Dark/Light Mode

Pengusaha Pede, Bisnis Logistik Tembus Peringkat 30 Besar Dunia

Senin, 25 Februari 2019 09:16 WIB
Bisnis logistik tanah air diprediksi akan terus meningkat. (Foto : istimewa)
Bisnis logistik tanah air diprediksi akan terus meningkat. (Foto : istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pelaku usaha di bidang logistik menilai daya saing bisnis logistik Indonesia terus mengalami peningkatan. Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) optimistis bisnis logistik bisa masuk peringkat 30 besar dunia.

Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nurgrahawan mengatakan, persaingan bisnis logistik dari berbagai negara makin ketat. Meski demikian, dia optimistis daya saing logistik Indonesia akan masuk 30 besar dalam Logistik Performance Index (LPI).

Pasalnya, saat ini posisi Indonesia dalam index LPI sudah naik peringkat. “Yang tadinya Indonesia ada di peringkat 63 sekarang sudah naik ke peringkat 46,” jelasnya di Jakarta, kemarin.

Baca juga : Berkat BNI, Pebisnis Tas Lokal Surabaya Tembus Pasar Singapura

Namun begitu, menurut dia, semua pihak harus kerja keras, sebab, walaupun daya saing logistik di dunia peringkat Indonesia naik, tapi untuk tingkat Asean justru turun dari posisi 4 ke posisi 5.

“Ini artinya, negara tetangga kita terus berlari mengejar ketertinggalan. Karena itu, Indonesia harus bisa masuk 30 besar di LPI. Dan kalau kita masuk 30 besar, kita bisa 3 besar di Asean,” kata dia.

Adapun LPI adalah indeks kinerja logistik negara-negara di dunia, yang dirilis bank dunia per dua tahun sekali. LPI didasarkan pada enam aspek, yakni efisiensi customs dan border management clearance (bea cukai), kualitas infrastruktur perdagangan dan transportasi, kemudahan pengaturan pengiriman internasional, kompetensi dan kualitas jasa logistik, kemampuan melakukan tracking dan tracing, dan frekuensi pengiriman tepat waktu.

Baca juga : Rilis Travel Umrah Terpercaya Di Koran

“Pada Tahun 2017, berdasarkan riset kita 23,6 persen. Pada 2018 turun 22,3 persen. Biaya logistik kita turun tapi kurang cepat. Biaya logistik kita harus 18 persen,” terangnya.

Yukki menegaskan, untuk memperbaiki daya saing bisnis logistik di tanah air, memang kerja keras dan inovasi para pelaku usaha logistik sangat dibutuhkan. Tapi bukan berarti hanya pelaku usaha di bidang logistik saja yang berusaha, tapi juga semua pihak. Apalagi, sekarang biaya logistik di Indonesia sudah semakin membaik.  “Caranya bagaimana, ekosistem harus berjalan, ini yang harus dibangun bersama,” ujar Yukki.

AlFI juga menyatakan, pertumbuhan sektor logistik yang direpresentasikan dari kinerja lapangan usaha transportasi, dan pergudangan dalam produksi produk domestik bruto (PDB), seharusnya dapat mencapai 10,4 persen. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang 2018, sektor transportasi dan pergudangan tumbuh 7,01 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi yang hanya 5,17 persen.

Baca juga : Menperin: Kontribusi Manufaktur Indonesia Tembus 5 Besar Dunia

Menurut dia, seharusnya pertumbuhan sektor logistik bisa lebih tinggi lagi. “Seharusnya bisa lebih tinggi dari angka, di atas BPS dan pertumbuhan bisa mencapai 10,4 persen, karena kami juga membandingkan dengan banyak negara di ASEAN,” katanya.

Ada beberapa hal yang mendukung kenaikan pertumbuhan di bidang logistik, di antaranya pembangunan infrastruktur seperti di bidang telekomunikasi, jalan bebas hambatan, pelabuhan, dan bandara.

“Perkembangan utilisasi pergudangan dengan tumbuhnya e-commerce, beberapa industri juga mengalami kenaikkan terutama makanan dan minuman. Pariwisata juga mengalami kenaikkan yang berdampak pada logistiknya juga,” tutur dia. [JAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.