Dark/Light Mode

Pendapatan Anjlok, Utang Numpuk, Gaji Karyawan Ditunda

Gara-gara Virus Corona, Garuda Makin Merana

Kamis, 23 April 2020 09:11 WIB
Pendapatan Anjlok, Utang Numpuk, Gaji Karyawan Ditunda Gara-gara Virus Corona, Garuda Makin Merana

RM.id  Rakyat Merdeka - Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk anjlok. Pendapatan perusahaan merosot hingga 33 persen. Kondisi ini imbas dari pandemi virus corona (Covid-19) yang tak tahu kapan reda. Kondisi Garuda pun semakin merana.

Virus corona membuat maskapai kebanggaan Indonesia ini makin nyungsep. Sebelum virus corona mewabah, catatan keuangan perseroan masih jauh dikatakan kinclong. Hal itu disebabkan utang perusahaan yang sangat besar.

Apalagi ditambah adanya corona. Alhasil, Garuda belum lama ini mengumumkan untuk memotong secara proporsional gaji pegawai.

Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Toto Pranoto menjelaskan, perihal utang merupakan persoalan serius yang dihadapi Garuda sejak lama. Di tengah kondisi pandemi ini, sebenarnya adalah momen yang pas buat Garuda meminta keringanan dalam waktu yang disepakati.

“Untuk utang-utang yang sudah ada perlu dilakukan permintaan relaksasi pembayaran kepada kreditor. Karena situasi seperti ini situasi force majeure,” kata Toto kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Baca juga : Usulan Bulog Tak Masuk Akal, Masa Beras Mau Diganti Sagu

Namun, dia yakin seluruh maskapai di berbagai negara juga menghadapi hal serupa. Sebab itu, dia menyarankan Garuda harus cepat mengusulkan adanya relaksasi pembayaran.

Toto juga yakin Kementerian BUMN tidak mematok target apapun untuk perusahaan yang kena dampak langsung dari corona. Apalagi pendapatan Garuda 80 persen bergantung dari penumpang.

“Kalau kita lihat jelas kan turunnya volume penumpang yang drastis, tentu akan berpengaruh besar pada revenue. Di sisi lain kewajiban kepada para kreditor relatif sangat besar,” paparnya.

Untuk diketahui, utang Garuda jatuh tempo Mei 2020. Utang tersebut sebesar 500 juta dolar AS atau setara Rp 7,8 triliun.

“Perlu juga dipahami bahwa utang itu sebagian besar juga berupa utang valas dan semua harus dibayar. Misal biaya leasing pesawat dan pinjaman komersial lainnya. Jadi upaya penghematan ini (pemotongan/penundaaan) pembayaran, gaji saya kira merupakan salah satu langkah menjaga keberlangsungan keberadaan perusahaan secara jangka panjang atau sustainability,” jelas dosen Universitas Indonesia ini.

Baca juga : Kenyangkan Perut Rakyat

Sementara, pendapatan operasional Garuda di tiga bulan pertama tahun ini diprediksi merosot 33 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen Garuda Indonesia menyebut, turunnya pendapatan ini disebabkan karena terkoreksinya pendapatan penumpang.

Manajemen Garuda menyebutkan periode Mei-Juni seharusnya merupakan high season alias musim puncak bagi industri penerbangan. Namun dengan kondisi saat ini, perusahaan harus menyiapkan rencana strategis, dari sisi keuangan dan operasional perusahaan.

Manajemen Garuda menegaskan arus kas atau cash flow merupakan hal yang paling penting untuk menjaga Going Concern perusahaan.

“Garuda Indonesia mempunyai dua kategori biaya yang sangat berpengaruh terhadap pengeluaran kas, yaitu biaya tetap yang meliputi biaya sewa pesawat, biaya pegawai, administrasi kantor pusat dan kantor cabang dan biaya variabel penerbangan yang meliputi biaya bahan bakar, biaya kestasiunan, biaya katering, biaya navigasi dan biaya tunjangan terbang bagi awak pesawat,” tulis manajemen GIAA.

Baca juga : Dubes Singapura dan Jepang Masih di Jakarta

Dari sisi keuangan, Garuda berencana melakukan negosiasi dengan lessor untuk penundaan pembayaran sewa pesawat (lease holiday), memperpanjang masa sewa pesawat untuk mengurangi biaya sewa per bulan dan mengusahakan financing dari perbankan dalam dan luar ataupun pinjaman lainnya.

Lalu tahap lainnnya adalah menegosiasikan kewajiban perseroan, yang akan jatuh tempo dan melakukan program efisiensi biaya kurang lebih 15-20 persen dari total biaya operasional.

“Dilakukan dengan tetap memprioritaskan keselamatan dan keamanan penerbangan dan pegawai serta layanan. Kami juga mengajukan permohonan dukungan kepada pemerintah selaku pemegang saham perseroan,” terangnya.

Adapun dari sisi aspek operasional, manajemen Garuda menegaskan pendapatan penumpang berkontribusi lebih dari 80 persen dari total pendapatan perseroan.

“Dengan adanya penurunan traffic, maka dibutuhkan strategi untuk menurunkan biaya variabel penerbangan yang kami lakukan,” tulis manajemen GIAA. [JAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.