Dark/Light Mode

Picu Defisit Neraca Perdagangan

Heran, Stok Gabah Banyak Masih Pengen Impor Beras

Senin, 8 Maret 2021 05:30 WIB
Ilustrasi pekerja menurukan beras dari kargo. (Foto : Istimewa).
Ilustrasi pekerja menurukan beras dari kargo. (Foto : Istimewa).

 Sebelumnya 
Selain itu, peran Bulog dalam rantai pasok beras juga perlu dievaluasi. Evaluasi ini dibu­tuhkan untuk meningkatkan efektivitas peranan Bulog dan menciptakan pasar beras yang lebih sehat dan tidak rentan terhadap kenaikan harga.

“Terkait menjaga kestabilan harga beras, CIPS merekomendasi­kan perlunya pelonggaran berbagai pembatasan impor,” tuturnya.

Pembatasan impor beras harus dilonggarkan dengan mengha­puskan hambatan kuantitatif untuk impor beras Indonesia, dan menghapus monopoli Bulog untuk mengimpor beras kualitas menengah. Seperti yang tertera di Permendag Nomor 103 Tahun 2015 pasal 9 (1.b).

Baca juga : Ketemu Dubes Jepang Kanasugi Kenji, BKS Bahas 8 Poin Penting Terkait Transportasi

Berbeda, pengamat pangan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa meminta pe­merintah meninjau ulang wacana impor beras. Pasalnya, saat ini produksi gabah sedang tinggi.

“Dipastikan, di tahun ini ada kenaikan produksi beras nasional dibandingkan tahun 2020,” kata Andreas kepada Rakyat Merdeka.

Andreas yang juga Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2­TI) itu menambahkan, menurut data BPS (Badan Pusat Statistik), pada triwulan I/2021 stok beras akan meningkat tajam, sehingga tidak ada alasan bagi pemerintah mengimpor beras.

Baca juga : Puaskan Pelanggan, Sharp Indonesia Raih Penghargaan Bergengsi

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy menilai, impor berpotensi menyebabkan defisit neraca perdagangan.

Dalam konteks ekonomi In­donesia, kata dia, defisit neraca perdagangan yang terjadi karena banyak impor bahan baku industri menjadi wajar, karena kemampuan Indonesia dalam memproduksi bahan baku indus­tri masih terbatas.

“Dalam konteks pangan ini menjadi sulit diterima, karena kita punya kemampuan untuk menjadi negara agraris. Pemerintah juga sudah mengeluarkan kebijakan, misalnya Food Estate, namun nyatanya malah impor pangan,” sentil Yusuf. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.