Dark/Light Mode

Ekonom CIMB Niaga Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Di Angka 3,9 Persen

Kamis, 25 Februari 2021 20:37 WIB
Adrian Panggabean (Foto: Istimewa)
Adrian Panggabean (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk Adrian Panggabean memproyeksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini berada di kisaran 3,9 persen, alias di bawah kisaran Bank Indonesia (BI) di angka 5,1 persen. Kenaikan ini akan mulai tampak dari geliat perekonomian pada kuartal I-2021 sebesar 0,8 persen secara tahunan (year on year/yoy).

"Dua faktor pertama bersifat mendukung angka pertumbuhan yang lebih tinggi. Sedangkan tiga faktor lainnya bersifat menahan prospek laju pertumbuhan ekonomi di 2021,” kata Adrian dalam Diskusi Bersama Chief Economist CIMB Niaga yang digelar secara virtual di Jakarta, Kamis (25/2).

Adrian menyebutkan, faktor pertama, yaitu base-effects menjelaskan sekitar tiga-perempat dari narasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2021. Adapun sisanya diterangkan oleh normalisasi perekonomian di Pulau Jawa, yang mencakup hampir 60 persen dari total PDB Indonesia yang ditopang oleh sektor keuangan, telekomunikasi, infrastruktur publik melalui alokasi APBN, dan kesehatan. Hal ini sejalan dengan dimulainya program vaksinasi yang dilakukan pemerintah.

Baca juga : Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I Diramal Minus

Faktor kedua, prospek dorongan likuiditas lewat stimulus fiskal. Terutama belanja modal yang didukung oleh penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia 7 Day Reverse Repo Rate (repo rate) ke arah 3,5 persen, yang kini telah terealisasi minggu lalu. 

"Khusus terkait pelonggaran moneter, ke depan sebaiknya repo rate tidak diturunkan lagi ke bawah 3,5 persen," sarannya.

Hal ini penting karena dua alasan, yaitu pertimbangan eksternal terkait masih sangat besarnya ketidakpastian arah pergerakan aset global di 2021. Yang pasti akan berdampak pada stabilitas rupiah. 

Baca juga : CIMB Niaga Hadirkan Digital Lounge Di Mall Hingga Residensial

Selain itu, dari sisi domestik untuk menjaga agar monetary tank tidak terlalu kosong. Sehingga dapat mencegah munculnya komplikasi saat akan dilakukannya normalisasi moneter pasca 2022-2023.

Menyoal kabar vaksinasi yang bakal selesai tahun ini, ia berpendapat, jika jumlah 70 persen herd immunity yang disyaratkan oleh WHO tercapai, maka bisa saja terjadi dan Indonesia terbebas dari Covid-19. Namun kenyataannya, jumlah 70 persen pemberian vaksinasi dari total 270 juta masyarakat Indonesia atau sekitar 180 juta warga Indonesia, belum bisa tercapai.

"Kalau itungan normalnya, 180 juta itu selesai Maret 2022. Berarti minimal harus 400 ribu vaksin per hari. Kalau pun bisa disuntik 30 juta, itu juga masih jauh dari 180 juta jiwa atau baru 11 persen herd imunity belum tercapai. Selama itu belum terpenuhi, konsumen dan produsen masih terus wait and see," katanya.

Baca juga : Usaha Kecil Butuh Pembiayaan Digital

Begitu juga untuk kredit, belum pulih seutuhnya daya beli masyarakat seiring perubahan perilaku belanja. Diperkirakan kredit tumbuh sekitar 2-3 persen di 2021.

"Karena Dana Pihak Ketiga (DPK) numpuk, kebanyakan nasabah (lebih memilih) berinvestasi, terutama pada obligasi," tuturnya. [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.