Dark/Light Mode

Rencana Investasi Jalan Terus

Pebisnis Kita Pede Hadapi Fase Sulit Ekonomi Dunia

Minggu, 14 April 2019 06:40 WIB
Wakil Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani. (Foto: Telegraf)
Wakil Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani. (Foto: Telegraf)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pelaku usaha di dalam negeri tidak mau terlalu menghiraukan proyeksi semakin memburuknya perekonomian global. Mereka memastikan tetap melaksanakan rencana investasi seperti yang telah dirancang sejak awal tahun.

Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani mengungkapkan, pelaku usaha tidak kaget dengan proyeksi International Monetary Fund (IMF) yang menyebutkan ekonomi dunia tengah menghadapi masa sulit.

“Penurunan (proyeksi) hal yang lumrah saja karena memang sejak tahun lalu perekonomian global masih penuh ketidakpastian. Kita (Indonesia) sudah melakukan penyesuaian. Kita udah bisa resilent (menyesuaikan-red) hadapi tantangan itu,” ungkap Shinta kepada Rakyat Merdeka, pada akhir pekan.

Oleh karena itu, lanjut Shinta, sebagian besar kalangan pelaku usaha bersikap biasa saja. Mereka tetap menjalankan rencana bisnisnya seperti yang telah disusun. Tidak ada rencana menunda investasi. “Dampak perlambatan tentu ada. Tapi kami yakin perekonomian Indonesia tetap kuat walau ada tekanan ekonomi dunia,” imbuhnya.

Namun demikian, Shinta berharap, pemerintah merespons perlambatan yang bisa menopang kinerja dunia usaha. Antara lain menggairahkan pasar di dalam negeri.

Baca juga : Elektabilitas Kedua Paslon Diprediksi Sulit Berubah

Menurutnya, sebagai negara dengan jumlah penduduk besar, Indonesia memiliki potensi besar untuk meminimalisir dampak perlambatan ekonomi dunia dengan memberdayakan pasarnya sendiri.

Seperti diketahui, IMF baru-baru ini mengeluarkan outlook ekonomi dunia. Lembaga internasional itu memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 3,3 persen, dari sebelumnya 3,5 persen yang disampaikan pada awal tahun.  

Proyeksi ini terendah sejak perekonomian menyusut pada tahun 2009. Downgrade proyeksi ini adalah yang ketiga kalinya dilakukan IMF dalam 6 bulan terakhir. IMF memandang ekonomi dunia tengah menghadapi fase sulit.

Jadi Patokan Investor

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengapresiasi sikap percaya diri pelaku usaha di Indonesia di dalam merespons proyeksi perlambatan ekonomi dunia. Proyeksi pertumbuhan ekonomi global memang tidak selalu berimbas langsung pada kinerja ekonomi nasional.

Baca juga : Kini Kita Hidup Dalam Sistem Ekonomi Apartheid!

Tetapi, Bhima menjelaskan pemangkasan proyeksi ekonomi dunia pasti memberikan tekanan terhadap kinerja perekonomian. Jika tidak diantisipasi, pasti memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

“Outlook itu biasanya kan dijadikan patokan investor dan eksportir. Kalau outlook negatif bisa jadi investor akan tahan rencana investasi,” kata Bhima kepada Rakyat Merdeka.

Selain itu, Bhima menjelaskan, outlook negatif akan mempengaruhi kinerja perdagangan dunia. Indonesia merupakan negara terbuka. Indonesia melakukan kerja sama kegiatan ekspor impor dengan banyak negara. Kalau perdagangan dunia menurun tentu akan mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia.

“Contoh lain soal pengaruh. Usai IMF mengumumkan proyeksi, rupiah langsung mengalami penurunan. Itu artinya proyeksi memberikan pengaruh,” ungkapnya.

Soal kurs, Bhima melihat tren pelemahan nilai tukar rupiah akan terus berlanjut sepanjang tahun. Pemicunya antara lain perlemahan kinerja ekspor akibat dampak perlembatan ekonomi dunia. “Ekonomi melambat, harga komoditas seperti sawit dan karet makin rendah. Pertambangan prospeknya juga negatif khususnya permintaan batubara dari China yang juga mengalami penurunan,” imbuhnya.

Baca juga : Pemerintah Mau Bikin Pameran & Festival Sarung Indonesia

“Saya memproyeksi neraca perdagangan masih catatkan defisit pada tahun ini. Pertumbuhan ekonomi terkoreksi dari ditargetkan diatas 5 persen menajdi ke 4,9 persen," tegasnya.

Menurut Bhima, ada dua cara yang bisa dilakukan untuk meminimalisir dampak perlambatan ekonomi. Pertama, mengoptimalkan permintaan dalam negeri. Misalnya, dengan meningkatkan penyerapan minyak sawit dengan mengerek penggunaan Bahan bakar campur minyak nabati (B20). Kedua, perluas pasar alternatif ke negara yang prospeknya masih positif misalnya wilayah asia selatan, dan afrika utara. [KPJ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.