Dark/Light Mode

Riau Carbon Fund Forest Project

Sabtu, 20 April 2024 10:49 WIB
Riau Carbon Fund Forest Project (Gambar: Istimewa)
Riau Carbon Fund Forest Project (Gambar: Istimewa)

PENDAHULUAN
Indonesia menjadi salah satu negara peserta Program Forest Carbon Partnership Facility (FCPF) yang mendapatkan insertif carbon fund dari Bank Dunia sebesar US$ 110 juta untuk mengurangi 22 juta ton CO2 di Kalimantan Timur dalam periode Juni 2019 – 20241. Dan juga telah berkomitmen untuk mengurangi GRK hingga 60% (1,08 juta ton CO2) melalui program Bio Carbon Fund Initiative for Sustainable Forest Landscapes (Bio CF ISFL) di Provinsi Jambi pada tahun 20302.

Pendekatan Yurisdiksi (Jurisdictional Approach/JA) adalah inisiatif pendekatan yang komprehensif untuk pembangunan rendah emisi yang diimplementasikan melalui penyelarasan proses multipihak pemerintah di provinsi dan kabupaten serta akan menerima insentif peningkatan kinerja skala yurisdiksi indikator pengurangan deforestasi dan promosi penggunaan lahan berkelanjutan khususnya pada perkebunan kelapa sawit (PKS) di Indonesia3.

Provinsi Riau memiliki 2 daerah yang terpilih sebagai Pilot Rencana Aksi Nasional untuk mencapai tujuan berkelanjutan di sektor kelapa sawit3. Tercatat, Riau memiliki lahan PKS terluas di Indonesia yakni 2,87 juta hektar atau 18,70% dari total luas areal PKS di Indonesia yang mampu menghasilkan 8,74 juta ton CPO4
Perluasan lahan PKS terus terjadi karena adanya ekspansi secara masif dan meluas namun sebagian besar tidak dilengkapi dengan dokumen legalitas yang memadai sehingga perluasannya tidak terkendali5. Global Forest Watch juga melaporkan dari tahun 2013 – 2023 telah terjadi deforestasi sebesar 56% di hutan alami dalam kawasan perkebunan di Riau6.

Peningkatan luas PKS berkorelasi dengan peningkatan jumlah limbahnya (batang hasil replanting, pelepah, tandan kosong kelapa sawit, cangkang dan serat buah)9 dan peningkatan emisi CO210 akibat adanya proses penghancuran limbah yang menumpuk oleh mikroorganisme tanah sehingga terjadi proses pelepasan CO2 ke udara10 dan meningkatkan emisi CH4, N2O dan NO11. Potensi emisi karbon dari PKS bervariasi sesuai dengan ketebalan tanah gambut dan umur tanamannya. Biomassa kelapa sawit yang dibiarkan begitu saja dapat menghasilkan karbon sebesar 3,08 – 4,77 ton/ha/tahun10, dapat menimbulkan risiko lingkungan dan mengganggu stabilitas ekosistem12. Industri PKS dapat menghasilkan limbah dari konversi tandan buah segar (TBS) dan proses pengolahan minyak sawit mentah (CPO). Konversi TBS menghasilkan 28% limbah, sedangkan CPO menghasilkan 75% limbah biomassa kering12.

Limbah biomassa kering yaitu tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang jumlahnya 22-23% dari setiap pengolahan 1 ton TBS13 dapat dikonversi menjadi produk sumber energi terbarukan seperti pelet biomassa (PB). Kelebihan PB dari TKKS adalah mengandung energi tinggi sebesar 16.500 kJ/kg (5,5 kali ≥ energi TKKS), dapat disimpan dan hasil uji emisi telah memenuhi standar KEP-13/MENLH/3/199514.PB dapat dimanfaatkan secara optimal menjadi kompor biomassa yang menghasilkan panas dan dapat dimanfaatkan untuk mengolah cangkang kernel (CK) menjadi biochar (BC) dengan metode pirolisis yang dikombinasikan dengan PB. BC dari CK mengandung 25,6% C-organik dan C/N 19,4, bersifat stabil dalam tahap mineralisasi, memiliki kerapatan lindak (BD), kerapatan partikel (PD) dan aerasi (ruang pori total/RPT) yang mendekati zeolit15 yang berperan sebagai bahan pembenah tanah, pupuk lepas lambat nitrogen dan media pertumbuhan bagi tanaman perkebunan16.

Optimalisasi pemanfaatan LKS menjadi produk sumber energi rendah karbon, pertanian PKS yang berkelanjutan dan peningkatan ekonomi petani sawit dan lingkungan sekitar PKS, maka model circular economy (CE) dapat diadopsi untuk mencapai tujuan tersebut. CE memiliki 3 tujuan yaitu menjadikan pertanian sebagai pilar ekonomi bukan sektor subsidi dan memastikan keberlanjutan ekonomi, untuk memastikan konservasi keanekaragaman hayati dan produktivitas secara terus menerus dalam agroekosistemnya dan memastikan kelestarian lingkungan, dan untuk dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan ketahanan pangan, memberantas kemiskinan, meningkatkan kondisi kesehatan dan kehidupan dan memastikan keberlanjutan sosial17.

CE memiliki 2 sudut pandang yaitu sudut pandang lingkungan yang berarti penerapan CE memberikan kontribusi mengantisipasi perubahan iklim karena mampu mengurangi emisi 5,6 miliar ton CO2 pada tahun 2050 dan sudut pandang ekonomi dan sosial yang berarti penerapan CE di UE dalam rantai pasok pangan meningkatkan PDB 0,1% pada tahun 2030 dan menciptakan > 100.000 lapangan pekerjaan serta meningkatkan profitabilitas rerata petani USD 3100 per hektar17

CE AgroCycle Innovation yang dikembangkan oleh 25 negara dari UE, Hongkong dan Cina daratan pada rantai produksi pertanian dirancang sebagai upaya mengembangkan, menunjukkan dan memvalidasi berbagai proses, praktik, dan produk baru dalam menggunakan limbah, produk sampingan dan produk sampingan pertanian secara berkelanjutan yang melibatkan berbagai unsur masyarakat18. Dengan demikian, penerapan CE menjadi langkah solutif untuk menyeimbangkan kebutuhan ekonomi dan lingkungan. Namun, penerapan CE membutuhkan dana operasional untuk program pengolahan LKS dan pelestarian hutan yang tidak sedikit, contohnya di Kabupaten Rokan Hulu yang membangun PLTBg untuk mengolah LKS (pome) menjadi biogas untuk menghasilkan tenaga listrik. PLTBg ini membutuhkan lahan ±  2 hektar (450 juta rupiah) untuk lokasi PLTBg dan ± 30 milyar rupiah untuk pembangunan dan pengembangannya19.          

Terkait hal tersebut, artikel ini mengusulkan dan menginisiasi Riau Carbon Fund Forest Project (RCFFP) sebagai program yang menerapkan CE untuk menyeimbangkan dan mengoptimalkan aspek aspek kegiatan hulu – hilir di PKS di Riau yang didesain sebagai berikut :

  1. Bagaimana cara dalam penanganan dan pengelolaan limbah PKS menjadi produk ekonomis, berdaya saing dan ramah lingkungan?
  2. Bagaimana profitivitas dari produk tersebut dapat dimanfaatkan untuk program pelestarian hutan dan pemberdayaan petani kelapa sawit di Riau?
  3. Bagaimana pengaruh elaborasi antara CE dan CF dapat menciptakan pertanian PKS yang berkelanjutan?

Tujuan dari RCFFP adalah menurunkan deforestasi hutan akibat ekspansi lahan PKS, meningkatkan pengelolaan limbah kelapa sawit menjadi sumber energi terbarukan yang rendah emisi, meningkatkan profitivitas petani dan pendapatan daerah pada komoditas kelapa sawit dan menjadikan PKS rakyat maupun negara dan swasta dapat menerapkan prinsip pertanian berkelanjutan. Ilustrasi teknis Riau Carbon Fund Forest Project yang dijabarkan pada gambar.

Baca juga : Curhat Pernah Dilempar Script

REKOMENDASI 

  1. Penerapan RCFFP harus memperhatikan keterlibatan dan kontribusi berbagai pihak sehingga perlu penelitian dan kajian lebih lanjut agar berjalan optimal. 
  2. Adopsi RCFFP dapat diterapkan pada daerah yang memiliki karakteristik serupa dengan kondisi di Provinsi Riau. 
  3. Substansi “keberlanjutan” terutama sub program “perdagangan karbon”  dapat dianalisis lebih lanjut karena menyangkut regulasi yang luas dan mengikat sehingga perlu penyesuaian yang efektif dan efisien.

KESIMPULAN
Keterlibatan Indonesia pada program FCPF di Kalimantan Timur dan Bio CF ISFL di Jambi turut mengambil peran dalam mengurangi emisi karbon dan GRK. Indonesia juga telah memetakan JA di beberapa wilayah untuk pembangunan rendah karbon, promosi penggunaan lahan berkelanjutan dan pengurangan deforestasi turut melibatkan multipihak PEMDA yang terfokus pada PKS. Provinsi Riau memiliki luas PKS terbesar sekitar 18,70% dan akan terus meningkat yang disertai peningkatan deforestasi dan LKS. 

Melalui penerapan CE pada aspek hulu – hilir PKS di Riau yang terwujudkan dalam bentuk RCFFP diharapkan dapat menjawab tantangan dan permasalahan PKS di Riau. RCFFP memiliki tujuan menurunkan deforestasi hutan akibat ekspansi lahan PKS, meningkatkan pengelolaan limbah kelapa sawit menjadi sumber energi terbarukan yang rendah emisi, meningkatkan profitivitas petani dan pendapatan daerah pada komoditas kelapa sawit dan menjadikan PKS yang dikelola oleh perkebunan rakyat maupun perkebunan milik negara dan swasta agar menerapkan prinsip pertanian berkelanjutan.

SITI NURFADILLAH HASIBUAN
SITI NURFADILLAH HASIBUAN
Siti Nurfadillah Hasibuan

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.