Dark/Light Mode

Keamanan Aplikasi Digital Makin Canggih

Penjahat Incar Kelemahan Psikologis Dari Konsumen

Selasa, 1 September 2020 06:09 WIB
Ilustrasi/NET
Ilustrasi/NET

RM.id  Rakyat Merdeka - Masa pandemi Covid-19 memicu ketergantungan masyarakat terhadap teknologi digital dalam menjalankan aktivitas. Karena itu, masyarakat diimbau lebih waspada karena kejahatan digital terus mengintai.

Head of Merchant Platform Business Gojek Novi Tandjung mengatakan, berbagai cara tengah dilakukan untuk menjaga keamanan digital. Imbauan juga diberikan kepada pengguna, khususnya pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di GoFood.

“Yang kami lakukan adalah memberikan edukasi kepada mitra usaha. Tujuannya untuk mengingatkan pentingnya menjaga keamanan transaksi secara digital,” kata Novi di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, kerahasiaan data usaha dan data pribadi setiap pelaku UMKM di GoFood harus dilindungi. Pasalnya, edukasi merupakan bagian dari komitmen untuk membantu melindungi, sekaligus mengimbangi tingginya jumlah UMKM yang go digital di masa pandemi.

Edukasi tersebut terus didorong secara reguler oleh GoFood kepada mitra UMKM kuliner melalui berbagai kanal, seperti aplikasi GoBiz, situs resmi (www.gobiz.co.id), media sosial dan Komunitas Partner GoFood (KOMPAG).

“Sekarang pelaku UMKM bisa meningkatkan kompetensi keamanan digital. Aplikasi GoBiz super app untuk para mitra usaha telah dilengkapi dengan banyak fitur keamanan. Kami berharap dapat mendukung mitra dalam melindungi keamanan data pribadi dan usaha,” tuturnya.

Baca juga : Inilah 5 Arahan Presiden Jokowi

Pengamat teknologi dari Researcher Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada Adityo Hidayat mengatakan, saat ini perusahaan teknologi telah memiliki sistem keamanan yang canggih.

Maka modus yang dilakukan pelaku kejahatan sekarang adalah memanfaatkan kelemahan pemilik akun atau pengguna.

“Penipuan dengan cara rekayasa sosial ini saya lihat bukan dengan membobol keamanan teknologi, melainkan dengan metode memanipulasi psikologis pengguna platform teknologi. Dan bukan pula dengan peretasan sistem,” kata Adityo kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Dia menjelaskan, teknik rekayasa sosial biasanya terjadi karena penipu memanfaatkan ketidaktahuan dan kelemahan pengguna platform digital.

“Penipu menyerang kelemahan psikologis pengguna, sehingga membuat calon korban mengabaikan nalar dan logika,” tuturnya.

Misalnya, calon korban dibuat senang dengan iming-iming hadiah. Contoh kelemahan psikis itu terjadi ketika pengguna teknologi dikondisikan untuk merasa ketakutan maupun kegirangan.

Baca juga : Angka Kekerasan Masih Tinggi, Ini Pinta Ingrid Kansil Di Hari Anak Nasional

“Sehingga, diperlukan kesadaran dan radar kehati-hatian untuk lebih sensitif terhadap modus manipulasi psikologis,” terang Adityo.

Dia menyebut, ada beberapa modus yang perlu diwaspadai pengguna Gojek. Modus tersebut biasa digunakan pelaku kejahatan digital. Salah satunya Penyalahgunaan kode One-Time Password (OTP) dan Nomor Kartu ATM.

Kode OTP merupakan salah satu fitur pengaman data yang hanya dapat digunakan satu kali, sebagai autentikasi ketika kita hendak masuk ke dalam akun platform digital.

“Kode OTP dan nomor kartu ATM hanya untuk diproses oleh sistem atau mesin. Sehingga, apabila ada orang yang menanyakan kode OTP maupun nomor kartu ATM, kita patut berhati-hati,” cetus dia.

Akibat yang terjadi ketika seseorang memberikan kode OTP dan nomor kartu ATM ini kepada orang lain, maka ada kemungkinan terjadi pengambilalihan akun pribadi hingga penyalahgunaan akses ke sistem perbankan mitra usaha, yang menyebabkan kerugian finansial.

Selain itu, ada juga pelaku yang menggunakan modus dengan membuat suasana jadi mendesak. Nantinya penipu menelepon dan mendorong korban untuk membuat keputusan saat itu juga.

Baca juga : Bank Bukopin Apresiasi Marketing Terbaik Penjualan Bancassurance Triwulan I-2020

Ada juga seseorang berpura-pura menjadi kenalan calon korban atau mengaku sebagai perwakilan dari perusahaan.

“Setelah itu, umumnya penipu bikin suasana mendesak lalu memberikan perintah kepada calon korban seperti meminta informasi data pribadi, data usaha, atau meminta transfer sejumlah uang,” terangnya.

“Maka saat dihadapkan pada situasi tersebut, sebaiknya jangan panik dan bersikap tenang agar dapat mencerna informasi dengan jernih. Sehingga terhindar dari upaya manipulasi psikologis yang dilakukan penipu,” sarannya.

Modus umum lainnya adalah dengan iming-iming hadiah dan bantuan jasa. Modus ini membuat pengguna Gojek atau mitra usaha dibuat senang.

Sebelumnya, penipu sudah mempelajari latar belakang dan kebutuhan calon korban. “Ini harus hati-hati, karena perusahaan umumnya tidak pernah meminta data tambahan di luar kanal resmi,” pungkas Adityo. [JAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.