Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Cek Di Sini, 5 Penjelasan Penting BPOM Soal Vaksin AstraZeneca Yang Bikin Heboh
- Lawan Guinea, Pelatih Persib: Timnas Akan Hadapi Lawan Berat
- Piala AFC U-17 Putri, Garuda Pertiwi Muda Fokus Hadapi Korsel
- 128.000 Jemaah Haji Indonesia Nikmati Fasilitas Fast Track
- Dortmund Ke Final, PSG Cuma Kurang Beruntung
Dukung Pemerintah
Pengusaha Tekstil Legowo Kena Imbas Perang Dagang
Minggu, 31 Maret 2019 07:50 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat pasrah jika perseteruan perdagangan minyak sawit Indonesia dengan Eropa merembet ke ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT).
"Kami ikut keputusan pemerintah. Jika akhirnya terjadi perang dagang, kami legowo,” ungkap Ade kepada Rakyat Merdeka, pada akhir pekan.
Baca juga : Pengusaha Rela Tekor
Ade menyebutkan selama ini pasar ekspor tekstil ke Eropa cukup besar. Nilainya mencapai 2 miliar dolar AS per tahun. Persentase ekspor tekstil ke Eropa mencapai 20 persen dari seluruh jumlah total ekspor tekstil.
Namun demikian, saat ini trennya sedang menurun. Penyebabnya ekspor tekstil ke Eropa dikenakan bea masuk sebesar 11 sampai 25 persen. Sehingga produk Indonesia kurang kompetitif. Kalah dengan produk Bangladesh dan Vietnam.
Baca juga : Ma’ruf Sebut Pilpres Bukan Perang Badar
Untuk memperbaikinya, maka perlu ada perjanjian dagang agar bea masuk bisa 0 persen. “Upaya itu kita sedang lakukan, dengan melakukan perjanjian dagang. Tapi kini kini kondisinya berat dengan adanya masalah sawit,” cetusnya.
Ade berharap, masalah sawit diselesaikan dengan cara baik. Mengedepankan negosiasi, bukan saling boikot. Industri sawit juga harus bisa lebih kreatif. Misalnya, membuat produk turunan lebih banyak seperti sabun, obat, parasilin dan produk rumah tangga lainya.
Baca juga : Ratusan Pengusaha Tambang Geruduk DPR
Proyeksi kisruh sawit bisa merembet ke produk lain sebelumnya disampaikan Wakil Ketua Umum Kamar dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta W. Kamdani. “Kalau terjadi saling boikot, bisa menganggu kinerja perdagangan produk lainnya,” ungkap Shinta.
Shinta juga berharap kisruh sawit diselesaikan dengan mengedepankan negosiasi. Karena, jika terjadi perang dagang, perekonomian Indonesia bisa terganggu. Menurutnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pasar Eropa terbesar keempat ekspor Indonesia, setelah ASEAN, China, dan Amerika Serikat. [NOV]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya