Dark/Light Mode

Neraca Perdagangan Merosot

Awas, Investor Asing Kabur

Kamis, 16 Mei 2019 09:09 WIB
Pergerakan arus barang di Pelabuhan Tanjung Priok.
Pergerakan arus barang di Pelabuhan Tanjung Priok.

RM.id  Rakyat Merdeka - Kinerja ekspor Indonesia mengalami kemerosotan selama April 2019. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor sepanjang April 2019 hanya US$ 12,6 miliar. Dengan begitu, neraca dagang Indonesia, pada April 2019 defisit sebesar US$2,5 miliar. Kondisi ini dikhawatirkan bakal membuat investor asing meninggalkan Indonesia.  

“Defisit itu berasal dari nilai ekspor yang hanya US$12,6 miliar, sementara impor mencapai 15,10 miliar dolar AS,” kata Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta.

Saat ini, ekspor Indonesia, pada April 2019 mengalami penurunan sebesar 10,8 persen dibanding ekspor bulan Maret yang yang mencapai 14,12 miliar.

Suhariyanto mengatakan, bahwa defisit neraca perdagangan ini yang terdalam sejak Juli 2013 silam. "Defisit 2,50 miliar dolar AS yang terdalam. Sejak Juli 2013, defisit 2,3 miliar dolar AS," kata Suhariyanto.

Penurunan ekspor April dibanding Maret, kata dia disebabkan oleh penurunan ekspor migas sebesar 34,95 persen dan ekspor non-migas 8,68 persen.  “Penurunan ekspor polanya hampir sama, setiap April mengalami penurunan," katanya. 

Baca juga : Keluhan Jokowi soal Rumitnya InvestasiĀ Otokritik yang Bagus

Kondisi ini juga diperparah dengan penurunan ekspor seluruh komponen penyusun. Seperti sektor pertanian yang mengalami penurunan sebesar 6,74 persen secara month to month (mtm), dengan nilai ekspor sebesar 0,25 miliar dolar AS. Sementara itu, pada sektor industri pengolahan juga turun tajam sebesar 9,04 persen secara mtm denga nilai ekspor sebesar 9,42 miliar dolar AS.

Lalu, pertambangan mengalami penurunan sebesar 7,31 persen dengan nilai ekspor sebesar 2,19 miliar dolar AS "Ekspor Indonesia menurut sektor angkanya tidak terlalu bagus karena semua merah (mengalami penurunan)," paparnya.

Suhariyanto mengatakan, impor pada April 2019 sebesar 15,10 miliar atau naik 12,25 persen dibanding Maret juga dipengaruhi faktor Ramadan.

Ia menyebut, umumnya impor pada Ramadan pasti meningkat, dan akan capai puncaknya pada akhir puasa hingga setelah Lebaran. Paling tinggi peningkatan impor barang konsumsi, mencapai 24,12 persen. Sementara barang modal justru turun.

"Memang barang konsumsi dibutuhkan karena puasa terjadi peningkatan permintaan. Misalnya, daging frozen dari India dan AS. Kemudian impor untuk apel, buah pir meningkat. Lalu barang konsumsi seperti sepatu olah raga, running meningkat," tuturnya.

Baca juga : Mantap, Peringkat Utang Indonesia Kokoh di Investment Grade

Kemudian, impor bahan baku naik 12,09 persen persen. Adapun bahan baku yang meningkat untuk kimia hingga bahan baku pakan ternak. "Sementara, impor barang modal di April 2019, mengalami penurunan. Misalnya, barang dari mesin dan lainnya. Untuk negara impor tidak berubah," tegasnya.

Suhariyanto menyebut, penurunan ekspor juga terjadi secara kumulatif pada Januari-April 2019, ekspor sebesar 53,2 juta dolar AS atau turun sebesar 9,39 persen dibandingkan Januari-April 2018.

"Kalau kita lihat pergerakan per negara bahwa ekspor kita selama Januari-April ke China dan ke AS turun, ke Jepang dan ke 10 negara utama lainnya juga turun," ujarnya.

Menurutnya, tantangan global seperti perang dagang menjadi penyebab ekspor turun secara kumulatif. Apalagi saat ini tensi perang dagang semakin memanas dan harus menjadi perhatian pemerintah. "Itu yang membuat buat total ekspor Januari-April kita turun, karena tantangan perdagangan global yang semakin sulit," katanya.

Sementar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Darmin Nasution sudah memprediksi neraca dagang di bulan April bakal mengalami defisit karena tingginya tekanan terhadap ekspor dan impor dari sisi global maupun domestik.

Baca juga : Perda Larangan Kantong Plastik Ganggu Iklim Investasi

"Namun, kita berharap neraca dagang di Mei atau yang akan dirilis bulan depan akan lebih baik. Sebab, pemerintah tengah mengurangi impor dengan memenuhi kebutuhan migas dan avtur dari dalam negeri sendiri," kata Darmin.

Selain itu, Darmin juga menyebutkan ekspor minyak mentah juga akan turun karena produksi dibeli oleh PT Pertamina untuk digunakan. Ini lah yang mendukung perbaikan neraca dagang bulan Mei. "Neraca perdagangan bulan depan untuk migas akan membaik. Tapi kita rapat dulu dengan Pertamina dan ESDM untuk data valid nya," tutup dia. (NOV)
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.