Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kementan Akselerasi Penerapan Smart Farming Untuk Genjot Produksi Dan Ekspor

Kamis, 27 Januari 2022 17:43 WIB
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo/Ist
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar Training Of Trainer (TOT) Smart Farming bagi widyaiswara, dosen, guru dan penyuluh pertanian, guna meningkatkan kompetensi SDM pertanian untuk menggenjot produktivitas, produksi pertanian yang bernilai jual tinggi hingga ekspor. 

Pasalnya, Smart Farming adalah sistem pertanian berbasis teknologi yang dapat membantu petani meningkatkan hasil panen secara kuantitas dan kualitas, sehingga menjadi kunci agar sektor pertanian terus eksis di tengah dampak perubahan iklim dan pandemi Covid-19.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, ToT Smart Farming adalah upaya menembus langit, dan ToT ini tidak boleh gagal karena memperlihatkan perubahan paradigma dan transformasi pertanian dari cara-cara tradisional modern melalui Smart Farming. 

“ToT menjelaskan kalau kita masih seperti dulu, kita tinggal tunggu kematian, tidak bisa menjawab tantangan dan tertinggal dalam kehidupan," ujar SYL saat memberikan arahan pada ToT Smart Farming bagi widyaiswara, dosen, guru dan penyuluh pertanian yang dihelat Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Selasa (25/1)

Syahrul menjelaskan mengapa pentingnya penerapan Smart Farming. Pasalnya, pertanian saat ini dan ke depannya dihadapkan dengan tantangan besar yakni perubahan iklim dan pandemi Covid-19.

Baca juga : Dubes Jerman Ina Lepel Saksikan Penyerahan Bantuan Covid-19 Untuk Indonesia

Menghadapi tantangan perubahan iklim bukan dengan cara-cara klasik, tapi harus dengan Smart Farming karena perkembangan ke depannya yang membuat lahan semakin sempit, jumlah penduduk senakin besar dan lainnya mengharuskan penggunakan teknologi smart.

"Hadirnya ToT penting karena membangun pertanian itu tidak boleh berspekulasi. Jika ini terjadi, negara akan kekurangan pangan, masyarakat kesulitan mendapatkan pangan. Tapi dengan ToT, bertani tidak harus di lahan luas dan penanganan pertanian dari hulu ke hilir menjadi tepat dan terukur," jelasnya.

Kemudian, digitalisasi pertanian menjadi efektif dan penggunaan mekanisasi semakin maju, sehingga produksi terus meningkat dengan kualitas yang tinggi dan pendapatan petani semakin naik.

SYL berharap, adanya ToT Smart Farming dapat lebih masif menarik minat generasi milenial untuk terjun ke pertanian. Pasalnya, kemajuan pertanian turut didukung generasi milenial, karena memiliki semangat berinovasi tinggi untuk melakukan cara-cara yang baru terhadap penanganan pertanian yang maju, mandiri dan modern.

"Biasanya yang muda-muda itu lebih mudah tertransfer teknologi pertanian modern. Karena terbukti, petani milenial yang kita asistensi rata-rata penghasilanya ada yang puluhan juta, Rp 400 juta bahkan ada yang sampai Rp 2 miliar. Pemasaran hasil pertanian by digital, bisa jual dari desanya sendirinya," jelas SYL.

Baca juga : Apresiasi Nakes, BNI Salurkan Bantuan Untuk Ratusan Perawat Dan Bidan.

Di tempat sama, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menjelaskan, teknologi Smart Farming dikembangkan sebagai salah satu respons adaptif terhadap perubahan dan perkembangan teknologi saat ini. 

Smart farming memungkinkan petani memiliki kontrol yang lebih baik terhadap proses produksi, melalui pengelolaan pertanaman dan ternak yang baik dan efisien.

Menurutnya, konsep pembangunan pertanian harus diikuti dengan peningkatan agenda intelektual seluruh stakehokder utamanya petani sebagai garda terdepan. 

“Kita sudah lama diterpa pandemi Covid-19 dan perubahan iklim. Namun dalam kondisi ini produktivitas dan produksi pertanian tidak boleh berkurang, bahkan harus terus bertambah. Solusinya Smart Farming atau pemanfaatan internet of things," sebutnya.

Dedi menambahkan, Smart Farming adalah pemanfaatan produk bio teknologi. Antara lainnya, di dalamnya ada pemupukan berimbang, penggunaan varietas yang berproduksi tinggi, mekanisasi pertanian, dan pemanfaatan internet of things. 

Baca juga : Kembangkan Esports, Smartfren Jadi Sponsor Utama Tim Genesis Dogma

Berdasarkan itulah, BPPSDMP menyelenggarakan melaksanakan ToT bagi Smart Farming bagi widyaiswara, dosen, guru dan penyuluh pertanian. 

Dengan pemupukan berimbang, kita bisa mengurai polemik harga pupuk kimia yang harganya naik dan penggunaan pupuk organik meningkat sehingga produksi lebih tinggi. 

“Dan penerapan teknologi Internet of Things merupakan terobosan yang dapat menjadikan produksi pertanian lebih efektif dan berkelanjutan," terangnya. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.