Dark/Light Mode

Luncurkan Crypto Utility, Peter F. Gontha Optimis RI Jadi Pusat Ekonomi Hijau Dunia

Sabtu, 11 September 2021 08:41 WIB
Pendiri dan CEO Melchor Group, Peter F Gontha (Foto: Istimewa)
Pendiri dan CEO Melchor Group, Peter F Gontha (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pengusaha Peter F. Gontha, pendiri dan CEO Melchor Group, meluncurkan Crypto Utility yang bukan merupakan alat bayar seperti Crypto Currency, yang sudah sering didengar selama ini.

Crypto Utility adalah bagian dari upaya pelestarian lingkungan, dengan pendekatan ekonomi dan teknologi digital.

"lni hal baru dan pertama di dunia. Crypto Utility ini akan sejalan dengan teknologi perhitungan serapan karbon, yang dikembangkan oleh Jejak.in, anak perusahaan dari Melchor group," kata Peter dalam keterangannya, Jumat (10/9).

Crypto ini tidak bersifat virtual, meski berwujud digital. Kalau berhasil, maka Indonesia menjadi pioner di dunia.

"lni tak hanya soal restorasi ekologi, tetapi juga menyejahterakan masyarakat. Serta bagian dari upaya untuk ikut berperan mendampingi pemerintah, dalam memberantas kemiskinan" imbuhnya.

Baca juga : Sandi Dorong Jakarta Utara Jadi Ikon Baru Ekonomi Kreatif Di DKI

Peter F. Gontha dikenal sebagai pengusaha yang menghadirkan gebrakan-gebrakan baru.

la menjadi pioner dan penggagas hadirnya industri kimia dasar di Indonesia. Meski sempat menghadapi banyak penentangan, namun ia jalan terus.

Saat itu, industri Indonesia sangat tergantung pada imper. Karena Indonesia tak memiliki industri kimia dasar, yang menjadi basis industrialisasi.

Kini, Peter hadir dengan gagasan baru yang lebih menggebrak tentang valuasi alam Indonesia.

"Indonesia bisa menjadi pusat ekonomi hijau di dunia melalui crypto utility ini;' kata Peter.

Baca juga : Langkah Prabowo Patut Ditiru

Ia mengharapkan dukungan dari pemerintah, terutama Kementerian LHK yang telah berhasil meraih perhatian dunia, karena sukses memperbaiki lingkungan kehutanan di Indonesia.

Melalui teknologi blockchain, artificial intelligence, dan crypto utility ini, Peter menghadirkan gagasan baru tentang penghitungan restorasi hutan. Serta penyerapan, perhitungan, dan perdagangan karbon, yang sesuai dengan kompatibilitas dan Standar Nasional Indonesia yang ditetapkan pemerintah.

Masyarakat dunia terus gelisah dengan fenomena climate change akibat emisi gas buang, karena penggunaan energi fosil, pertambahan penduduk dunia, deforestasi, dan industrialisasi.

Dunia dihantui efek rumah kaca, akibat menipis dan bocornya lapisan ozon. Sehingga, suhu udara terus meningkat, yang berujung pada mencairnya es di kutub utara maupun selatan.

Berbagai upaya terus dilakukan untuk mengurangi emisi gas buang. Namun nyatanya, suhu udara terus meningkat.

Baca juga : Terus Membaik, Golkar Optimis Soal Pemulihan Ekonomi RI

"Melalui kombinasi pendekatan ekologis, teknologi digital, dan ekonomi crypto utility, maka lahirlah sebuah prakarsa baru yang futuristik," kata Peter.

Menurutnya, Indonesia memiliki cadangan karbon yang sangat besar di dunia yang tersimpan di hutan hujan, mangrove, dan lahan gambut.

"Semua ini merupakan kekayaan yang dimiliki Indonesia, yang belum divaluasi secara eksponensial. lnilah inti kekuatan ekonomi hijau Indonesia," tutur Peter.

Melalui crypto utility, Indonesia makin memiliki kedudukan penting dalam peta ekonomi global.

"Tentu saja, ini merupakan modal kuat bagi tercapainya cita-cita kemakmuran yang maksimal bagi seluruh rakyat Indonesia. Seperti yang dicanangkan Presiden Jokowi, untuk menginventarisasi lebih dari 12 juta hektar lahan yang dimiliki oleh masyarakat kecil dan beranggotakan lebih dari 3,1juta kepala keluarga," pungkas Peter. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.