Dark/Light Mode

Untuk Tangani Covid-19 Dan Program PEN

BI Pastikan Utang Dikelola Ekstra Hati-hati Dan Kredibel

Rabu, 16 Desember 2020 05:08 WIB
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono. (Foto : Istimewa).
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono. (Foto : Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia kembali mengalami peningkatan di Oktober 2020. Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi ULN Indonesia pada akhir Oktober sebesar 413,4 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 5.870 triliun (kurs Rp 14.200).

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono mengatakan, ULN terdiri dari ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) sebesar 202,6 miliar dolar AS dan ULN sektor swasta (termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebesar 210,8 miliar dolar AS.

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono mengatakan, ULN terdiri dari ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) sebesar 202,6 miliar dolar AS dan ULN sektor swasta (termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebesar 210,8 miliar dolar AS.

“Utang Luar Negeri kita tumbuh 3,3 persen (year on year/ yoy) pada Oktober. Jumlah ini menurun dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 3,8 persen (yoy), terutama dipengaruhi oleh perlambatan ULN Pemerintah,” kata Erwin dalam keterangannya, kemarin.

Baca juga : Teman, Pandemi Belum Habis, Hargailah Kerja Tenaga Medis

Menurutnya, pada Oktober 2020, ULN Pemerintah tercatat 199,8 miliar dolar AS atau tumbuh 0,3 persen (yoy). Jumlah ini menurun dibandingkan pertumbuhan pada September 2020 sebesar 1,6 persen (yoy).

Perlambatan pertumbuhan ini dipengaruhi oleh pembayaran pinjaman luar negeri pemerintah di tengah kembalinya aliran masuk modal asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN).

Kondisi ini, kata Erwin, seiring dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang menurun, dan persepsi positif investor yang tetap terjaga terhadap prospek perbaikan perekonomian domestik.

Meski mengalami peningkatan, dia memastikan ULN pemerintah tetap dikelola secara hati-hati, kredibel dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas. Termasuk untuk menangani pandemi Covid-19 dan pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Baca juga : Angkasa Pura I Pastikan Protokol Kesehatan Bandara Saat Libur Nataru

Porsi dana yang dialokasikan, antara lain mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (23,8 persen dari total ULN Pemerintah), sektor konstruksi (16,6 persen), sektor jasa pendidikan (16,5 persen), sektor administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial wajib (11,8 persen) serta jasa keuangan dan asuransi (11,4 persen).

Sementara, ULN swasta tumbuh sedikit meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.

Erwin mengatakan, pertumbuhan ULN swasta akhir Oktober 2020 tercatat 6,4 persen (yoy) atau sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 6,1 persen (yoy).

Perkembangan ini didorong oleh meningkatnya pertumbuhan ULN Lembaga Keuangan (LK) sebesar 0,1 persen (yoy), setelah mencatat kontraksi 0,9 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.

Baca juga : Lawan Covid-19, Biden Bikin Program 100 Hari Pakai Masker

Sementara, pertumbuhan ULN Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan (PBLK) relatif stabil sebesar 8,3 persen (yoy).

BI memastikan, struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.

“Rasio Utang Luar Negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) akhir Oktober 2020 sebesar 38,8 persen. Ini meningkat dibanding rasio pada bulan sebelumnya sebesar 38,1 persen,” kata Erwin.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.