Dark/Light Mode

Soal Warning Krisis Pangan

Jokowi Minta Para Menteri Jaga Ketersediaan Sembako

Selasa, 14 April 2020 08:31 WIB
Presiden Jokowi
Presiden Jokowi

RM.id  Rakyat Merdeka - Presiden Jokowi memperhatikan betul warning sejumlah lembaga internasional soal kemungkinan krisis pangan di Indonesia. 

Karena itu, Presiden meminta para menteri untuk menjaga ketersediaan bahan pokok.

Sekadar info, peringatan ini dikeluarkan tiga lembaga yang bernaung di bawah Persatuan Bangsa Bangsa alias PBB. Mereka adalah World Trade Organization (WTO), Food and Agriculture Organization (FAO), dan World Health Organization (WHO). 

Tiga lembaga ini mengingatkan, krisis pangan bisa terjadi jika pemerintah gagal mengendalikan wabah corona dengan baik. 

Karena itu, Presiden Jokowi meminta para menteri menjaga ketersediaan bahan pokok di dalam negeri di tengah penyebaran wabah virus corona. 

“Peringatan ini agar betulbetul kita perhatikan. Pandemi Covid-19 ini bisa berdampak pada kelangkaan pangan dunia atau krisis pangan dunia,” katanya dalam rapat terbatas melalui video conference di Istana Merdeka, Jakarta, kemarin. 

Presiden meminta Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian mengingatkan para kepala daerah untuk menjaga ketersediaan bahan pokok. 

Baca juga : CORE: Keringanan Kredit Ojol Cs Jangan Pakai Syarat Memberatkan

Jokowi tak ingin terjadi kelangkaan sehingga membuat harga pangan melonjak. Selain itu, Jokowi meminta Bulog membuat perkiraan soal ketersediaan bahan pokok. 

Di mana perkiraan tersebut, tak hanya melihat dari produksi pangan saat ini saja. 

“Mungkin panen yang ini baik, tapi panen pada penanaman bulan Agustus dan September harus dilihat secara detail. Sehingga tidak mengganggu produksi rantai pasok maupun distribusi dari bahan pangan yang ada,” pesan Presiden. 

Terpisah, Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19, Doni Monardo mengatakan, selama ini Indonesia masih mengimpor berbagai bahan dasar pangan. 

Hal itu menjadi sangat beresiko jika terjadi krisis pangan di berbagai negara di dunia. Karena keran impor sulit dilakukan. 

Untuk itu, kata Doni, pemerintah memandang perlu memaksimalkan potensi pangan dalam negeri sekarang. 

“Karena bisa jadi beberapa negara yang selama ini memberikan kebutuhan pangan kepada kita, mungkin saja ke depan tidak bisa memenuhinya,” ujar Jenderal bintang tiga itu. 

Baca juga : Senator Aceh Minta Menteri Desa Jangan Kebanyakan Selfie

Peneliti Center for Food, Energy and Sustainable Development Indef, Dhenny Yuartha Junifta menilai, data Kementerian Pertanian yang memastikan bahwa stok pangan terjamin hingga Agustus mendatang dapat terganjal dengan berbagai tantangan selama pandemi berlangsung. 

Pertama, tantangan produksi iklim, karena ada beberapa riset menunjukkan adanya risiko kegagalan panen. 

“Yakni, ada sekitar 19 persen penurunan panen biji-bijian (padi, gandum, jagung dan kedelai) akibat perubahan iklim, sehingga meningkatkan probabilitas penurunan kemampuan produktivitas produk pertanian,” ujarnya. 

Tantangan selanjutnya, terjadi pada produksi pangan saat pandemi. Di mana diprediksi terjadi penurunan produktivitas pertanian akibat turunnya jumlah tenaga kerja dan penurunan investasi. 

Untuk sektor peternakan, pandemi Covid-19 menghambat akses terhadap pangan yang juga mempengaruhi kapasitas produksi industri pertanian. 

“Para investor akan menahan sampai kondisi baik lagi. Tantangan lainnya kalau kita melakukan impor, negara mana yang bersedia melakukan ekspor pangannya?” katanya. 

Selain itu, volatilitas harga juga menjadi tantangan lainnya. Terutama menjelang bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri. 

Baca juga : Dirjen Perumahan Diminta Kerja Lebih Keras dan Kreatif

Contohnya, pergerakan harga beras dalam beberapa bulan terakhir melonjak akibat panic buying

Berikut data perkiraan pasokan ketersediaan pangan strategis nasional untuk periode Maret hingga Agustus 2020. 

Komoditas beras, dari kebutuhan 15 juta ton, memiliki ketersediaan 25,6 juta ton. Jagung dari kebutuhan 9 juta ton, ketersediaan mencapai 13,7 juta ton. 

Bawang merah kebutuhan 701.482 ton, ketersediaan 1,06 juta ton. Selanjutnya, cabe besar dari kebutuhan 551.261 ton, ketersediaannya 657.467 ton. Daging ayam ras dari kebutuhan 1,73 juta ton, kebutuhannya 2,06 juta ton. 

Minyak goreng dari kebutuhannya 4,41 juta ton, ketersediaannya 23,3 juta ton. Sementara untuk daging sapi/ kerbau kebutuhannya sekitar 376.035 ton, ketersediaannya mencapai 517.872 dengan total rencana impor 290 ribu ton. [KPJ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.