Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Teknologi Maju Dukung PLTU Ramah Lingkungan

Jumat, 8 Januari 2021 20:53 WIB
Foto: Ilustrasi/Ist
Foto: Ilustrasi/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara masih mendominasi sumber pasokan listrik nasional. Berbagai inovasi teknologi diterapkan, guna menekan tingkat pencemaran dari proses produksi tersebut.

Selain menekan emisi, penerapan teknologi juga membuat penggunaan bahan bakar lebih efektif dan efisien. Misalnya, teknologi Ultra Super Critical (USC), untuk peningkatan efisiensi pembangkit listrik melalui proses pengaturan tekanan dan suhu uap yang masuk ke dalam turbin. 

Ketika tekanan dan suhu makin tinggi, maka tingkat efisiensi juga akan semakin tinggi. Hal itu akan membuat semakin rendah karbon. 

Dari segi ketersediaan, cadangan batu bara di Indonesia masih sangat besar, sekitar 37,6 miliar ton. Belum lagi sumber daya batu bara yang mencapai 149 miliar ton. 

Dengan mempertimbangkan besarnya sumber daya dan cadangan batu bara tersebut, Dewan Energi Nasional (DEN) melalui Rencana Umum Kebijakan Energi Nasional (KEN) lewat Perpres No.22/2017, telah menetapkan bauran energi untuk batu bara sebesar 30 persen di 2025 dan 25 persen di 2050. 

"Bagi PLN, batu bara sebagai bahan bakar energi pembangkit, sangat efisien," ujar Singgih Widagdo, Ketua Indonesia Mining and Energy Forum (IMEF), Jumat (8/1). 

Baca juga : Presiden Minta Gubernur Dukung Penuh Perizinan Lumbung Pangan

Apalagi di dalam pemanfaatan batu bara di dalam negeri, Pemerintah (Kementerian ESDM) menetapkan harga batu bara untuk kelistrikan kebutuhan umum. Bukan didasarkan atas indeks harga batu bara di pasar internasional. 

Singgih mengatakan, Pemerintah juga telah meratifikasi Paris Agreement yang mewajibkan terjaganya iklim dengan usaha-usaha di bidang lingkungan.

Menurut dia, bukan hal mudah mendapatkan pendanaan bank internasional dalam membangun PLTU Batu Bara. Kecuali yang dibangun dengan teknologi super critical atau ultra super critical. 

Karenanya, Singgih meyakini teknologi PLTU kini jelas ramah lingkungan. 

"Dari kondisi saat ini (besarnya kebutuhan dan sistem kelistrikan yang ada), batu bara tetap sebagai pilihan yang strategis," kata Singgih.

Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan, sebenarnya PLN telah mengembangkan berbagai inovasi terhadap PLTU yang menggunakan batu bara. Dengan demikian, keberadaan PLTU-PLTU itu lebih ramah lingkungan. 

Baca juga : PLN Siap Terangi Papua Dengan Listrik Ramah Lingkungan

"Harapannya, PLTU yang ada dan sedang dibangun menggunakan batu bara, mestinya bisa diwajibkan menggunakan konversi. Sehingga output-nya lebih bersih lingkungan," ujar Fahmy kepada wartawan, Jumat (8/1). 

Dia menilai, penggunaan batu bara dalam PLTU masih sangat relevan untuk saat ini hingga tahun-tahun ke depannya. Apalagi, ketersediaan batu bara di Indonesia masih banyak. 

“Kalau kita lihat, 57 persen pembangkit listrik masih memakai batu bara," imbuhnya. 

Fahmy mengusulkan, Pemerintah mewajibkan PLTU untuk memasuki era baru dalam penggunaan batu bara dengan teknologi maju, seperti penggunaan USC, dengan menggunakan EQCS (Emission Quality Control System) yang menerapkan FGD (Flue Gas Desulfurization) meminimkan sulfur. 

Teknologi ini digunakan untuk menghilangkan sulfur dioksida dari emisi gas buang pembangkit. 

FGD membuat kandungan SO2 yang dilepaskan ke atmosfer, tidak mencemari udara. Upaya meminimalisir emisi juga dilakukan dengan teknologi  SCR (Selective Catalytic Reduction) yang menghilangkan emisi NOx, sehingga menjadi partikel yang tak berbahaya. 

Baca juga : Kompleks KBRI Seoul Disulap Jadi Ramah Lingkungan

“Teknologi-teknologi itu sudah dipakai dan terbukti lebih ramah lingkungan. Saya kira PLN punya komitmen untuk itu, tinggal kita ingatkan terus," ungkap Fahmi.

Terkait emisi yang dihasilkan PLTU, anggota Komisi VII DPR Kardaya Warnika tak menampiknya. Hal itu juga terjadi di semua pembangkit tenaga listrik, bukan hanya yang menggunakan batu bara. 

Namun, kata dia, saat ini sudah ada teknologi yang mampu menekan emisi tersebut agar lebih rendah.  

“Ada teknologi yang clean untuk menekan emisinya agar bisa lebih rendah,” tandasnya. [REN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.