Dark/Light Mode

Hasil Kajian Kementan, Sawah Tadah Hujan Bisa Panen 3 Kali Setahun

Jumat, 27 Maret 2020 17:34 WIB
Fadjry Djufri (Foto: Humas Kementan)
Fadjry Djufri (Foto: Humas Kementan)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sawah tadah hujan selama ini dikenal sebagai lahan sawah yang hanya bisa panen satu kali dalam setahun. Tapi, dengan teknologi dan inovasi, sawah ini kini bisa panen tiga kali setahun. 

“Sawah tadah hujan biasanya mengandalkan curah hujan dan hanya bisa menghasilkan di musim hujan. Tapi, pengkajian kami membuktikan penerapan inovasi bisa meningkatkan produktivitasnya secara signifikan,” ungkap Kepala Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian (Kementan) Fadjry Djufri, Jumat (27/3). 

Upaya Kementan untuk mendorong peningkatan produktivitas padi di sawah tadah hujan dilakukan untuk memastikan stok beras nasional berlimpah. Bahkan menargetkan meningkatkan ekspor beras. Pekan lalu, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, memprediksi pada masa panen raya Maret-April ini, akan ada tambahan stok beras hingga 8 juta ton. Produksi padi tidak lagi hanya mengandalkan lahan sawah beririgasi, tapi juga pemanfaatan lahan suboptimal, termasuk tadah hujan. 

Baca juga : UGM Dukung Kementan Awasi Ketat Pangan Rakyat

“Langkah-langkah inovatif perlu dilakukan untuk memastikan produksi beras kita meningkat secara signifikan. Antara lain dengan memanfaatkan lahan-lahan yang belum optimal dan menambah kapasitas produksinya,” ungkap Fadjry. 

Untuk menambah kapasitas produksi sawah tadah hujan, kata Fadjry, Kementan telah meningkatkan pemberian bantuan pompa air. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan Balitbangtan, pompa air menjadi titik ungkit sawah tadah hujan untuk bisa memiliki indeks pertanaman (IP) 300.  

“Berdasarkan pengkajian kami, pemanfaatan air tanah dengan menggunakan pompa penting untuk dipraktikkan. Mereka menyiram sawah tadah hujan terutama pada musim tanam ketiga atau musim kemarau,” jelasnya. 

Baca juga : Cegah Penyebaran, Kementan Petakan Kasus Kematian Babi di NTT

Mekanisme pemanfaatan pompa air, kata Fadjry, harus menyesuaikan dengan kondisi di lapangan. Air tanah di lahan sawah  yang dangkal dengan tingkat kedalaman sekitar enam hingga sepuluh meter, cukup menggunakan pompa kapasitas kecil pun mampu mengeluarkan air yang cukup untuk sawah. 

“Sedangkan untuk daerah lain yang lebih jauh dari sungai dan air tanah lebih dalam posisinya, maka diperlukan pompa dengan kapasitas lebih besar agar dapat mengeluarkan air dengan debit yang sama,” terang Fadjry. 

Selain pemanfaatan pompa air, optimalisasi sawah tadah hujan juga dilakukan dengan memerhatikan kondisi tanah. Pada lahan yang bertekstur liat, produktivitas padi dapat mencapai 8 ton per hektare sedangkan pada lahan yang bertekstur pasir produktivitasnya 5 ton per hektare. “Untuk itu, kami melakukan upaya untuk meningkatkan produktivitas padi pada lahan sawah yang bertekstur pasir di antaranya dengan penambahan bahan organik untuk meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan kemampuan tanah dalam memegang air,” pungkas Fadjry. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.