Dark/Light Mode

Soal Holding Farmasi, Bos Kimia Farma Ngarep Cepat Kelar

Kamis, 9 Mei 2019 04:32 WIB
Gedung Kimia Farma. (Foto: Ist)
Gedung Kimia Farma. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - PT Kimia Farma (Persero) Tbk berharap pembentukan Holding BUMN Farmasi dapat segera terealisasi. Holding dapat meningkatkan pangsa pasar industri farmasi.

Direktur Utama Kimia Farma Honesti Basyir mengatakan, sejak tahun lalu sudah diperkirakan akan dibentuknya Holding BUMN Farmasi. Holding terdiri dari Kimia Farma, Bio Farma, dan Indofarma.

Menurut dia, proses kajian untuk pembentukan holding farmasi telah rampung dan tengah memasuki tahapan penyusunan pengurusan Peraturan Pemerintah (PP). "Bolanya ada di pemerintah untuk pengeluaran PP. Harapannya, semester I-2019 sudah bisa dibentuk holdingnya, kemungkinan Juni," ujarnya, di Jakarta, kemarin.

Dari segi kesiapan, kata dia, Kimia Farma yang paling siap dalam pembentukan Holding BUMN Farmasi karena telah memiliki lini bisnis yang kuat. Mulai dari retail, produksi, hingga distribusi.

Ia mengklaim, perseroan berada di posisi keempat dalam industri farmasi Indonesia dengan pangsa pasar tertinggi. Ditambah, perseroan telah melakukan akuisisi Phapros pada Maret lalu. “Ini akan meningkatkan pangsa pasar perseroan,” paparnya.

Baca juga : Soal Wajib SNI Pelumas, Maspi: Tak Pengaruh Banyak Ke Harga

Namun sebagai perusahaan publik, posisi Kimia Farma dinilai akan sulit. Karena itu, pemerintah memutuskan untuk menjadikan Bio Farma yang kepemilikan sahamnya 100 persen dimiliki pemerintah sebagai induk holding.

"Sekarang yang paling bagus market share kan Kimia Farma, kami nomor empat. Bio Farma di vaksin. Tapi, lead-nya di Bio Farma," katanya.

Dengan bergabungnya perseroan ke dalam Holding BUMN Farmasi akan dapat mendongkrak pangsa pasar perusahaan pelat merah dalam industri tersebut. "Kita berharap kalau holding ini terbentuk, setidak-tidaknya dari sisi market share kita nomor satu,” katanya.

Ekspansi Ke Vietnam

Pasca melebarkan sayap bisnisnya ke Arab Saudi, tahun ini Kimia Farma berencana untuk menyasar pasar farmasi di Vietnam. Perseroan sendiri menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 4,2 triliun.

Baca juga : Korpri Wajib Dukung Reformasi Birokrasi Lembaga Negara 

Direktur Keuangan Kimia Farma IGN Suharta Wijaya mengakui, berminat untuk mengakuisisi tiga perusahaan ritel farmasi di Vietnam yang potensi omzetnya bisa mencapai dua kali lipat dari Indonesia. Sayangnya, regulasi di Vietnam menyebutkan investasi asing tidak diperbolehkan menjadi pemegang saham mayoritas.

“Kita sedang kaji ini, karena terkendala di regulasi setempat. Aturannya hanya kepemilikan minority, kalau kita tidak bisa mengendalikan hilang nanti uang kita investasi di sana. Jadi tergantung regulasinya, kalau oke, kita bisa masuk tahun ini," bebernya.

Untuk itu, pihaknya telah berkomunikasi dengan dua ritel farmasi di Vietnam untuk kelanjutan rencana akuisisi. Di mana, dua perusahaan yang dibidik perusahaan berada pada ranking satu dan ranking tiga di bidang ritel farmasi di negara tersebut.

“Kita masih coba pelajari aturannya, regulasinya, apakah farmasi ini termasuk dalam Daftar Negatif Investasi (DNI) seperti di Indonesia sehingga tidak boleh asing mayoritas. Kita sedang pelajari ini," tuturnya.

Nantinya, akan ada sekitar 400 outlet dari masing-masing perusahaan tersebut. Meski jumlahnya tidak mencapai ribuan seperti halnya di Indonesia, namuj produktivitas peroutlet sangat bagus.

Baca juga : Sinergi BUMN Gelar Kegiatan Pangan Murah dan Kelas Kreatif

"Misalnya, satu outlet Kimia Farma sebulan (omzet) Rp 1,5 miliar, dia (ritel di Vietnam) bisa sampai Rp 4 miliar sebulan, itu penjualannya, makanya bagus," katanya.

Ia menambahkan, usai mengakuisisi perusahaan farmasi di Arab Saudi Dawaa Medical Limited Company, kontribusinya terhadap pendapatan masih sekitar 10 persen. "Kita harapkan ke depan bisa naik sampai 15 persen (dengan akuisisi di Vietnam)," harapnya.

Sepanjang tahun 2018, perseroan membukukan total aset sebesar Rp 9,46 triliun, meningkat 55,2 persen dari tahun 2017 sebesar Rpb6,10 triliun. Peningkatan ini berasal dari perolehan aset tetap dan perubahan penggunaan beberapa aset tetap menjadi properti investasi.

Sementara itu, perolehan laba bersih perseroan sebesar Rp 401,79 miliar atau meningkat 21,13 persen dari tahun 2017 sebesar Rp 331,7 miliar. "Pencapaian laba bersih ini didukung pendapatan ssaha sebesar Rp 7,45 triliun atau meningkat sebesar 21,65 persen dari tahun 2017 sebesar Rp 6,12 triliun," tutupnya. [IMA]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.