Dark/Light Mode

Jika Bahan Pokok Langka Gara-gara Corona

Usulan Bulog Tak Masuk Akal, Masa Beras Mau Diganti Sagu

Rabu, 22 April 2020 07:19 WIB
Jika Bahan Pokok Langka Gara-gara Corona Usulan Bulog Tak Masuk Akal, Masa Beras Mau Diganti Sagu

RM.id  Rakyat Merdeka - Rencana Badan Urusan Logistik (Bulog) dinilai nggak masuk akal. Masa lembaga ini mau mengganti beras dengan sagu, jika bahan pokok ini langka di pasaran gara-gara wabah corona.

Metimbang mencari sagu, Bulog diminta melaksanakan penyerapan beras sebanyak-banyaknya.

“Kalau ada kelangkaan beras lalu harga mahal. Nah, kemampuan Bulog untuk menyerap beras di banyak daerah yang jadi pertanyaan,” tutur Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Bhima mengungkapkan, Indonesia akan memasuki musim panen di beberapa daerah. Untuk itu kata dia, pemerintah perlu serius mendorong Bulog menyerap beras. Jika nanti terjadinya kelangkaan beras. Maka disini Bulog, juga pemerintah harus bertanggung jawab.

Bhima memandang usulan Bulog mengganti beras dengan sagu tidak tepat. Pasalnya, di wilayah Timur sudah banyak yang menjadikan beras sebagai makanan pokok.

“Artinya usulan Bulog tidak masuk akal. Kalau tiba-tiba mau ganti beras jadi sagu,” kata Bhima.

Dia bilang masyarakat sudah terbentuk mengkonsumsi nasi lalu diganti sagu tentu itu bukan solusi tepat. Apalagi dahulu ada politik perberasan, masyarakat diharuskan mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Termasuk wilayah Timur.

Baca juga : Taspen Bantu Masker Cs Untuk ASN Setwapres Dan Kemenpan RB

“Nggak bisa tiba-tiba diganti karena orang di Papua juga sudah meninggalkan sagu. Itu karena ada politik perberasan dulunya. Ini sudah sulit mengubah masyarakat yang sudah terbiasa. Sejak ada revolusi hijau swasembada beras, akibatnya fatal tidak ada diversifikasi pangan,” jelas Bhima.

Langkah Antisipasi

Sebelumnya, Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengatakan, pihaknya telah menyiapkan antisipasi jika terjadi kekurangan beras.

Dalam hal ini, Bulog telah membeli sagu dari petani sebagai bahan cadangan apabila beras mulai langka di pasaran selama terjadinya pandemi virus corona.

“Perlu kami laporkan untuk mempertahankan ketahanan pangan kita dalam kondisi Covid19. Kami sudah perintahkan kepada jajaran kami membeli sagu untuk kita simpan sebagai cadangan bila beras itu kurang,” katanya dalam rapat virtual dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin (20/4).

Dia memastikan, sagu ini bisa jadi bahan utama pengganti beras. Kini pihaknya sedang memetakan ketersediaan komoditas sagu di seluruh Indonesia. Ketersediaan sagu ini paling banyak, ada di bagian Indonesia Timur.

“Insya Allah kami tidak hanya bicara beras. Kami sudah mulai melirik sagu dan pangan lainnya. Ini sudah kita mulai petakan,terutama di Indonesia bagian timur. Sehingga drive kami yang ada di wilayah-wilayah produksi sagu sudah mulai membeli untuk disimpan dan dijadikan cadangan kebutuhan pangan kita,” jelasnya.

Baca juga : Forum Relawan Jokowi Bagi-bagi Makanan Gratis

Lebih dari itu, Budi Waseso mengaku sudah menyiapkan langkah antisipasi yang utama dalam menghadapi kebutuhan pangan terburuk lainnya.

“Kami sudah menyiapkan seperti menjamin pasokan. Kami mengoptimalkan pengadaan gabah dengan melibatkan secara penuh Satgas Pangan dan terjun langsung ke petani,” ujar Budi.

Dia juga menegaskan Bulog akan menyerap habis-habisan beras milik petani. Mulanya Bulog menargetkan 950 ribu ton. Tapi target itu mendadak diubah. Itu dilakukan demi menjaga ketersediaan stok dan menghindari dampak terburuk dari pandemi.

“Kami akan serap seluruh beras petani. Sudah ada 10 wilayah yang sudah kami incar. Nanti ketika panen akan dibantu dengan oleh Koramil atau tim serap gabah. Kami ingin serap lebih,” tegasnya.

Selain skenario menjaga pasokan, skenario lainnya adalah menjaga distribusi pangan. Buwas, sapaan akrab Budi Waseso, memastikan siap untuk mengkondisikan seluruh anak perusahaan untuk siap ditugaskan kapan pun dalam melakukan distribusi. Selain itu Bulog juga akan berkoordinasi dengan Satgas Pangan.

“Skenario menjaga distribusi dengan memaksimalkan peran anak perusahaan di bidang logistik. Dalam distribusi ini kami mengoptimalkan kerja sama dengan aparat pemerintah termasuk Satgas Pangan supaya pasokan pangan bisa merata,” tegasnya.

Lebih rinci dalam paparannya dia juga menjelaskan tingkat konsumsi masyarakat Indonesia. Dia menghitung dari total jumlah penduduk Indonesia yang diprakirakan mencapai 271 juta jiwa dengan persentase penduduk miskin sebanyak 9,22 persen atau 24,9 juta jiwa.

Baca juga : Dubes Singapura dan Jepang Masih di Jakarta

Dengan rata-rata konsumsi beras mencapai 6,45 kg per jiwa dalam satu bulan sesuai data BPS Maret 2019, maka total konsumsi nasional mencapai 1,75 ton bulan. Total konsumsi penduduk miskin sebesar 161 ribu ton per bulan.

“Perkiraan stok beras nasional per 1 April 2020 mencapai 3,4 juta ton. Ketahanan stok beras nasional tersebut dapat memenuhi konsumsi nasional sepanjang 1,95 bulan ke depan atau 21,20 bulan ke depan untuk konsumsi penduduk miskin,” papar Buwas.

Sedangkan stok beras Bulog per 1 April 2020 mencapai 1,48 juta ton. Stok ini diperkirakan memiliki daya tahan pemenuhan konsumsi nasional sepanjang 0,85 bulan kedepan atau 9,19 bulan kedepan untuk konsumsi penduduk miskin.

Buwas menegaskan sudah ada 10 wilayah yang akan memproduksi panen gabah. Untuk tahap sekarang Bulog masih melakukan tahap melalui operasi pasar.

Wakil Ketua Komisi VI DPR dari PDIP Aria Bima mengatakan konsep yang sudah disiapkan harus benar-benar bisa diimplementasikan. Dia meminta agar kebutuhan masyarakat soal pangan bisa diatasi.

Bahkan dia meminta agar BUMN pangan berimajinasi memikirkan dampak terburuk Indonesia. Dalam kondisi ini ratusan juta masyarakat Indonesia harus dijamin kebutuhan pangannya. [JAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.