Dark/Light Mode

Cadangan Devisa Masih Gede, Pelemahan Rupiah Bisa Diatasi

Tenang, Ekonomi Kita Masih Sehat

Jumat, 19 April 2024 08:58 WIB
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto didampingi Wamenkeu Suahasil Nazara menggelar konferensi pers, di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (18/4/2024). (Foto: Istimewa)
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto didampingi Wamenkeu Suahasil Nazara menggelar konferensi pers, di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (18/4/2024). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pelemahan nilai tukar rupiah hingga ke level Rp 16.250 per dolar AS pada Rabu lalu, tak perlu dikhawatirkan berlebihan. Pemerintah optimis bisa mengatasi pelemahan rupiah ini. Alasannya, cadangan devisa masih gede, fundamental ekonomi masih kuat, inflasi pun rendah. Kondisi tersebut menunjukkan ekonomi kita masih sehat.

Pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi usai libur Lebaran kemarin memang cukup mengagetkan. Saat perdagangan dibuka pada Selasa (16/4/2024), mata uang Garuda langsung anjlok ke level Rp 16 ribu per dolar AS. Koreksi yang tajam, karena biasanya rupiah anteng di kisaran 15.500 per dolar AS. Dalam perdagangan sehari kemudian, kurs rupiah terus melorot. Bahkan sempat menyentuh Rp 16.250 per dolar AS.

Beruntung, pelemahan kurs rupiah tak berlanjut pada perdagangan Kamis (19/4/2024). Kamis sore, kurs rupiah terhadap dolar ditutup menguat di level 16.179 per dolar AS.

Menghadapi situasi ini, Tim Ekonomi Presiden Jokowi memberikan penjelasan. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan Wamenkeu Suahasil Nazara menggelar konferensi pers, di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (18/4/2024).

Airlangga menjelaskan, pelemahan mata uang terhadap dolar AS tak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga negara lain di Asia. Rupiah memang mengalami penurunan, tapi tidak sedalam mata uang negara lain seperti China, Thailand, dan Malaysia. 

"Kalau dibandingkan negara lain, rupiah relatif aman," kata Airlangga.

Airlangga menyebut, pemerintah masih memiliki cadangan devisa yang besar untuk menjaga rupiah tetap stabil. Karena itu, pelemahan rupiah tidak perlu dikhawatirkan berlebihan.

Baca juga : Bicara Suksesi PKB, Gus Ipul Goyang Gus Imin

"Cadangan devisa pemerintah yang ada di BI (Bank Indonesia) masih besar masih 136 miliar dolar AS. Jadi, tidak ada yang perlu kita dikhawatirkan," ujarnya.

Menurut Airlangga, pelemahan rupiah ini dikarenakan situasi global yang memburuk. Antara lain dari kondisi di Amerika Serikat (AS) dan gejolak di pasar keuangan setelah situasi di Timur Tengah memanas. Kondisi ini membuat ketidakpastian global meningkat. Akibatnya, investor menahan diri atau memilih instrumen aset aman atau safe haven.

Airlangga mengakui, pasar saham memang sempat memerah. Namun, dalam perdagangan Kamis, pasar saham ditutup menguat ke zona hijau.

Saat ini, Amerika belum mau menurunkan tingkat suku bunga. Karena itu, Airlangga memastikan pemerintah terus menjaga kepercayaan investor dalam negeri agar tidak terjadi capital outflow.

Airlangga lalu memaparkan berbagai data ekonomi yang menunjukkan ekonomi RI masih sehat. Secara umum, prospek ekonomi RI masih bagus. Kepercayaan konsumen masih di level positif 123,8 dan penjualan eceran tumbuh 3,5 persen. Di sektor manufaktur, Indonesia relatif tinggi dengan Purchasing Managers Index (PMI) 54,2, dibandingkan negara-negara lain. Inflasi juga relatif terkendali.

Harga pangan memang bergejolak. Namun, kata Airlangga, hal itu ebih disebabkan oleh El Nino tahu lalu. Saat ini, harga pangan mulai terkendali.

Dengan data tersebut, Airlangga optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2024 akan mencapai 5,1 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan global yang diperkirakan 3,2 persen.

Baca juga : Jokowi Taruh Harapan Ke China

Salah satu yang membuatnya senang, beberapa lembaga pemeringkat menilai ekonomi dalam kondisi baik. Lembaga Pemeringkat Moody’s misalnya, kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating (SCR) pada peringkat Baa2, satu tingkat di atas investment grade, dengan outlook stabil pada 16 April 2024.

Begitu juga lembaga pemeringkat Fitch, kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating pada BBB (satu tingkat di atas level terendah investment grade) dengan outlook stabil pada 15 Maret 2024. Masih di bulan yang sama, Japan Credit Rating Agency (JCR) kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating pada BBB+ (Investment Grade) dengan outlook stabil pada 22 Maret 2024.

"Terbaru oleh Moody’s, yang melihat ketahanan ekonomi Indonesia tetap terjaga dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil, di tengah ketidakpastian ekonomi global. Faktor ketidakpastian itu sudah dimasukkan ke pertimbangan mereka," papar Airlangga.

Wamenkeu Suahasil menyampaikan hal yang serupa. Kata dia, fundamental perekonomian Indonesia tetap kuat di tengah meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah. "Data makro ekonomi menunjukkan bahwa fundamental ekonomi kita baik," ungkapnya.

Suahasil menjelaskan, pelemahan rupiah dikarenakan situasi di AS dan konflik di Timur Tengah. Di saat yang sama, pasar uang tutup selama libur Lebaran.

"Kita lihat dalam dua hari ini telah reda. Tentu kita harap tidak terjadi eskalasi konflik di global. Kita terus mengamati situasi ini," ujarnya.

Kata dia, fundamental ekonomi RI yang baik ini tercermin dari peringkat Indonesia yang dipertahankan pada peringkat Baa2 oleh lembaga pemeringkat Moody’s dengan outlook stabil.

Baca juga : Erupsi Gunung Ruang Ikut Disorot Media Asing

Dia menambahkan, stabilitas sistem keuangan di dalam negeri, baik perbankan, non-bank, maupun asuransi masih terjaga dengan baik. Ia mematikan, Kementerian Keuangan akan tetap memantau perkembangan global ke depan, bersama dengan Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan, di bahwa Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

Sebelumnya, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan, BI terus memastikan nilai tukar terjaga melalui sejumlah skema seperti pasar spot (tunai) atau pembelian secara tunai maupun non delivery forward (NFD).

Menurut dia, pelemahan nilai tukar rupiah terjadi karena faktor global, bukan dipengaruhi faktor domestik. Sebab, kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini masih terjaga.

“Domestik kita nggak ada masalah. Everything is ok, inflasi under control, growth-nya juga kemarin Lebaran aktivitas konsumsi masyarakat bagus. Jadi ini memang shock dari global yang kenanya tidak hanya Indonesia,” paparnya.

Dengan kondisi ini, ekonom Josua Pardede mengimbau masyarakat tidak perlu khawatir terhadap pelemahan rupiah yang terjadi saat ini. Sebab dampak pelemahan nilai tukar rupiah pada masyarakat cenderung kecil.

Josua mengatakan, meski kurs rupiah sempat tembus ke level 16.200 per dolar AS, ekonomi RI masih baik. Kondisinya sangat berbeda dengan krisis tahun 1998 ketika rupiah melemah dari level 4.000 per dolar menjadi 16 ribu per dolar AS.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.