Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Rakyat Lebih Fokus Belanja Makanan Selama Pandemi
DP 0 Persen Mobil Dan Motor Nggak Nendang
Jumat, 19 Februari 2021 05:20 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Berbagai upaya dilakukan Pemerintah agar industri otomotif tetap tumbuh di tengah gempuran pandemi Covid-19. Salah satunya, memberikan relaksasi uang muka kredit/ Down Payment (DP) 0 persen untuk semua jenis kendaraan bermotor baru, yang menggunakan fasilitas bank.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, relaksasi uang muka kredit kendaraan bermotor akan dimulai awal Maret 2021 hingga akhir tahun.
“Melonggarkan uang muka kredit kendaraan bermotor 0 persen untuk semua jenis kendaraan. Ini untuk mendorong pertumbuhan kredit di sektor otomotif, dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian,” kata Perry di Jakarta, kemarin.
Pelonggaran ini sejalan dengan kebijakan Pemerintah yang sudah membebaskan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) untuk mobil baru. Nantinya, pajak mobil baru akan ditanggung Pemerintah sebesar 100 persen selama tiga bulan mulai 1 Maret 2021.
Baca juga : Pebisnis Hotel Dan Resto Minta Keringanan Pajak
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso berharap, relaksasi PPnBM dan penerapan DP 0 persen dapat mengungkit permintaan dan mendorong pertumbuhan kredit.
Wimboh mengatakan, penurunan PPnBM dan DP 0 persen ini diharapkan bisa mengungkit permintaan di sektor konsumsi, khususnya kendaraan bermotor.
“Kita harapkan ini bisa mendorong pertumbuhan perkreditan dan juga demand,” harap Wimboh.
Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira tidak yakin dengan banyaknya insentif pembebasan pajak, akan menyelamatkan industri otomotif dalam negeri. Atau kembali ke penjualan 1 juta unit per tahun. Dia menilai, kebijakan itu nggak akan nendang.
Baca juga : Atasi Penuaan Dini Selama Pandemi Dengan Teh Hijau
Menurut Bhima, di masa pandemi mobilisasi masyarakat berkurang dan berdampak kepada daya beli konsumen. Apalagi, masyarakat yang memiliki daya beli sebagian besar bukan ditujukan kepada produk otomotif.
“Masalah mobilitas penduduk yang masih rendah, membuat prioritas belanja masyarakat bukan beli mobil baru. Prioritas belanja masyarakat adalah kesehatan, makanan, minuman dan kebutuhan primer lain. Kendaraan bermotor masih dianggap kebutuhan tersier,” tuturnya.
Bhima juga menilai, di masa pandemi perusahaan leasing atau pembiayaan masih akan ketat dalam menyeleksi pembeli mobil secara kredit. Mereka tentu tak ingin menambah risiko kredit macet akibat program ini.
Selain itu, kata Bhima, yang perlu mendapat perhatian, yakni berkurangnya penerimaan negara setelah pajak kendaraan bermotor dihapus.
Baca juga : PUPR Targetkan Triwulan I Bisa Serap 20 Persen Anggaran
“Bagaimana pun, penerimaan pajak dari kendaraan bermotor sangat penting untuk menambal pendapatan negara,” ucap Bhima. [KPJ]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya