Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Atasi Defisit Neraca Perdagangan

Peneliti : Genjot Ekspor Ke Negara Tujuan Non Tradisional

Rabu, 13 Januari 2021 19:48 WIB
ilustrasi/ist
ilustrasi/ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Indonesia masih berpotensi meningkatkan nilai ekspornya. Salah satunya melalui intensifikasi ekspor ke negara-negara tujuan non tradisional.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan mengatakan, pasar ekspor ke negara-negara non tradisional ini dinilai menjadi salah satu solusi mengatasi defisit neraca perdagangan. 

Pasalnya, nilai ekspor non-migas Indonesia terhadap negara yang tergolong tujuan tradisional telah mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir.

"Nilai ekspor non-migas Indonesia dengan negara tujuan tradisional seperti Amerika Serikat (AS) dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir," tutur Pingkan dalam rilis yang diterima RMCO, Rabu (13/1/2021). 

Dilansir dari data BPS dan Kementerian Perdagangan, ekspor Indonesia ke AS meningkat dari USD 15,3 miliar pada tahun 2015 menjadi USD 17,8 miliar pada tahun 2019. Sedangkan untuk RRT pada rentang waktu yang sama juga meningkat dari USD 13,3 miliar menjadi USD 25,9 miliar.

Baca juga : Indonesia Genjot Ekspor Ke AS Rp 850,9 Triliun

Sedangkan untuk tahun 2020, nilai ekspor Indonesia ke RRT menempati posisi teratas dibandingkan dengan negara mitra dagang lainnya dengan nilai mencapai USD 26,6 miliar.

"Posisi kedua dan ketiga ditempati oleh AS dengan USD 16,7 miliar dan Jepang dengan USD 11,6 miliar," kata Pingkan.

Selain itu kata Pingkan, tren serupa juga dialami oleh negara tujuan non-tradisional seperti Tanzania, Kenya, dan Kazakhstan. Selama kurun waktu lima tahun nilai ekspor Indonesia terhadap tiga negara tersebut meningkat masing-masing dari USD 214 juta; USD 187,7 juta dan USD 3,2 juta pada 2015 menjadi USD 262,9 juta; USD 220,6 juta dan USD 207,1 juta.

Menurutnya, kondisi Ini menjelaskan bahwa produk Indonesia diterima dengan baik oleh negara – negara non tradisional.

“Selain peningkatan kualitas produk Indonesia supaya daya saing makin kuat, sudah saatnya pemerintah melihat potensi dari negara-negara tujuan non tradisional. Pemetaan penting dilakukan supaya pasar untuk produk Indonesia semakin luas,” jelas Pingkan.

Baca juga : Formasi Bicara Soal Kenaikan Cukai: Penerimaan Negara Turun, Rokok Ilegal Naik

Ia menyebut, Indonesia harus memanfaatkan perjanjian perdagangan internasional, terutama yang sudah berlangsung, untuk meningkatkan volume dan nilai ekspor Indonesia.

Kesempatan ini adalah kesempatan yang baik terutama di tengah defisit neraca perdagangan. Selain mendapatkan pangsa pasar baru, Indonesia juga dapat memperoleh penghapusan dan / atau pengurangan tarif impor untuk beberapa produk Indonesia yang selama ini sudah tercantum dalam kemitraan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) maupun kemitraan bilateral seperti dengan Australia.

Indonesia harus mempertimbangkan negara-negara non tradisional yang berpotensi besar untuk menyerap produk-produk ekspornya. Pemerintah perlu terus menganalisis dengan baik seputar keuntungan yang selama ini telah diperoleh dari transaksi perdagangan Internasional dengan negara non tradisional.

Indonesia kata dia, sebaiknya tidak hanya mengandalkan ekspor ke negara tradisional yang selama ini sudah lama mengadakan perjanjian dagang, tetapi juga harus melebarkan sayap ekspor ke negara-negara non tradisional dengan memperhatikan pasar dan kebutuhan di negara tersebut.

"Perlu adanya upaya untuk membentuk segmen pasar dalam negeri yang mampu menyediakan kebutuhan-kebutuhan negara non tradisional.,” tambahnya.

Baca juga : Neraca Perdagangan Surplus, Rupiah Terbang Tinggi

Pingkan menguraikan, logikanya, negara-negara tradisional yang selama ini melakukan transaksi perdagangan dengan Indonesia juga terdampak pandemi Covid-19.

Untuk itu diperlukan upaya “diversifikasi” pasar agar kita tidak bergantung pada negara tradisional saja serta dapat memaksimalkan potensi negara lain untuk bekerjasama dengan Indonesia.

Dalam hal ini Indonesia dapat menyasar negara yang membutuhkan barang-barang yang diproduksi Indonesia seperti pangan olahan. Selain itu menyasar negara tujuan yang memiliki potensi pertumbuhan ekonomi yang bagus, akan memberikan peluang bagus untuk surplus perdagangan Indonesia.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.