Dark/Light Mode

Jawab Polemik Impor Beras, Mendag: Saya Tanggung Jawab

Jumat, 19 Maret 2021 20:26 WIB
Mendag Muhammad Lutfi (Foto: Kemendag)
Mendag Muhammad Lutfi (Foto: Kemendag)

RM.id  Rakyat Merdeka - Rencana pemerintah mengimpor 1,5 juta ton beras menuai polemik panjang. Banyak pihak menolak dan mengkritik rencana ini. Melihat kondisi ini, Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi tampil ke depan. Lutfi menegaskan, dia bertanggung jawab atas impor tersebut.

Mantan Dubes Indonesia untuk Amerika Serikat ini menjelaskan, sebenarnya, impor tersebut belum dilaksanakan. Rencana itu hanya untuk jaga-jaga jika cadangan beras di Bulog semakin tipis. 

Untuk saat ini, pemerintah belum pernah menyatakan adanya kekurangan stok beras. “Kita tidak pernah bilang bahwa kita ini lebih atau kurang,” tegas Lutfi, dalam diskusi virtual, Jumat (19/3).

Baca juga : Mendag Jamin Tak Ada Impor Beras Saat Panen Raya

Lutfi tak menampik, pemerintah sudah menggelar Rapat Koordinasi Terbatas atau Rakortas untuk membahas mekanisme impor tersebut. Rapat tersebut atas usulannya. Namun, bukan berarti impor dilakukan sekarang. Impor baru dilakukan saat stok semakin tipis dan tak mencukupi kebutuhan pangan pokok, pemerintah baru akan membuka izin impor. 

“Kalau ada perbedaan, tanya sama saya. Jangan salahkan Pak Menko (Menko Perekonomian Airlangga Hartarto), Menteri Pertanian (Syahrul Yasin Limpo), jangan salahkan Bulog. Saya yang tanggung jawab. Saya yang minta Rakortas untuk bahas stok beras,” kata Lutfi.

Mengapa ada rencana impor beras? Lutfi menjelaskan, dalam aturan, pemerintah harus memiliki iron stock atau cadangan beras agar tetap terjaga dalam kondisi darurat. Dalam aturan, Bulog harus memiliki stok sebanyak 1-1,5 juta ton per tahun.

Baca juga : Mentan Hanya Pasrah

Dalam catatan Kementerian Perdagangan, stok beras di Gudang Bulog saat ini sebanyak 800 ribu ton. Dari jumlah itu, 300 ribu ton di antaranya stok 2018 yang sudah mengalami penurunan kualitas mutu. “Itu berarti stok Bulog mungkin tidak mencapai 500 ribu. Ini stok paling rendah yang ada dalam sejarah Bulog,” kata Lutfi.

Lutfi menambahkan, stok beras belum mencapai 1,5 juta karena per Februari, Bulog hanya mampu menyerap beras 85 ribu ton. Padahal, sesuai kebutuhannya, harusnya Bulog sudah menyerap 400-500 ribu ton.

Minimnya serapan ini terjadi karena kualitas gabah di petani tidak maksimal. Akibat curah hujan yang tinggi sejak awal tahun, kadar air dalam gabah petani terlalu banyak. Dalam kondisi ini, Bulog mengalami hambatan penyerapan karena perusahaan memiliki aturan tersendiri. 

Baca juga : Senayan: Stok Bulog Tipis, Kurang Serap Gabah Petani

“Secara aturan Bulog nggak bisa serap. Jadi nggak ada yang salah,” jelasnya. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.