dekarbonisasi negara Indonesia. 

Data karbon pembuangan dari rumah sakit di Indonesia selama pandemi COVID-19, tercatat 12.619.337 ton limbah medis dihasilkan oleh rumah sakit di Indonesia sejak Maret 2020 hingga 28 Juni 2021. Di Indonesia, dengan lebih dari 3.120 rumah sakit yang beroperasi, dan kebanyakan masih belum menggunakan energi baru terbarukan (EBT) dalam pegoprasiannya.

Gambar 3. Sustainable Development Goals (SDGs) United Nation

Baca juga : Dukung Dekarbonisasi, Pertamina Hulu Energi Gelar Sustainable Development Forum

Industri pelayanan kesehatan berkontribusi sebesar 4-5% dari total emisi gas rumah kaca di seluruh dunia (The Lancet Planetary Health Journal,2020). Penggunaan listrik sangat penting untuk industri kesehatan, namun pada saat yang sama, penggunaan listrik menyumbang sebagian besar jejak karbon . Data menunjukkan bahwa Indonesia berkontribusi sebesar 30% terhadap total emisi karbon global, setara dengan peningkatan suhu bumi sekitar 0,3 derajat celsius. Rumah sakit sebagai bagian dari sektor kesehatan harus berperan aktif dalam mengurangi kontribusi ini.

Untuk mengurangi dampak lingkungan, kita perlu mempertimbangkan penggunaan energi terbarukan di rumah sakit. Salah satu solusi yang efektif adalah mengembangkan rumah sakit bertenaga surya. Berikut beberapa alasan mengapa ini merupakan langkah yang tepat:

  1. Pengelolaan Limbah Medis yang Aman: Rumah sakit harus memastikan pengelolaan limbah medis secara aman dan sesuai standar. Alternatif pengolahan meliputi pembakaran dengan teknologi modern dan pengomposan limbah organik menjadi pupuk kompos. 
  2. Efisiensi Energi: Mengadopsi teknologi hemat energi, seperti mengatur temperatur AC dan menggunakan kembali sisa air hasil Reverse Osmosis
  3. Desain Ramah Lingkungan: Membangun fasilitas ramah lingkungan, seperti jalur pejalan kaki, jalur sepeda, dan taman pemulihan bagi pasien. Juga mengurangi dan mengelola limbah. 
  4. Pendidikan dan Kesadaran Lingkungan: Melibatkan staf dan pasien dalam program edukasi tentang praktik berkelanjutan.

BAB III PENUTUP

Dengan mengintegrasikan energi terbarukan dalam dunia kesehatan, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi pasien, staf medis, dan mencapai SDGs untuk masa depan yang berkelanjutan.

Deivan Pradana Putra
Deivan Pradana Putra
Deivan Pradana Putra. NIM. G1C022186

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.