Dark/Light Mode

Inflasi November 0,28 Persen, Ini Penyebabnya

Selasa, 1 Desember 2020 22:19 WIB
Gedung Bank Indonesia. (Foto: ist)
Gedung Bank Indonesia. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Bank Indonesia (BI) mencatat inflasi November 0,28 persen (mtm). Angka itu tinggi dari inflasi bulan sebelumnya yang tercatat 0,07 persen (mtm). 

Perkembangan ini dipengaruhi oleh inflasi inti yang tetap rendah di tengah kenaikan inflasi kelompok volatile food dan kelompok administered prices. 

Secara tahunan, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) November 2020 tercatat 1,59 persen (yoy), sedikit meningkat dari inflasi bulan lalu sebesar 1,44 persen (yoy). 

"Ke depan, BI terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna menjaga inflasi sesuai kisaran targetnya," jelas Direktur Departemen Komunikasi BI, Junanto Herdiawan, Selasa (1/12).

Baca juga : Listrik Di Bekasi Sering Padam, Ini Penyebabnya...

Inflasi inti November 2020 tercatat 0,06 persen (mtm). Angka ini relatif stabil dibandingkan dengan inflasi Oktober 2020 sebesar 0,04 persen (mtm). 

Inflasi inti yang tetap rendah dipengaruhi oleh kenaikan inflasi kelompok pengeluaran pakaian dan alas kaki, kesehatan, dan pendidikan, di tengah deflasi komoditas emas perhiasan sejalan dengan perlambatan harga emas dunia. 

Secara tahunan, inflasi inti tercatat sebesar 1,67 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan inflasi Oktober 2020 sebesar 1,74 persen (yoy). 

Dari catatan BI, inflasi inti yang tetap rendah tidak terlepas dari pengaruh permintaan domestik yang belum kuat, konsistensi kebijakan Bank Sentral dalam mengarahkan ekspektasi inflasi pada kisaran target, harga komoditas dunia yang rendah, dan stabilitas nilai tukar yang terjaga.

Baca juga : Penerimaan Naik 108 Persen, Barantan Kelola PNBP Terpusat Tahun Depan

Kelompok volatile food tercatat inflasi 1,31 persen (mtm) pada November 2020, lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,40 persen (mtm). Peningkatan tekanan inflasi kelompok volatile food terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga daging ayam ras dan telur ayam ras, komoditas hortikultura karena faktor musiman, dan minyak goreng akibat kenaikan harga crude palm oil (CPO) global. 

"Inflasi kelompok volatile food yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi komoditas beras dan daging sapi seiring pasokan yang terjaga," imbuhnya. 

Secara tahunan, inflasi kelompok volatile food tercatat sebesar 2,41 persen (yoy). Atau meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 1,32 persen (yoy).

Kelompok administered prices mencatat inflasi sebesar 0,16 persen (mtm), setelah mengalami deflasi berturut-turut pada empat bulan sebelumnya. Perkembangan ini terutama didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara sejalan dengan permintaan yang mulai meningkat. 

Baca juga : Baznas Sabet Sertifikasi Manajemen Anti Penyuapan

Di sisi lain, tekanan inflasi tertahan oleh deflasi komoditas tarif listrik sebagai dampak penyesuaian tarif listrik pada golongan pascabayar. Secara tahunan, kelompok administered prices mencatat inflasi sebesar 0,56 persen (yoy), lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,46 persen (yoy). [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.