Dark/Light Mode

Memalukan! Banyak Orang Kaya Masih Pakai Tabung Gas Melon

Rabu, 5 Agustus 2020 13:41 WIB
Direktur Energy Watch, Mamit Setiawan. (Foto: ist)
Direktur Energy Watch, Mamit Setiawan. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Gas elpiji 3 kilogram (kg) alias tabung melon yang diperuntukan untuk kelompok miskin hingga hari ini masih banyak digunakan oleh kelompok masyarakat mampu atau orang kaya. Akibatnya, kuota gas elpiji 3 kg sering habis di tengah jalan hingga akhirnya terjadi kelangkaan. Kelompok yang berhak pun dirugikan. 

Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan menilai, kelangkaan gas elpiji ukuran 3 kg merupakan permasalahan klasik yang selalu timbul di setiap tahunnya. Ini terjadi karena gas melon yang notabene menjadi hak masyarakat miskin justru digunakan kelompok masyarakat mampu. Seharusnya, masyarakat mampu tidak mengambil apa yang menjadi hak masyarakat miskin.

"Biasanya, kelangkaan akibat tidak adanya pembatasan distribusi. Masyarakat mampu masih banyak kedapatan mengunakan elpiji ukuran 3 kg. Ini juga terjadi karena disparitas harga dengan elpiji nonsubsidi yang masih besar. Apalagi disaat banyak kegiatan di rumah seperti saat ini, kebutuhan penggunaan elpiji mengalami peningkatan," ujar Mamit di Jakarta, Rabu (5/8)

Baca juga : Orang Kaya Lebih Takut Kena Corona

Mamit berharap, kelompok masyarakat mampu tidak menggunakan gas elpiji 3 kgkarena merugikan kelompok masyarakat lain dan juga para pedagang kecil yang memang lebih berhak mendapatkan gas elpiji 3 kg. Jika kelompok masyarakat mampu masih bandel menggunakan gas elpiji 3 kh, bisa dipastikan kuota yang ditetapkan oleh BPH Migas akan jebol dan ujung-ujungnya justru memberatkan Pertamina dan keuangan negara.

"Setiap kali over, maka ini menjadi tanggungan Pertamina. Sementara ketika kuota jebol dan terpaksa ditambah oleh Pertamina. Dan proses penggantiannya lama karena masih perlu dihitung selisihnya dan tergantung audit BPK," jelas Mamit.

Yang pasti, Mamit berharap masyarakat juga tidak panik karena Pertamina juga selalu bergerak cepat jika terjadi kelangkaan. Meski begitu, ia mendorong masyarakat beralih ke produk-produk gas lain milik Pertamina terutama nonsubsidi.

Baca juga : Defisit Makin Lebar Jika Kelompok Mampu Masih Pakai Gas Melon

"Pertamina saya kira pasti sigap dengan menambah pasokan dan melakukan operasi pasar untuk daerah yang terjadi kelangkaan sampai kondisi normal kembali. Pertamina juga akan terus memastikan ketersediaan produk di agen dan pangkalan elpiji, sebagai penyalur resmi Pertamina," jelas Mamit.

Mamit juga menyampaikan agar Pertamina bisa memanfaatkan agen sebagai penyalur resmi saat mengadakan operasi pasar. ”Agen ini pasti mempunyai gudang, jadi operasi pasar yang dilakukan oleh Pertamina dilakukan di gudang-gudang milik agen. Batasi satu orang hanya berhak dengan satu tabung elpiji 3 kg, bahkan jika bisa mereka menunjukan KTP agar tidak dobel-dobel dalam satu kepala keluarga,”jelas Mamit.

Mamit pun memperkirakan jika beban subsidi naik terus, akan menyebabkan beban kekuangan negara bisa terganggu. Apalagi, ditambah saat ini 70 persen elpiji masih impor. Jika subsidi terus, defisit transaksi berjalan akan makin tinggi.

Baca juga : Menkumham: Pengadaan Barang Jasa Harus Akuntabel Dan Transparan

“Perlu adanya kebijakan dalam mengendalikan elpiji 3 kg yang salah satunya adalah distribusi tertutup. Ini lebih jelas asalkan datanya benar sehingga tepat sasaran dan jangan sampai ada kesalahan data. Salah satu kelemahan kita adalah akurasi data,” pungkas Mamit. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.