Dark/Light Mode

Redesain Food Estate Antisipasi Krisis Pangan dan Resesi

Kamis, 23 Juli 2020 12:42 WIB
Hamparan sawah/Ilustrasi (Foto. Dok. Kementan)
Hamparan sawah/Ilustrasi (Foto. Dok. Kementan)

 Sebelumnya 
Mirwanto Manuwiyoto, pakar yang malang melintang di dunia pengembangan organisasi masyarakat perdesaan, setuju dengan Sugeng. Namun, dia mengingatkan bahwa hal tersebut memerlukan waktu lama dan ketekunan untuk mempersiapkan orgware dan brainware. Padahal, masalah kekurangan pangan sudah menghadang di depan mata.

Ir Oon Kurniaputra dan Ir Arsyad Nurdin, ahli tanah dan transmigrasi daerah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T) menganalisis bahwa pemetaan kabupaten/kota yang rentan pangan yang dilakukan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, bahkan daerah rawan pangan (kategori 1, 2 dan 3) sebagian besar bukan berada di Kalimantan Tengah, namun di Papua dan Papua Barat. Jarak yang jauh dari kedua daerah tersebut tentu akan berpengaruh terhadap rantai pasoknya.  Apalagi barang-barang pertanian memiliki sifat mudah rusak, volumeous dan bulky dan ini akan membawa konsekuensi terhadap tingginya biaya transportasi.

Baca juga : Mentan Ajak Kadin Dorong Ekspor Hasil Pertanian Indonesia

Kelima pakar tersebut sepakat bahwa dalam menghadapi masalah kekurangan pangan ada strategi jangka pendek dan jangka panjang. Strategi jangka pendek terbagi tiga. Pertama, rumah tangga agar menyimpan bahan pangan untuk jangka waktu dua tiga bulan ke depan, atau bagi masyarakat yang mengkonsumsi beras, sampai panen musim gadu. Hal ini sesuai dengan paradigma baru bahwa ketahanan pangan titik beratnya bukan kepada ketahanan pangan nasional tapi lebih kepada ketahanan pangan rumah tangga

Kedua, memanfaatkan instrumen Dana Desa untuk membeli gabah yang masih ada pada akhir musim panen ini dan panen musim gadu pada beberapa bulan mendatang, merevitalisasi bangunan yang tidak digunakan untuk lumbung desa ataupun lumbung komunitas. Pengelolaan mulai dari pembeliaan gabah, pengolahan menjadi beras, sampai pemasaran berasnya diserahkan kepada BUMDes. Ketiga, pemanfaatan lahan pekarangan untuk penyediaan pangan.

Baca juga : Kementan Gelar Sosialisasi Pelaksanaan Kurban Di Masa Pandemi

Strategi jangka panjang dalam rangka ketahanan pangan ada empat. Pertama, pengembangan food estate pada lahan sawah yang sudah ada yang berbasis klaster dan inovasi untuk dapat meningkatkan produktivitas, nilai tambah, dan daya saing produk dan wilayah. Pengembangan food estate ini tentunya diutamakan pada daerah-daerah yang rawan pangan dan daerah sekitarnya.

Kedua, agar dapat mengurangi konsumsi beras, masyarakat didorong untuk memakan sayuran. Ketiga, agar mengurangi impor gandum, pemerintah agar memberikan afirmasi kebijakan untuk penggunaan Modified Cassava Flour (MOCAF) yang berbasis bahan baku singkong, sebagai campuran terigu.

Baca juga : KLHK Perkuat Usaha Hutan Untuk Atasi Krisis Pangan

Keempat, meningkatkan daya coping mechanism masyarakat dalam ketahanan pangan. Di samping itu gagasan tentang Metropolitan Food Cluster juga patut untuk dikembangkan khususnya mengantisipasi krisis pangan di perkotaan yang memiliki keunggulan pada rantai pasok yang efisien dan produktif. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.