Dark/Light Mode

Mensos Yakin, Gotong Royong Mampu Atasi Masalah Seberat Dan Sesulit Apa Pun

Minggu, 19 Desember 2021 17:58 WIB
Menteri Sosial Tri Rismaharini mencoba alat musik karya penyandang disabilitas, pada Puncak Bulan Bakti Kesetiakawanan Sosial, di Muntok, Minggu (19/12). (Foto: Humas Kemensos)
Menteri Sosial Tri Rismaharini mencoba alat musik karya penyandang disabilitas, pada Puncak Bulan Bakti Kesetiakawanan Sosial, di Muntok, Minggu (19/12). (Foto: Humas Kemensos)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Sosial Tri Rismaharini menghadiri acara puncak Bulan Bakti Kesetiakawanan Sosial (BBKS) di Lapangan Gelora Muntok, Bangka Barat.

Dalam sambutannya, Mensos Risma menekankan peran penting kesetiakawanan dan kegotongroyongan sebagai modal penting mengatasi kesulitan dan keterbatasan. 

Sebab, diingatkannya, anggaran tidak selalu menyelesaikan semua masalah. Risma mencontohkan bagaimana ia membangun Kota Surabaya dari awal yang penuh dengan keterbatasan.

"Saya jadi wali kota, itu Surabaya, anggarannya sangat terbatas. Padahal banyak sekali permasalahan di Surabaya yang membutuhkan penanganan," ujar Mensos Risma, saat menyampaikan sambutan pada acara tersebut, Minggu (19/12).

Baca juga : Di Muspimnas 2021, Try Sutrisno Minta PKP Gotong Royong Tembus Verifikasi Faktual Dan Parliamentary Treshold

Hadir dalam kegiatan ini, para pejabat Eselon l Kemensos, Staf Khusus Mensos, Tenaga Ahli Mensos, Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Rosman, Bupati Bangka Barat Sukirman, Wakil Bupati Bong Ming Ming dan jajaran Forkompimda Bangka Barat.

Dalam kesempatan itu, Mensos Risma menyatakan, untuk membangun Surabaya ia memilih untuk tidak mengandalkan anggaran. "Ya karena anggaran Kota Surabaya memang serba terbatas waktu itu,” katanya.

Mensos lebih memilih menggerakkan potensi masyarakat dengan gotong royong. Dalam perjalanan selanjutnya, terbukti banyak permasalahan bisa diatasi. Misalnya, bagaimana ia mencari solusi mengatasi volume sampah Surabaya yang terus meningkat. Saat itu ia menggencarkan sosialisasi dan edukasi pengolahan sampah kepada masyarakat.

Pada awalnya, pemerintah memberikan contoh kepada masyarakat bagaimana menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan.

Baca juga : Gus Jazil: Gotong Royong Kunci Atasi Pandemi Covid-19

Kemudian pemerintah mengedukasi pengolahan sampah menjadi kompos oleh masyarakat dengan mendirikan rumah kompos.

"Strategi ini, secara bertahap bisa menunjukkan hasil. Pelan-pelan sampah yang biasa dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) volumenya berkurang. Dari sebelumnya 6.000 ton menjadi 3.000 ton. Saat saya tinggal tidak lebih dari 1.000 ton," ungkapnya.

Pemenuhan kebutuhan sayur mayur awalnya juga menjadi permasalahan masyarakat. Karena Surabaya memang tidak memiliki lahan tersisa sehingga harus mencukupi kebutuhan sayuran dari daerah lain.

"Dengan menggerakkan potensi masyarakat, kini setiap rumah menanam sayuran. Jadi kalau ada kelangkaan cabe, warga Surabaya sudah punya cabe di rumah," terang Risma.

Baca juga : Menpora Yakin DBON Kerek Prestasi Olahraga Indonesia

Kesetiakawanan sosial dan gotong royong juga menjadi solusi dari permasalahan krusial Kota Surabaya lainnya, yakni masalah banjir dan penanggulangan pandemi Covid-19. Menurut Mensos, Kota Surabaya memiliki pompa air, tapi tidak bisa dioperasikan karena tidak ada bahan bakar.

"Mendengar pernyataan saya, warga Surabaya secara sukarela menyumbang bahan bakar. Akhirnya pompa bisa beroperasi dan banjir bisa diatasi," bebernya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.