Dark/Light Mode

10 Juta Gen-Z Menganggur, Begini Saran Ekonom Indef

Senin, 3 Juni 2024 15:30 WIB
Peneliti Indef Eisha M Rachbini. (Foto: Ist)
Peneliti Indef Eisha M Rachbini. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Untuk dapat mencapai Visi Indonesia 2045, menjadi negara maju dan keluar dari middle-income trap, transformasi ekonomi Indonesia perlu dan urgent untuk dilaksanakan. Salah satunya dengan mengoptimalkan potensi bonus demografi.

Hal tersebut dilakukan oleh Peneliti Indef Eisha M Rachbini dalam diskusi 10 Juta Gen-Z Menganggur, Mungkinkah Indonesia Emas 2045?, Minggu (2/6/2024). 

Indonesia diperkirakan akan mencapai puncak bonus demografi pada tahun 2030-2040. Dalam periode 2010-2045, jumlah penduduk Indonesia usia produktif besar. Dependency ratio mencapai tingkat terendah sekitar tahun 2022.

Menurut dia, dalam laporan proyeksi penduduk Indonesia 2015-2045, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2045 diprediksi mencapai 319 juta. Di mana jumlah penduduk Indonesia 70 persennya dalam usia produktif. Fase “kesempatan” untuk meraih bonus demografi ini hanya diproyeksikan akan terjadi di Indonesia pada periode 2020-2035.

Baca juga : Bobby Gabung Gerindra, Begini Tanggapan PDIP

Selama beberapa tahun terakhir, peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan. Dari 214 juta penduduk usia kerja pada Februari 2024, sebanyak 149,38 juta orang di antaranya merupakan angkatan kerja.

“Dengan demikian, mencapai 69,80 persen. Terjadi penyerapan tenaga kerja sebanyak 3,55 juta orang sepanjang periode Februari 2023-Februari 2024,” ujarnya.

Sementara jumlah NEET (Not in Employment, Education or Training) dan persentase cenderung berfluktuasi dari periode Agustus 2019 hingga Agustus 2023. Jumlah NEET pada Agustus 2023 meningkat menjadi 9.896.619 jiwa atau sebesar 22,25 persen dari total penduduk usia muda (15 -24 tahun).

Menurut dia, pandemi Covid-19 memberikan dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia, baik dalam jangka pendek, dan jangka panjang. Dalam jangka panjang, pandemi Covid-19 memberikan dampak pada perubahan alokasi sumber daya (resources), termasuk di sisi produksi, sehingga mengakibatkan penurunan produktivitas tenaga kerja dan modal.

Baca juga : Pembukaan Lapangan Kerja Harus Dikebut

Untuk mengatasi itu, dia memberikan rekomendasi. Pertama, percepatan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan vokasi, penguatan pelatihan. Kedua, reskilling dan upskilling, serta integrasi softskills bagiangkatan kerja untuk mengantisipasi disrupsi.

Ketiga, melakukan pembangunan dengan padat karya, dan melanjutkan pembangunan infrastruktur. Dan, keempat melakukan transformasi ekonomi melalui hilirisasi dan industri sektor prioritas.

Sementara, Guru Besar Unpad, Prof Memed Sueb mengatakan, sebanyak 9,9 juta orang penduduk RI masuk golongan NEET yang terdiri dari perempuan 26,54 persen dan laki-laki 18,21 persen. Dan, sebanyak 7,2 juta orang menganggur.

“Dari 9,9 juta orang Gen Z yang menganggur, kata dia, 5,37 juta (20,45 persen) tinggal di perkotaan dan 4,17 juta (24,8 persen) tinggal di pedesaan,” katanya.

Baca juga : Menang, Djoker Dilempar Botol

Gen Z yang menganggur teridentifikasi berpendidikan SMA (29,05 persen) dan SMK (27,66 persen). Pendidikan SMP (11,39 persen), SD (28,54 persen), dan pendidikan D1, D2, D3 sebanyak (23,79 persen). Sementara tren pekerja formal sebanyak 40,83 persen dan informal 59,17 persen.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.