Dark/Light Mode

Eco-Enzyme: Transformasi Pengolahan Limbah Organik Berwawasan Teknologi Hijau

Sabtu, 20 April 2024 12:51 WIB
Pemanfaatan Limbah Organik Domestik Menjadi Eco-Enzym. (Sumber: Tokohkita.cobar)
Pemanfaatan Limbah Organik Domestik Menjadi Eco-Enzym. (Sumber: Tokohkita.cobar)

Penumpukan sampah rumah tangga di Indonesia

 Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) menyatakan bahwa Indonesia menghasilkan 19,45 juta ton timbulan sampah sepanjang tahun 2022. Sebanyak 39,63% diantaranya berasal dari sampah rumah tangga, seperti sampah dapur, sisa makanan, sayuran, kulit buah, dan daun ranting. (Databoks, 2023) Sayangnya, sebanyak 8,153 juta ton sampah belum terkelola dengan baik. Sampah organik rumah tangga seringkali hanya berakhir menjadi gundukan di TPA atau berserakan di pasar. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam menangani penumpukan sampah rumah tangga, salah satunya pemilahan sampah pada unit rumah tangga.

Sampah secara umum dibedakan berdasarkan tiga jenis; organik, anorganik, dan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Tujuannya adalah untuk memudahkan pembuangan dan pengolahan kembali limbah sampah, serta memisahkan pembuangan jenis sampah menjadi ramah lingkungan. Pemilahan sampah juga bermaksud mengurangi tercampurnya sampah kering dan basah yang menumpuk di TPA. Di Desa Bayanan, Kecamatan Daha Selatan, pemilahan sampah rumah tangga berhasil mengurangi timbulan sampah dari total volume 57,68 m3/hari menjadi 5,08 m3/hari dengan membagi sampah rumah tangga menjadi empat jenis; organik (27,06 m3/hari), kertas (8,65 m3/hari), plastik (12,69 m3/hari), logam dsb (9,23 m3/hari).

Hal ini dilakukan melalui pengolahan sampah organik menjadi kompos serta pengurangan residu (Riswan et al., 2011). Walaupun pemilahan sampah ini berhasil mengurangi timbulan sampah di TPA, namun dampaknya masih belum signifikan apabila tidak dilakukan tindakan lanjutan dari pemilahan sampah tersebut. 

Sementara itu, kompos menjadi salah satu tindak lanjut pengolahan limbah organik rumah tangga yang ramah lingkungan. Hal ini karena kompos merupakan proses alami dekomposisi dari material sisa-sisa makanan, daun kering, rumput, dan bahan organik lainnya yang dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Namun, pupuk organik dari kompos memiliki kandungan nutrisi yang rendah, sulit diperoleh dalam jumlah banyak, dan secara bertahap diserap tanaman (Damanik et al., 2011).

Pembuatan kompos juga memakan waktu yang lama untuk proses dekomposisi dan memerlukan volume yang besar untuk menghasilkan jumlah yang signifikan. Hal ini dapat menjadi hambatan bagi individu atau rumah tangga yang memiliki ruangan terbatas. Oleh sebab itu, pemanfaatan sampah organik menjadi kompos tidak signifikan apabila diimplementasikan pada unit rumah tangga.

Eco-Enzyme: inovasi pengolahan sampah organik rumah tangga

Alternatif lain dalam pengolahan sampah organik rumah tangga, yaitu pembuatan Eco enzyme. Secara umum, Eco enzyme merupakan larutan senyawa kompleks yang diproduksi dari fermentasi sampah organik segar, seperti limbah sayuran, kulit buah, gula atau molasses, dan air (Li et al., 2013) Larutan Eco-enzyme ini dapat dimanfaatkan sebagai cairan pembersih serbaguna, seperti sela-sela jendela, kerak, kamar mandi, serta ruangan lainnya. Selain itu, ia juga memiliki sifat disinfektan yang berfungsi sebagai pembunuh kuman. Hal ini tentu menjadikan pemanfaatan Eco-enzyme berguna untuk keperluan cairan pembersih yang ada di setiap unit rumah tangga.

Proses pembuatan Eco-enzyme yang hanya memerlukan alat-alat sederhana dan memakan waktu sekitar 3-4 bulan memungkinkan Eco-enzyme dapat diolah dengan mudah oleh berbagai kalangan. Pemanfaatan Eco-enzyme ini sebagai langkah lanjutan dari pemilahan sampah dan upaya pengurangan sampah organik yang dihasilkan oleh setiap rumah tangga. Tentunya upaya ini memerlukan sinergi dari berbagai pihak, baik pemerintah, LSM, NGO, maupun masyarakat secara umum. Pemerintah sebagai pemangku kebijakan dapat memberikan regulasi dan penyuluhan terkait pengelolaan limbah organik pada unit rumah tangga.

Di sisi lain, kesadaran masyarakat terkait pentingnya mengolah sampah rumah tangganya sendiri dapat terus ditingkatkan melalui bantuan LSM dan NGO sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat. Hal ini diperlukan karena permasalahan sampah sudah menjadi tanggung jawab bersama antara pemangku kebijakan, pihak swasta, dan masyarakat.

Eco-enzyme dan  teknologi hijau 

Sejalan dengan program pemerintah yang terus mengembangkan program penghijauan dari berbagai aspek, pemanfaatan Eco-enzyme merupakan salah satu implementasi adaptasi teknologi hijau yang ramah lingkungan. Aspek ini menyoroti penekanan dampak negatif bagi lingkungan karena minim risiko terpapar produk kimia beracun, pengolahan daur ulang limbah organik rumah tangga, serta pemanfaatan limbah menjadi produk yang memiliki nilai dan manfaat bagi kehidupan sehari-hari. 

Penutup

Eco-enzyme merupakan inovasi pengolahan limbah organik rumah tangga sebagai cairan serbaguna. Walaupun dalam pengolahannya dapat bersifat individual, namun dalam penerapannya Eco-enzyme membutuhkan partisipasi berbagai pihak untuk menangani permasalahan utama, yaitu penumpukan sampah rumah tangga. Selain itu, pemanfaatan Eco-enzyme juga bertujuan untuk terus melestarikan lingkungan hijau dan menerapkan adaptasi teknologi hijau dalam kehidupan sehari-hari.

Annisa Chaerani
Annisa Chaerani
Mahasiswa Sosiologi Universitas Indonesia

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.