Dark/Light Mode

Bahan Baku Masih Ngandelin Impor

BUMN Farmasi Kapan Dong Bisa Unjuk Gigi

Minggu, 17 Mei 2020 05:21 WIB
Ilustrasi BUMN Farmasi, Kimia Farma. (Foto: Istimewa)
Ilustrasi BUMN Farmasi, Kimia Farma. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wabah corona mestinya bisa menjadi momentum bagi BUMN sektor farmasi untuk unjuk gigi. Industri obat-obatan bertahap memang mulai berbenah tapi nggak maksimal, karena ketergantungan impornya masih sangat tinggi.

Sejak lama memang industri farmasi membutuhkan banyak pasokan bahan baku dari luar negeri. Namun Kementerian BUMN optimistis perusahaan farmasi yang berada di bawah naungan nya bisa menekan ketergantungan impor.

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan, industri farmasi milik negara terus berkembang. Nampak dari munculnya penambahan produk-produk lokal di pasar.“Maka Kementerian BUMN akan mendorong terus agar industri farmasi lokal itu makin berkembang dan mulai produk produk lokalnya terus ditambahkan,” ujar Arya di Jakarta.

Dia menyebut salah satu hasilnya adalah alat uji Covid-19 berbasis Polymerase Chain Reaction (PCR). Alat yang dinamai BioCov-19 ini sudah mulai diproduksu PT Bio Farma (Persero). “Sebelumnya ini kan impor. Sekarang sudah bisa kami buat,” tegasnya.

Baca juga : Peluang Industri Farmasi Dalam Negeri Untuk Bangkit

Member Departement Farmasi Institute for Life Science (I3L), Pietradewi Hartrianti menilai ketergantungan impor industri farmasi masih sangat tinggi. Meski ada produk yang bisa diproduksi sendiri tapi jika dibandingkan dengan ketergantungan impornya, tentu amat jauh.

Yang dibutuh masyarakat di tengah pandemi virus Covid-19 selain alat uji Covid-19 adalah obat-obatan.“Indonesia masih tergantung impor bahan bakunya dari China sama India. Ketergantungan yang besar itu membuat daya saing obat nasional tergerus karena le mahnya posisi tawar terhadap importir,” ujar Pietradewi dalam pesannya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Dia bilang sebenarnya, masih dalam skala relatif kecil BUMN seperti PT Kimia Farma (Persero) Tbk, sudah berupaya produksi bahan baku obat (BBO). Kimia Farma memproduksi BBO melalui anak usahanya PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP).

“Fasilitas yang ada sebatas untuk delapan bahan baku obat. Namun sekarang dalam masa pandemi bahan baku obat tersebut tidak ada hubungannya dengan atau tidak bisa untuk penangggulangan atau terapi Covid-19,” papar Pietradewi.

Baca juga : BUMN Farmasi Didesak Berantas Mafia Alkes

Pietradewi menjelaskan belum ada langkah antisipasi yang dapat di laksanakan apabila produk bahan baku tersebut terhenti. Selain itu, penggantian bahan baku memerlukan proses pelaporan registrasi ulang kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sehingga sulit untuk mengganti produsen bahan baku obat.

“Biasanya industri farmasi memiliki beberapa supplier bahan baku dari negara berbeda yang disertakan bersamaan pada saat registrasi, akan tetapi apabila jalur masuk produk impor di tutup, maka produksi obat akan terancam,” katanya.

Pietradewi menambahkan sejatinya BUMN lain yakni PT Bio Farma (Persero) memiliki kapasitas untuk memproduksi vaksin. Tetapi bahan baku untuk memproduksi vaksin juga masih ada yang bergantung pada bahan baku impor. Dia memandang permasalahan ini tidak hanya dari segi bahan baku.

“Tidak hanya persoalan produksi bahan baku farmasi. Tapi diperlukan juga kapasitas pengadaan bahan baku kimia atau biologis untuk proses sintesis dan juga purifikasi pada saat produksi bahan baku yang semuanya juga masih banyak yang bergantung pada impor,” terangnya.

Baca juga : Menteri Erick: Impor Alkes Harus Dikurangi Bertahap

Direktur Utama Kimia Farma Verdi Budidarma mengakui, memang di Indonesia banyak yang belum bisa memenuhi kebutuhan bahan baku obat. Saat ini jumlah perusahaan bahan baku obat kurang dari 10 perusahaan. Salah satunya Kimia Farma yang baru memproduksi bahan baku obat sejak tahun 2019.[JAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.