Dark/Light Mode

Atasi Harga Daging Sapi Lewat Kerja Sama IA-CEPA

50 Persen Pelaku Usaha Peternakan Gulung Tikar

Jumat, 5 Februari 2021 07:08 WIB
Ilustrasi daging sapi. (Foto: Istimewa)
Ilustrasi daging sapi. (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Untuk daging sapi beku, tarif diturunkan dari 5 persen menjadi 2,5 persen, yang kemudian dihapuskan setelah tahun kelima. menurutnya, peningkatan volume dan penurunan tarif tentu bisa berkontribusi pada turunnya harga daging sapi di Indonesia.

Selain itu, kerja sama ini bisa dikembangkan lebih lanjut untuk mewujudkan konsep poros kekuatan yang menggabungkan kekuatan kedua mitra. Yaitu, sektor pertanian Australia dan industri makanan olahan Indonesia, untuk merambah pasaran negara lainnya.

Menurut Menteri Perdagangan M Lutfi, harga daging sapi Australia saat ini mengalami kenaikan. Harganya mencapai 3,8 dolar AS per kg, meningkat dari sebelumnya sebesar 2,52,8 dolar AS per kg.

Baca juga : BI Dan Bank Of Thailand Perkuat Kerja Sama Penggunaan Mata Uang Lokal

Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengatakan, untuk mestabilkan harga daging, Bulog mendapatkan penugasan melakukan impor daging kerbau dari India. Pemenuhan ketersediaan daging juga dilakukan untuk antisipasi pemenuhan permintaan daging pada ramadan dan Idul Fitri tahun ini.

“Dulu daging kerbau sulit dipasarkan karena masyarakat belum terbiasa makan daging kerbau. Sekarang sudah biasa, sehingga ini bisa menekan harga daging sapi,” ujar Buwas, sapaan Budi Waseso.

Buwas mengungkapkan, ada penugasan impor 20 ribu ton daging sapi dari Brazil. hanya saja, penugasan impor daging sapi tersebut tidak diberikan kepada Bulog.

Baca juga : Ketua KPK Tegaskan, Tak Ada Pemeriksaan Yang Berlebihan

Tingginya harga daging sapi dalam beberapa bulan terakhir juga membuat pelaku usaha di peternakan sapi banyak yang harus gulung tikar.

Direktur eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) Joni P Liano mengungkapkan, hampir 50 persen anggotanya sudah gulung tikar. “Anggota kami ada 42 perusahaan, yang masih aktif sekitar 22, jadi 50 persen lah,” katanya.

Menurut Joni, kenaikan harga sapi hidup memaksa pengusaha untuk menaikkan harga. Namun, tidak mudah karena masyarakat sudah terbiasa dengan standar harga yang ada. apalagi di tengah menurunnya daya beli masyarakat.

Baca juga : Operasional Pelayanan Petikemas di Terminal Teluk Lamong Dijamin Lancar

“Sudah ada yang tutup, nggak kuat mensubsidi. Jadi teman-teman sebetulnya sekarang mensubsidi. Sekarang kan harga naik terus, makin dalam subsidinya, ada yang stop, konsekuensi stop ruginya besar. Daripada rugi berlanjut, terpaksa stop,” ucapnya. [KPJ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.