Dark/Light Mode

Harga Masih Tinggi

BUMN Pangan Gercep Guyur Daging Ke Pasar

Rabu, 27 Januari 2021 05:07 WIB
Ilustrasi. (Foto : Istimewa).
Ilustrasi. (Foto : Istimewa).

 Sebelumnya 
“Kami terus berupaya me­mastikan ketersediaan, stabilitas harga, serta peningkatan kualitas dan keberlanjutan produk pangan,” janjinya.

Komitmen itu, lanjutnya, sejalan dengan seruan Menteri BUMN Erick Thohir yang meminta BUMN Klaster Pangan berkontribusi menjaga kestabilan pangan. Baik dari sisi ketersedian, maupun keterjangkauan harga di masyarakat.

Adapun, delapan anggota klaster pangan yakni, PT Berdikari, Perum Perikanan Indonesia (Perindo), PT Perikanan Nusan­tara (Perinus), PT Pertani, Sang Hyang Seri, PT Bhanda Ghara Reksa (BGR Logistics), PT Pe­rusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), dan PT Garam.

Baca juga : Gula, Kedelai Dan Jagung Masih Impor, Jokowi Kesal

Head of Research Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta menyarankan, pemerintah mem­benahi tata niaga daging sapi nasional. Sebab, tingginya harga daging sapi sekarang ini sudah melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET), yaitu sebesar Rp 120.000 per kilogram (kg). Sehingga hal ini perlu diatasi dengan melihat ke persoalan di hulu.

“Panjangnya rantai distribusi menimbulkan biaya tambahan, yang pada akhirnya berpengaruh kepada harga jual,” terang Fe­lippa kepada Rakyat Merdeka.

Dia menilai, pandemi Covid-19 turut menimbulkan disrupsi pada sektor pertanian dan peter­nakan di seluruh dunia. Di mana, implementasi berbagai kebijakan pembatasan sosial memengaruhi kinerja kedua sektor tersebut di hampir semua negara.

Baca juga : Harun Yahya Menolak Dihubungkan Dengan Gerakan Gulen

Menurutnya, harga sapi dari Australia sudah meningkat se­jak akhir 2020. Harga juga naik dipicu tingginya biaya distribusi akibat penurunan kapasitas logis­tik selama pandemi Covid-19.

“Penurunan kapasitas produksi dan pengolahan menyebabkan suplai berkurang,” sambungnya.

Sementara industri daging sapi domestik, lanjutnya, belum mampu bersaing dengan industri daging luar negeri. Pasalnya, produksi daging sapi domestik hanya memenuhi sekitar 70 persen dari permintaan. Sehingga, mau tak mau harus impor daging sapi demi mengatasi kesenjangan kebutuhan. [IMA]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.